16

15.2K 1.5K 94
                                    

Orion termenung di kamarnya, menatap bungkusan gelang Santo dan hadiah dari Aiden yang belum sempat dia berikan pada Xavier.

Menimbang begitu lama sebelum beranjak dari duduknya, menaiki tangga menuju ke lantai 2. Lebih tepatnya depan kamar Xavier yang pintunya tertutup rapat.

Si enigma bimbang akan mengetuk pintu atau tidak, dengan pendengarannya yang tajam sayup dia dengar suara isakan di dalam. Membuat rasa bersalah di hatinya semakin besar. Ya Orion memang mengakui kesalahannya yang memang sudah bersikap keterlaluan.

Tangannya sudah terangkat untuk mengetuk dia urungkan, memilih menggantung 2 benda di tangannya pada gagang pintu milik sang Alpha. Sebelum terburu turun ke bawah bak pencuri takut ketahuan.

Sementara itu Xavier dengan santai bersandar di kasur dengan sebuah Ipad di pangkuannya menampilkan pemeran protagonist yang tengah menangis begitu memilukan atas kehilangan belahan jiwanya.

Tak lama alpha itu dengan kasar menghempas Ipadnya ke pinggir kasur. Niatnya ingin meredam emosi dengan menonton film, namun film yang kata Joseph bagus itu malah berakhir tragis membuat moodnya semakin berantakan.

Memang semenjak mengandung Xavier mudah sekali berubah emosinya. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang biasa. Akhirnya si alpha memilih tidur, setidaknya dengan tidur dirinya tak perlu lagi merasa kesal dan melupakan semuanya untuk sejenak.

****

Pagi harinya, Orion dihadapi rumah yang kosong. Hanya menyisakan Daniel yang memang terlihat menunggunya di dapur dengan sepiring sandwich yang sudah tertata rapi di meja.

Si Elder mengalihkan pandang, menatap penuh tanya pada wakil guardnya yang menampilkan senyum canggung.

“Uhmm itu, Luna sedang pergi ke kuil bersama dengan Miguel.” Ucap Daniel

Orion mengernyit, berpikir untuk apa Xavier ke Kuil? Bukankah dirinya sudah menggantikan gelang Santo  yang dirinya buang kemarin?

Memilih tak menyuarakan pertanyaannya, si enigma menyantap sarapan dengan perasaan tak tentu, dengan tergesa mengajak Daniel menuju ke tempat pertemuan para pemimpin pack yang memang sudah terjadwal di agendanya hari ini.

****

Xavier dengan khusyuk memejamkan mata di depan patung sang dewi. Sedangkan Miguel menunggu di pintu kuil sekaligus berjaga.

Setelahnya si alpha meletakkan dupa yang ada di tangannya sebelumnya bangkit untuk kembali pada villa kediamannya.

Pandangannya teralih menatap gelang Santo yang melingkar apik di tangan kananya dengan tambahan bandul kepala serigala putih yang mirip dengan bentuk shiftingnya.

Jika boleh jujur Xavier sedikit terkejut melihat 2 barang ini tergantung di gagang pintu kamarnya. Gelang Santo ini dia tahu betul asalnya dari mana mengingat aroma feromen berbau musk yang sudah di luar kepala dikenalnya menempel di pembungkusnya.

Tetapi bandul gelang dengan gambar kepala serigala putih itu yang menarik perhatian Xavier, senyumnya mereka melihat kartu ucapan yang turut tercantum, tulisan khas anak kecil milik keponakannya yang dia ingat betul, mampu memperbaiki moodnya.

Tak lupa sang alpha yang mengucapkan permintaan maaf pada Miguel atas kecerobohannya kemarin membuat gelang Santo yang di dapat guardnya itu menghilang begitu saja.

“Maafkan aku Miguel, aku tidak sengaja kehilangannya.” Ucap Xavier penuh rasa bersalah yang dibalas gelengan kuat oleh sang guard.

“Tidak apa-apa Luna, memang lebih baik ayah calon bayi yang memberikannya. Untuk perlindungan yang lebih kuat.” Balasnya cepat

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang