27

14.3K 1.5K 45
                                    

3 hari penuh Juinth dirawat sebelum diperbolehkan pulang setelah memastikan tidak ada jejak luka lagi ditubuh bayi kecil itu.

Orion pikir, Xavier akan kembali ke kediaman di pack mereka. Sedari pagi elder muda itu sudah menyuruh beberapa maid untuk memastika setiap sudut kediaman mereka bersih.

Namun nyatanya tidak sesuai dengan ekspektasi Orion. Sang alpha memang kembali ke kediaman mereka tetapi hanya untuk mengambil beberapa keperluan milik Juinth yang memang tertinggal disana.

“Kau mau kemana?” Orion meraih lengan Xavier yang membawa tas perlengkapan milik Juinth.

“Bukan urusan anda.” Sahutnya datar, mencoba melepaskan cekalan Orion di lengannya yang tentunya tak Orion lepas begitu saja.

“Itu urusanku, Xavier. Ingat posisimu sekarang sebagai Luna.”

Mendengar itu Xavier terdiam sebelum menatap Orion dengan tatapan sinis yang baru pertama kali Orion dapati pada sang alpha.

“Saya selalu mengingat posisi saya, Elder. Bukankah ini juga sesuai dengan apa yang anda katakan. Semuanya berakhir saat Juinth lahir bukan?”

“Saya hanya menepati permintaan anda. Maaf baru melakukannya. Harusnya memang saya segera pergi tepat setelah kelahiran Juinth.” Pungkasnya, sekuat tenaga menepis cekalan Orion.

Sementara si enigma terdiam, ingat betul kalimat yang dia katakan dulu tepat setelah pernikahan mereka. Orion hanya bisa menatap nanar, punggung Xavier yang perlahan menjauh. Merasakan remasan rasa sakit di dadanya seolah di tusuk ribuan pisau.

****

Xavier terpejam, bukan menikmati perjalanan. Namun berusaha mengabaikan rasa sakit di dadanya selepas kalimat menusuk yang dia arahkan pada Orion.

Dirinya memang berniat pindah, ke rumah rutnya yang berada di pedalaman, agak jauh dari perbatasan. Hanya memakan waktu satu jam lebih dari pusat packnya.

Alpha muda itu masih sedikit trauma dengan kejadian Juinth dan berada di rumah itu pasti selalu membangkitkan ketakutannya.

Setelah berdiskusi dengan Samuel, Alger serta Angela untungnya para tetua itu meskipun masih ada tentangan tetap menuruti keinginannya. Memprioritaskan keamanan Juinth.

Alasan lainnya? Sebenarnya Xavier hanya ingin menjauh dari Orion. Setiap kali melihat wajah matenya itu membuat seluruh ingatan menyakitkan terkait penolakan sang enigma kembali menyeruak.

Kejadian yang menimpa Juinth saat dia dengan percaya menitipkannya pada Orion menjadi pemantik segala rasa sakit yang selama ini terpendam. Juinth menjadi batas dari semua kesabarannya.

Samuel yang turut mengantar sang putra dan cucunya menghela nafas. Dirinya dan sang besan memang sepakat tak ingin ikut campur pada urusan rumah tangga putranya.

Selagi tak ada masalah besar, sebagai orang tua dirinya hanya menjadi pengamat. Keduanya juga sudah dewasa untuk tahu konsekuensi dari setiap perbuatan yang mereka lakukan.

Sebelumnya Xavier sudah meminta seseorang untuk membereskan rumah rutnya ini. Dirinya dibantu sang ayah dan Miguel yang juga akan tinggal bersamanya untuk menjadi penjaga sekaligus tangan kanan sang Luna.

Samuel menemaninya hingga makan malam, tak menginap mengingat ada beberapa hal yang masih perlu dia lakukan.

“Jaga dirimu dan Juinth baik-baik. Miguel aku menitipkan mereka padamu.”

Pamit Samuel pada kedua alpha  yang hanya memperoleh anggukan dari keduanya sebagai jawaban.

****

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang