Bab 1

48.2K 123 0
                                    

Bab 1

Malam itu cuaca begitu dingin karena hujan deras mengguyur sejak sore tadi. Suasana di luar nampak sepi dan lengang, semua orang lebih memilih meringkuk di balik selimut karena udara yang dingin. Tak terkecuali Bagas dan Sinta yang sedang rebahan di atas ranjang.

“Bosen banget nih, mending kita nonton film aja deh,” kata Sinta.

“Emang kamu pengen nonton film apa?” tanya Bagas.

“Terserah, tapi lagi pengen nonton film romance,” sahut Sinta sambil menggelayuti tubuh Bagas.

Bagas lantas menyalakan televisi yang berada di depan ranjang mereka dan mencari film di Netflix. Bagas lantas sengaja memilih film dengan genre Noir karena ingin menggoda Sinta agar mau diajak bermain seks malam ini. Dan benar saja baru menit awal film itu terputar sudah menyajikan adegan panas yang membuat Bagas maupun Sinta terangsang.

“Mas, kamu apaan sih…” tutur Sinta dengan nada manja kala tangan Bagas yang kekar mulai menggerayangi Pay*dara dan mem*k Sinta.

“Nggak apa-apa, gemes aja sama kamu,” bisik Bagas tak kalah menggoda.

“Ih… Geli ah, jangan gitu…”

Perlahan tangan Bagas mulai menyingkapkan gaun tidur Sinta yang transparan yang memijat gundukan daging ada di ujung pangkal pahanya. Seketika Sinta memejamkan matanya kala Bagas memainkan klitorisnya.

“Mppphhh… Shhh… Mas, enak….” gumam Sinta sambil memejamkan matanya menikmati permainan jari-jemari Bagas di bawah sana.

Bagas menyeringai, ia kemudian memasukkan dua jarinya ke dalam lubang memek Sinta yang sudah basah dan memainkannya yang semakin membuat tubuh Sinta menggelinjang hebat. Dua menit berlalu, cairan kental sudah membasahi memek Sinta.

“Mas… Masukin sekarang…” racau Sinta.

“Sabar dulu dong, sayang, punya Mas belum tegang,” jawab Bagas.

Mendengar hal itu, Sinta langsung memegang kont*l Bagas yang besar dan berurat. Dia memijat lalu mengocoknya, sambil bibirnya mengulum bibir Bagas. Dalam hitungan detik sosis yang panjang, besar dan berurat itu sudah menegang.

“Mpphh… Sayang…” ujar Bagas.

“Udah tegang Mas, kont*l kamu kalau udah tegang gini makin menggoda, cepetan masukin aku udah nggak tahan,” bisik Sinta.

“Kamu ini nggak sabaran banget ya, akan aku bikin kamu lemes dan nggak berdaya malam ini,” sahut Bagas menyeringai lalu membalik tubuhnya dan kini ia sudah berada di atas Sinta.

Perlahan Bagas mengarahkan kontolnya yang sudah menegang ke lubang mem*k Sinta yang sudah basah dan menggesek-gesaknya hingga membuat Sinta merasa geli. Ia kemudian memasukan batangnya hingga melesat masuk semuanya.

“Ah… Mas, cepetan masukin jangan bikin aku gila…”

“Emmpphh… Akhhhh…. Lubang kamu masih aja sempit,”

“Shhh… Ah…Eh…Mas, terus… Lebih cepet….” racau Sinta.

Bagas menggoyangkan tubuhnya semakin cepat hingga membuat tubuh Sinta bergetar, dapat ia lihat dua gunung kembarnya ikut bergoyang yang membuat Bagas semakin nafsu. Ia lantas meraup satu per satu puting Sinta yang sudah menegang hingga membuat Sinta semakin keenakan.

“Ahhh… Mas, enak…. Lebih kenceng lagi sayang…. Ahhhhh…”

“Sayang… Mpphh… Uhhh, kamu nikmat banget…”

“Mas, aku pengen keluar…”

“Tahan dulu sayang, kita keluar bersama…”

Luna yang berada di kamar sebelah ternyata belum tidur dan sedang asyik bermain ponsel mendengarkan suara desahan yang berasal dari kamar kakaknya. Entah kenapa dia merasakan gelenyar aneh saat mendengar suara desahan itu. Ada sesuatu yang berkedut disela-sela pangkal pahanya.

“Ngghh… Kenapa tiap aku denger suara itu rasanya ada yang aneh sama diriku sih,” gumam Luna seperti kebelet kencing.

“Mbak Sinta lagi apa sama Mas Bagas di kamar, ya?”

Karena penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya di kamar sebelah, Luna lantas beranjak dari kasurnya dan mengintip dari celah dinding kamarnya. Kebetulan desain dinding yang memisahkan antara kamar Luna dan Sinta terbuat dari kayu jati, sehingga menimbulkan celah yang bisa digunakan Luna untuk mengintip.

“Shhh… Ah… Mas, aku keluar….” racau Sinta sambil mendongakkan kepalanya ke atas.

“Bersama sayang… Ahhhh…” sahut Bagas bersamaan dengan cairan sperma yang memenuhi dinding rahim Sinta sampai berceceran di atas sprei.

Ini bukan pertama kalinya Luna memergoki Sinta sedang bermain dengan Bagas. Tapi entah kenapa permainan mereka malam ini jauh lebih panas dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Luna menggigit bibirnya sambil mengelus vag*nanya yang sejak tadi berkedut.

“Mppphh… Kayaknya enak… Kenapa mem*kku daritadi rasanya gatal dan berkedut,” gumam Luna sambil tangan kirinya memijat memeknya sendiri sedangkan tangan kanannya meremas payudaranya.

Ia memang belum pernah merasakan kenikmatan bercinta seperti yang sedang ia saksikan sekarang. Tapi entah kenapa hanya dengan mengelus klitorisnya sendiri, Luna sudah bisa mendapatkan kenikmatan tersendiri.

“Astaga! Aku ngapain sih, kayak gini!” ujar Luna yang akhirnya menyadari jika perbuatannya salah.

Tak ingin larut dengan perasaan itu, Luna akhirnya pergi ke dapur untuk mengalihkan perhatiannya dari pemandangan kakaknya yang sedang asyik bercinta. Kebetulan perut Luna juga mendadak keroncongan.

“Yah… Udah nggak ada makan malam yang kesisa, aku makan apa dong?” batin Luna sambil membuka lemari di dapur dan akhirnya memutuskan untuk memasak mie instan guna mengganjal perutnya yang kelaparan di malam hari.

***

Sementara itu di kamar, setelah beberapa saat Sinta dan Bagas bergumul, rupanya satu ronde saja tak cukup bagi Bagas. Ia mengajak Sinta bermain ronde kedua, sejujurnya Sinta sudah lelah, tapi Bags terus memaksanya.

“Ayolah Sayang… Satu ronde lagi, gantian kamu yang main di atas,” ujar Bagas.

“Hmm.. Ya udah deh…” jawab Sinta kemudian mengatur posisi women on top.

Awalnya Sinta hanya memainkan kont*l Bagas tanpa memasukkannya dengan tujuan membuat adik kecilnya menegang. Setelah tegang, dengan perlahan Sinta dibantu Bagas kembali memasukkan kont*l itu ke dalam memek Sinta yang sudah basah.

“Ahhh.. Mas…”

“Yeahh… Sayang begitu, goyang terus….”

“Mppphhh… Ahhhh…”

Tangan Bagas tak tinggal diam, dia kembali meremas susu Sinta yang menggelantung dan bergerak naik turun di depan matanya. Namun, baru beberapa saat mereka bermain, tiba-tiba Sinta menghentikan goyangannya karena merasa lelah dan cairan sudah keluar dari mem*knya.

“Kok udahan sih, sayang?” tanya Bagas.

“Aku udah capek Mas,…”

Bagas yang gak puas sama permainan Sinta, mendadak jadi badmood karena ia sendiri belum merasakan orgasme. Bagas langsung memakai celana kolornya dan bergegas keluar menuju dapur untuk mengambil minum.

“Selalu kayak gitu, giliran aku udah bikin puas dan keluar banyak, dia baru main bentar aja udah loyo!” gumam Bagas kesal.

Namun begitu tiba di ambang pintu dapur, Bagas sontak menghentikan langkahnya kala melihat pemandangan yang menggoda. Di dapur dia melihat Luna yang mengenakan baju tidur dengan bagian atas transparan sedang asyik memasak mie. Sontak saja pemandangan itu kembali membuat kontol Bagas menegang lagi.

“Ah… Si Luna malam-malam pakek lingerie, bikin kont*l gue ngilu rasanya,” batin Bagas.

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang