Bab 8 (gxg)

20.2K 25 1
                                    

"Kamu kenapa buru-buru gitu, mau pergi?" celetuk Bagas.

"Iya Mas, aku ada janji ketemu sama Riska temen lamaku, kamu tahu kan? Makanya sekarang aku mau bikin sarapan dulu buat kita sebelum aku pergi," sahut Sinta.

"Riska? Tumben kalian mau ketemuan, aku kira dia udah pindah ke luar kota karena udah lama kalian nggak pernah jalan bareng," ucap Bagas.

"Iya Mas, makanya itu dia mau ngajak aku reunian hari ini," jawab Sinta.

Rupanya selama ini Bagas tidak pernah tahu ada rahasia besar di antara Sinta dan Riska. Hubungan yang terjalin di antara mereka berdua bukan sekedar pertemanan biasa, tapi ada hubungan spesial. Bagas tak tahu kalau Sinta-istri yang sudah ia nikahi hampir satu tahun lamanya itu ternyata lesbi.

"Kamu mau pergi sendiri atau mau aku anterin?" tanya Bagas menawarkan.

"Nggak usah Mas, aku pergi sendiri aja, kamu di rumah aja lagian kasian tuh Luna sendirian nggak ada temennya," jawab Sinta sengaja menyuruh Bagas di rumah saja supaya tidak ketahuan kalau diam-diam dia check in hotel bersama Riska.

"Ya udah kalau gitu," tutur Bagas.

Disatu sisi Bagas justru merasa senang ketika Sinta membiarkannya hanya berdua di rumah bersama Luna. Sebab itu artinya ia bisa leluasa menggoda adik iparnya itu tanpa sepengetahuan Sinta. Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Bagas, Sinta segera bergegas mandi dan siap-siap untuk bertemu Riska.

Sinta pamit kepada Bagas jika dirinya akan pergi bersama temannya. Siapa yang menduga jika Sinta seorang lesbi, dia bertemu Riska yang merupakan sahabat dan juga pacarnya.

"Mas, aku pergi dulu ya, kalau aku pulangnya telat, kamu minta tolong sama Luna aja buat siapin makan malam," ucap Sinta.

"Iya sayang, hati-hati di jalan ya," sahut Bagas sambil melambaikan tangannya.

"Yes! Kenapa Sinta nggak sering-sering pergi aja sih, kalau gini kan aku jadi bebas di rumah cuma berdua sama Luna," gumam Bagas.

***

Beberapa saat kemudian, taksi online yang membawa Sinta tiba di depan sebuah hotel tempat Riska dan Sinta biasa bertemu. Sinta bergegas naik ke lantai 5 menuju ke kamar yang sudah di booking oleh Riska. Begitu tiba di sana, rupanya Riska sudah menunggunya sejak tadi.

"Akhirnya kamu dateng juga, aku udah nungguin kamu lama banget di sini," tutur Riska sambil memeluk Sinta dari belakang.

"Kenapa kita nggak ketemu di restoran aja sih," celetuk Sinta sambil melepas jaketnya.

"Aku tuh kangen banget sama kamu, udah lama kita nggak berduaan kaya gini," jawab Riska.

"Iya, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya telepon aku pagi-pagi buta kayak tadi, kalau Mas Bagas tahu dia bisa curiga,"

Rupanya hal itu justru membuat Riska marah dan cemburu karena menganggap semenjak menikah, Sinta jadi tak punya banyak waktu untuknya. Percecokan di antara mereka berdua pun terjadi. Sinta berusaha untuk menurunkan egonya dan mengalah pada Riska agar tak terjadi pertengkaran yang semakin panas, tapi Riska masih saja memojokkan dirinya.

"Kamu tuh kenapa sih, sejak nikah sama Bagas kamu sibuk terus sama dia? Kamu udah lupa kalau kita juga masih pacaran, kamu bilang setelah nikah bakal tetep perhatian sama aku, nyatanya mana!" ucap Riska.

"Bukannya gitu sayang, aku cuma nggak pengen Mas Bagas jadi curiga sama kita kalau kita sering-sering ketemuan," sahut Sinta berusaha untuk menenangkan Riska.

"Selama ini kan Bagas tahunya kita sahabatan, harusnya kamu nggak perlu khawatir hubungan kita bakal ketahuan!" sergah Riska.

Karena kesal, Riska sampai menuduh kalau Sinta sudah terlalu nyama dengan Bagas. Ia bahkan mulai menyindir urusan ranjang antara Sinta dengan Bagas. Tapi, Sinta segera menepis, ia justru bercerita kalau selama ini ia tak pernah bisa puas berhubungan seks dengan Bagas.

"Oh, atau jangan-jangan Bagas udah bisa bikin kamu enak di atas ranjang makanya kamu ninggalin aku?" tanya Riska.

"Nggak gitu sayang, aku sama sekali nggak bisa menikmati berhubungan seks sama Mas Bagas, aku bahkan nggak nafsu sama dia, aku lebih suka main sama kamu," sahut Sinta sambil mengelus paha bagian dalam Riska.

"Bohong! Kalau emang lebih enak main sama aku, harusnya kamu nggak nyuekin aku kayak gitu dong!" tegas Riska.

Sinta tersenyum, dia yang selama ini berperan sebagai "si wanita" dalam hubungannya dengan Riska mencoba untuk menggodanya. Ia lantas memeluk erat Riska sambil menciumi lehernya yang membuat Riska perlahan mulai terangsang.

"Kamu jangan marah-marah gitu dong, kan aku jadi takut..." bisik Sinta dengan manja sambil mencipok leher Riska.

"Ahh.. Kamu mau menggoda aku ya..." sahut Riska sambil memejamkan matanya"

Selanjutnya ada di karya karsa yah.
Ini tentang GXG yah...

Link karyakarsa ada di profil

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang