Bab 4

33.2K 91 0
                                    

*Bab 4 Luna*

Setelah pergumulan yang dilakukan oleh Bagas dan Luna semalam, rasanya seluruh badan Luna menjadi pegal terutama di bagian pangkal pahanya. Apalagi itu adalah pengalaman pertamanya melepas keperawanan. Pagi itu suara dering alarm membangunkan Luna dari tidur singkatnya.

“Hoam… Udah jam segini aja sih, padahal aku masih ngantuk,” gumamnya kemudian beranjak dari tempat tidur.

Saat Luna hendak berjalan menuju ke kamar mandi, ia merasakan selangkangannya yang masih terasa perih. Ia meringis kesakitan, di saat yang bersamaan Sinta sedang memasak di dapur jadi merasa penasaran melihat cara jalan Luna yang aneh.

“Lun, kamu kenapa, kok cara jalan kamu aneh gitu?” tanya Sinta menyelidik.

“Eh, nggak Mbak, semalem aku kepeleset di kamar mandi, jadi sekarang kakiku agak sakit kalau dipakai jalan,” sahut Luna berbohong.

“Mau dipanggilin tukang urut aja? Atau hari ini kamu nggak usah masuk kerja dulu kalau emang kaki kamu masih sakit,” ucap Sinta.

“Nggak usah Mbak, paling nanti juga sembuh sendiri, aku tetep masuk kerja aja hari ini,” jawab Luna panik.

Saat Luna keluar dari kamar mandi, rupanya di luar sedang ada Bagas. Dia menatap Luna sambil menyeringai, namun Luna langsung menundukkan kepalanya karena takut Sinta akan melihatnya. Saat Luna berjalan melewati Bagas, kakak iparnya itu langsung mencengkeram tangannya.

“Gimana permainanku semalam, kamu puas nggak?” bisik Bagas.

“Apasih Mas! Jangan kayak gitu, kalau Mbak Sinta lihat gimana!” sergah Luna.

Bagas hanya tertawa kecil sambil meremas pantat Luna yang sontak membuatnya terkejut. Lalu kakak iparnya itu membisikkan sesuatu pada Luna sebelum ia pergi.

“Nagih banget main sama kamu, nanti malam lagi ya,” katanya.

***

Pagi ini Luna berangkat kerja lebih awal karena ia mendapatkan jatah shift sesi 1. Kebetulan Luna bekerja sebagai waitress di restoran western food yang mengharuskan ia berpenampilan rapi dan menarik saat melayani customer. Sebelum berangkat, Luna mematut dirinya di depan cermin.

“Oke saatnya berangkat kerja, semangat Luna!” ujar Luna menyemangati dirinya sendiri.

Setelah menempuh perjalanan setengah jam, Luna tiba di restoran. Hanya saja suanasan masih sepi, di dalam hanya ada beberapa staff kitchen yang sedang sibuk mempersiapkan menu makanan di dapur. Sedangkan waitress yang baru tiba cuma Luna. Managernya yang bernama Pak Toto memanggil Luna ke ruangannya untuk meminta laporan bagaimana kinerja Luna dalam melayani customer selama ini.

Tok! Tok! Tok!

“Silahkan masuk,”

“Permisi, Bapak manggil saya?”

“Iya, jadi gimana apakah selama kamu jadi waitress di sini pernah menerima komplain dari customer?”

Luna menjelaskan, hanya saja saat mereka berbincang, mata Pak Toto justru fokus pada payudara Luna yang putingnya terlihat menerawang karena Luna mengenakan kemeja yang bahannya agak tipis. Mata Pak Toto semakin turun ke bawah, ia terus menelan saliva melihat paha mulus Luna.

“Pak?” tutur Luna yang seketika menyadarkan lamunan Pak Toto.

“Ah, ya sudah kalau begitu, kamu lanjut kerja ya, itu bagian depan jangan lupa di pel sebelum customer datang,” kata Pak Toto gugup.

“Baik Pak,” sahut Luna kemudian berlalu keluar dari ruangan.

Saat Luna berbalik badan, mata Pak Toto kembali fokus dengan pantat Luna yang padat dan sintal. Ia membayangkan bagaimana jika pantat itu bergoyang di atas tubuhnya. Seketika kontol Pak Toto kembali menegang.

“Sial! Pagi-pagi begini udah bikin si joni tegang aja!” gumam Pak Toto.

Luna lantas mengambil tongkat pel dan mengepel bagian dalam restoran sebelum restoran dibuka nanti pukul 08.00. Lagi-lagi Pak Toto yang baru keluar dari ruangannya tertarik melihat Luna yang sedang mengepel lantai dengan gaya menungging. Terlihat pantatnya begitu seksi, apalagi saat Luna sedang mengambil sebuah barang yang jatuh dan memperlihatkan payudaranya yang menggantung dengan indah.

“Gila, seksi banget Luna, body nya bohai, toketnya gede banget lagi, bikin pengen aja pagi-pagi begini,” batin Pak Toto.

Berulang kali Pak Toto menelan saliva melihat pantat dan payudara Luna yang bergetar dan body yang seksi dengan blus ketat serta rok di atas lutut. Sepuluh menit sudah Pak Toto berdiri menyaksikan pemandangan itu, hingga tak sadar penisnya sudah menegang.

“Duh, sabar ya,” kata Pak Toto sambil mengelus-elus penisnya sendiri.

“Ah, tapi aku udah nggak tahan!”

Pak Toto lantas memanggil Luna yang sedang sibuk mengepel untuk menuju ke gudang dengan alasan membantunya memindahkan barang. Luna mengangguk dan segera meletakkan lap pel nya dan ikut Pak Toto ke gudang.

“Jadi barang apa yang mau dipindah Pak?” tanya Luna dengan polosnya.

“Masuk!” kata Pak Toto sembari menarik lengan Luna lalu menutup rapat-rapat pintu gudang.

“Auh sakit Pak, kenapa pintunya malah di tutup Pak?” ujar Luna sambil memegang tangannya.

Tanpa banyak basa-basi, Pak Toto langsung menarik tubuh Luna dan mencumbu bibirnya yang sontak membuat Luna terkejut. Luna berusaha untuk melepaskan tubuhnya tapi cengkeraman Pak Toto terlalu kuat.

“Pak, jangan! Apa yang Bapak lakukan?” kata Luna.

“Kamu seksi banget Luna, kamu bikin saya tegang pagi-pagi gini,” sahut Pak Toto.

Tangan Pak Toto langsung menyingkap rok mini Luna dan memainkan jari-jarinya pada pangkal paha Luna. Sedangkan tangannya yang satu sibuk meremas dada Luna. Awalnya Luna berusaha menolak tapi permainan jari-jemari Pak Toto membuat Luna mulai terangsang.

“Mpph… Pak… Ahhh…” racau Luna.

“Kenapa Luna, kamu mulai suka ya?” ucap Pak Toto yang semakin mempercepat mengocok memek Luna sampai basah.

Pak Toto lantas melepaskan kancing baju Luna dan kini dua gunung kembar itu sudah terekspos di depan matanya, ia melumat puting Luna yang berwarna pink, sembari tangannya masih memainkan memek Luna.

“Shhhh…. Engg…Mpphhh… Pak udah….” ucap Luna sambil memejamkan mata.

Pak Toto semakin nafsu ketika mendengar suara desahan Luna, ia lantas membuka resletting celananya dan menggesek-gesekkan penisnya di bibir vagina Luna yang sudah mulai basah. Luna merasakan sensasi geli dan nikmat secara bersamaan.

“Pak… Ah, geli… Ahhhh….” kata Luna.

“Enak kan Lun? Mau aku masukin?” ucap Pak Toto.

“Masukin Pak, saya udah nggak tahan,” kata Luna yang kemudian membuka lebar-lebar kakinya sambil duduk di atas sebuah meja sedangkan Pak Toto berdiri di depannya sambil memegang penisnya yang sudah menegang.

“Ahhhh…. Lubang kamu sempit banget Lun,” kata Pak Toto sambil memaju-mundurkan pantatnya.

“Ahhhh…. Ehhhh…Mphhh… Pak terus…. Lebih kenceng, kontol bapak gede banget…” racau Luna sambil menjambak rambut Pak Toto.

“Yeahhhh… Terus panggil namaku Lun…” tutur Pak Toto.

Setelah permainan Luna semalam dengan Bagas, rupanya dia jadi makin ketagihan dan pagi ini kembali bermain dengan Pak Toto rasanya jauh lebih nikmat. Tanpa mereka sadari, saat sedang asyik bercinta, ada yang mendengar suara desahan Luna sehingga menyusul ke gudang.

“Suara apaan tuh?” gumam Doni-salah satu karyawan di restoran ini.

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang