Bab 14

8.3K 22 0
                                    

Bab 14 Luna

Setelah bercinta dengan cara threesome, mereka mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Terutama Luna yang merasakan tubuhnya lemas karena digempur habis-habisan oleh Romli dan Bagas. Sementara itu, Bagas dan Romli justru sedang duduk di balkon kamar Luna sambil menikmati sebatang rokok.

“Auh… Badanku sakit semua, kenapa mereka mainnya kasar banget sih, bukannya dapet kenikmatan malah sakit,” batin Luna.

Luna kemudian bergegas masuk ke kamar mandi dan berendam di bath up dengan air hangat selama beberapa saat untuk menghilangkan rasa sakit dan ngilu di tubuhnya. Setelah beberapa saat menghabiskan waktunya di kamar mandi, Luna keluar. Di kamarnya hanya tersisa Bagas.

“Mana Bang Romli?” tanya Luna sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

“Barusan udah pulang, kenapa kamu masih belum puas?” ujar Bagas dengan nada kesal.

“Nggak kok, aku cuma tanya doang,” kata Luna dengan santai sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

Rupanya, diam-diam Bagas masih merasa cemburu dengan Luna yang bermain dengan Romli. Bahkan sepertinya Luna menikmati permainan itu membuat Bagas semakin naik pitam. Ia kemudian beranjak dari ranjang dan menghampiri Luna sambil mencengkeram dagunya. 

“Auh, sakit Mas!” kata Luna.

“Dengerin baik-baik ucapanku, aku nggak mau lihat kamu main lagi sama Bang Romli, cuma aku aja yang boleh nyentuh kamu di rumah ini, paham!” tegas Bagas.

“Tap…Tapi Mas, kemarin itu bukan aku yang minta tapi Bang Romli yang maksa aku melayani dia,” sahut Luna berusaha membela diri.

“Kenapa kamu nggak nolak atau ngelawan? Kamu malah menikmati juga permainan Bang Romli,” kata Bagas.

“Gimana aku bisa melawan, tenaga Bang Romli lebih kuat dari aku!”

Bagas menghela nafas, untuk kali ini ia memaklumi apa yang dikatakan Luna benar juga, mungkin dia memang tak punya tenaga untuk melawan Romli. Ia lantas berpesan pada Luna, selama Sinta belum pulang, Luna tak boleh membukakan pintu untuk siapapun, termasuk untuk Romli.

“Kalau aku nggak di rumah dan lagi pergi kerja, kamu pastikan semua pintu terkunci dan kamu nggak usah bukain pintu buat Bang Romli kalau dia dateng kesini saat kamu di rumah sendirian,” kata Bagas mengingatkan. 

Luna hanya mengangguk, Bagas kemudian berlalu pergi kembali ke kamarnya. Seharian ini, Luna hanya menghabiskan waktunya di kamar sambil menatap tubuhnya yang penuh bekas cipokan hasil dari perbuatan Romli dan Bagas. Ia lantas berinisiatif untuk menelpon Sinta dan menanyakan kapan ia pulang.

“Kemana sih Mbak Sinta, daritadi aku telepon nggak diangkat,” gumam Luna kesal.

Karena tak kunjung diangkat akhirnya Luna mengirim pesan singkat pada Sinta, “Mbak kapan pulang?” tanya Luna.

Luna lantas melempar ponselnya ke atas kasur, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa lelah karena sudah menjadi santapan nikmat Romli dan Bagas, sementara itu Luna berharap agar Sinta cepat kembali. Jika terus menerus seperti ini ia khawatir bisa-bisa hamil, apalagi tiap mereka bermain tak pernah menggunakan kondom.

“Sebenarnya enak sih main sama Mas Bagas, tapi kalau terus-terusan aku takut kebobolan. Main sama Bang Romli juga enak, tapi dia suka main kasar, badanku jadi sakit semua,” gumam Luna. 

***

Setelah dua hari berlalu, sayangnya Sinta tidak kunjung pulang, seperti sore itu Romli datang berkunjung kerumah Bagas untuk bercinta dengan Luna.  Sayangnya, itu adalah kabar baik untuk Romli karena Bagas belum pulang bekerja, Romli bercinta dengan Puas sampai Luna lecet karena terus bercinta tiap waktu. 

Romli menatap mata Luna yang mendadak sayu seolah menyiratkan kalau adik iparnya itu begitu menikmati permainan tangannya. Tak berhenti sampai disitu, tangan Romli lantas mengelus paha mulus Luna hingga akhirnya naik ke pangkal paha. Tangannya berhenti di atas gundukan daging yang terbungkus celana dalam itu.

“Uhh.. Bang…” desahan kembali melolos dari mulut Luna.

Perlahan Romli menggelitik memek Luna, mengelusnya perlahan, meskipun masih terbungkus celana dalam, Luna bisa merasakan kenikmatan itu. Tangan Luna mencengkeram pinggiran kursi sambil memejamkan matanya. 

“Enak Luna?” tanya Romli.

“Enak Bang, rasanya geli,” jawab Luna yang pada akhirnya tak bisa menolak ajakan Romli meskipun tubuhnya sudah sangat lelah. 

Karena penasaran, Romli lantas menyingkap rok mini Luna dan menurunkan celana dalamnya. Ia kembali menelan saliva saat melihat gundukan daging di balik celana dalam itu. Memek Luna yang mulut dan berwarna pink membuat mata Romli tak berkedip.

“Kenapa diam aja, Bang?” ucap Luna yang seketika menyadarkan Romli.

“Memek kamu indah banget,” sahut Romli. 

Tangan Romli perlahan memijat memek Luna dan memainkan klitorisnya, seketika Luna kembali mendongakkan kepalanya dan melebarkan kakinya supaya Romli bisa leluasa memainkan jarinya dibawah sana. 

“Ahhh…Mpphhh…Bang geli…” ujar Luna sambil menggigit bibir bawahnya. 

“Nikmati aja sayang, Abang tahu kamu pasti suka,” kata Romli sambil menggerakan jari-jarinya di bawah sana. 

Memek Luna seketika basah, Romli lantas memasukkan satu jarinya ke dalam lubang Luna dan memainkannya. Tubuh Luna menggelinjang, ia merasa geli dan nikmat dalam waktu yang bersamaan. Tangan Luna tak bisa diam, dia meremas teteknya sendiri untuk menambah kenikmatan. 

“Bang… Enak banget, masukin dua jari dong, biar makin enak,” racau Luna.

“Masih kurang ya, ya udah Abang masukin dua jari ya,” ucap Romli kemudian memasukkan dua jari ke dalam memek Luna dan mengocoknya.

Desahan keluar dari mulut Luna, sesekali ia berteriak karena merasakan kenikmatan yang luar biasa. Semakin Romli mendengar suara desahan Luna, semakin ia mempercepat gerakan jarinya di dalam lubang Luna. Hingga akhirnya, Luna mencapai klimaksnya dan cairan hangat keluar dari lubang Luna. 

“Ahhh, Bang ayo lebih cepat, aku pengen keluar…” kata Luna.

“Iya sayang, Abang cepetin ya,” sahut Romli.

“Ahhhh…Ahhh Bang!” teriak Luna merasa puas. 

Tak terasa kontol Romli juga sudah menegang, ia meminta Luna untuk gantian mengocok miliknya. Luna lantas bangun dari posisi tidurnya, ia menatap celana Romli, ada sesuatu yang menonjol. Romli lantas membuka resletting celananya dan kontol itu menyembul keluar.

“Sosis Abang gede banget kalau lagi tegang,” kata Luna sambil terbelalak. 

“Elus sayang, kamu lihat sendiri kan dia sudah menegang,” sahut Romli. 

Tangan Luna mengelus kontol yang besar dan panjang yang sudah menegang itu. Ia memainkannya dengan cara memijat lalu mengocok kontol Romli. Desahan keluar dari mulut Romli menikmati permainan Luna.

“Yeahh.. Ahh… Sayang kocok terus,” kata Romli. 

Merasa kurang puas dengan kocokan Luna, Romli lantas meminta Luna untuk mengulum kontolnya. Luna menelan saliva, ia kemudian memasukkan kontol yang besar dan berurat itu ke dalam mulutnya.

“Mphh… Ya sayang… Ahhh… Enak…” desah Romli sambil menjambak rambut Luna.

“Mpphh… Slurpp…” terlihat Luna menikmati kontol yang besar itu di dalam mulutnya.

“Hah.. Telan semuanya Lun, aku mau keluar!” Romli memajukan mundurkan kepala Luna dengan cepat begitu akan mencapai klimaksnya. 

“Mphhh.. Hmph…  uhuk… Uhuk.. “ Luna terbatuk-batuk kala Romli mengeluarkan banyak cairan kedalam mulutnya, dan Romli juga menahan mulut Luna di dalam kontolnya. Sehingga Luna terpaksa menelan semua cairan milik Romli. 

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang