Bab 3

36.5K 125 1
                                    

Bab 3

Tidak hanya dipaksa untuk mengulum kont*l Bagas, tapi Luna juga dipaksa untuk menelan cairan milik Bagas. Melihat Luna sampai batuk dan tersedak namun hal itu justru membuat Bagas tertawa. Luna lantas mengambil air putih dan meminumnya.

“Gimana, enak kan Lun?” ucap Bagas sambil tertawa.

“Mas Bagas apa-apaan sih, gimana kalau pas kita ngelakuin hal barusan terus tiba-tiba Mbak Sinta lihat,” kata Luna yang panik.

“Nggak bakalan, orang Sinta udah molor, mana dia belum muasin aku malam ini, udah main tidur aja,” sahut Bagas dengan kesal.

Luna tidak jadi memasak mie instan, nafsu makannya mendadak hilang karena perbuatan Bagas barusan. Ia berniat untuk kembali ke kamarnya, namun dengan sigap Bagas kembali menarik tubuhnya dan kini tubuh Luna sudah ada dalam pelukan Bagas.

“Mas, apaan sih! Lepasin aku mau balik ke kamar!” ucap Luna.

Tanpa banyak basa-basi Bagas langsung mengulum bibir Luna tanpa memberinya kesempatan untuk bernafas. Awalnya Luna merasa tidak nyaman, tapi entah kenapa saat Bagas bisa memainkan lidahnya dengan lembut, Luna justru menikmatinya.

“Mpphh…”

Tangan Bagas tentu saja tak bisa diam, disela-sela ia memainkan lidahnya, tangannya pun kembali menggerayangi bagian tubuh Luna yang lain. Ia meremas dua gunung kembar Luna yang besar, sintal dan padat.

“Ahhh… Mppphh…” Luna melepaskan tautan bibirnya dari Bagas untuk mengambil nafas.

Saat Bagas meremas gunung kembarnya, tak sengaja Luna kembali melenguh merasakan kenikmatan. Karena saat ini posisinya berhadapan dengan Bagas yang sudah telanjang bulat, Luna merasakan kont*l Bagas yang menegang menggesek bagian mem*knya yang masih tertutup celana dalam.

“Toket kamu mantap juga ya,” kata Bagas lalu kembali mengulum puting Luna seperti bayi sedang menyusu pada ibunya.

Bagas lantas mengangkat tubuh Luna hingga akhirnya gadis itu kini berada di pangkuannya. Tanganya menyingkap lingerie tipis yang membungkus tubuhnya yang seksi. Bagas melepas lingerie itu dan kini hanya tersisa bra dan celana dalam yang masih menutupi bagian indah di tubuh Luna.

“Jangan Mas, gimana kalau Mbak Sinta tiba-tiba bangun dan lihat kita kayak gini,” ucap Luna terlihat ketakutan.

“Udahlah, kamu nggak usah khawatir, yang penting aku bakal bikin kamu senang malam ini. Selama ini kamu cuma bisa lihat aku sama Sinta lewat celah dinding kamar, sekarang kamu bakal ngerasain sendiri gimana nikmatnya kont*lku,” jawab Bagas.

Dengan cepat, Bagas melepas bra dan celana dalam Luna dan kini gadis itu benar-benar telanjat bulat. Tubuhnya mulus, puting susunya warna merah muda, memeknya bersih tanpa sedikitpun bulu seperti bayi. Berulang kali Bagas meneguk saliva melihat keindahan tubuh Luna.

“Kamu kenapa lihat aku kayak gitu Mas,” celetuk Luna sambil menutupi payudara dan mem*knya dengan tangan yang kemudian ditepis oleh Bagas.

“Badan kamu bagus banget,” ucap Bagas sambil menjilat lidahnya.

Tangan Bagas menggerayangi payudara Luna dan memainkannya dengan meremasnya. Lalu ia menyuruh Luna untuk memainkan kont*lnya dengan mengocoknya. Luna menurut saja dan mengocok kontol Bagas hingga batang yang keras itu berlumuran dengan caira sperma.

“Aku udah nggak tahan lagi,” kata Bagas sambil mendorong tubuh Luna.

Bagas mendorong badan Luna ke atas meja makan dan mulai mencium Luna dengan brutal. Bibirnya menyapu tiap jengkal kulit Luna dari bagian pangkal paha naik ke atas sampai ke bagian leher yang membuat tubuh Luna menggelinjang hebat.

“Mpphh… Ahhh… Uhhh… Mas geli….” ujar Luna sambil menjambak rambut Bagas.

“Nikmati aja sayang… Aku bakal bikin kamu puas malam ini,” sahut Bagas.

Lidah Bagas bermain di memek Luna, menjilati klitor*snya yang membuat Luna mendongakkan kepalanya ke atas kala merasakan gelenyar nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Mas… Ahhh… Enggghhh… Ohhhh…” racau Luna seperti orang yang hampir gila karena merasakan kenikmatan ini.

Melihat memek Luna yang sudah banjir, Bagas lantas memegang kontolnya dan menggesek-gesekkan di memek Luna. Ia sengaja menggoda dan memainkan kontolnya di bibir vagina Luna untuk merangsangnya.

“Mas… Geli ahhh…”

“Tapi enak kan,”

“Mas… Aku nggak tahan lagi, geli…”

“Mas masukin sekarang ya,”

Bagas lantas memasukan miliknya dan seketika Luna memekik kesakitan. Ia merasakan sakit dan perih yang luar biasa karena ternyata dia masih perawan. Bagas yang berusaha memasukkan kont*lnya merasa kesulitan karena lubang Luna yang masih terlalu sempit.

“Auhh… Mas, sakit!” pekik Luna.

“Lun, kamu masih perawan?” tanya Bagas terkejut.

“Iya Mas…” jawab Luna sambil menahan tangis.

Merasa tak tega melihat Luna kesakitan, Bagas lantas mencari ide. Ia tak mungkin kembali ke kamarnya untuk mengambil minyak pelumas, akhirnya ia berusha mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membasahi memek Luna.

Bagas mengambil balok es batu berbentuk kotak kecil lalu menggesekkan es batu itu ke bibir vagina Luna. Terlihat sesekali Luna merem melek merasakan dingin yang nikmat di memeknya. Setelah basah, Bagas lantas memasukkan kont*lnya yang sudah tegang ke dalam milik Luna.

“Tahan ya Lun, ini bakal sakit tapi cuma sesaat,” kata Bagas.

“Ahhhh… Mas, sakit….” teriak Luna sambil meremas rambutku.

“Ahhh… Lubang kamu benar-benar masih sempit,” ucap Bagas berusaha mendorong masuk kont*lnya hingga akhirnya semuanya masuk ke dalam memek Luna.

Darah terlihat keluar dari lubang Luna bersamaan dengan air mata yang menetes. Untuk mengurangi rasa sakitnya, Bagas mencium bibir Luna. Dan perlahan rasa sakit yang dirasakan Luna mulai menghilang dan berganti dengan rasa nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Mppp… Mas…. Ahhhh….Ehhhhh….” racau Luna.

“Enak sayang? Aku bakal genjot lebih cepat, ahhhh….” jawab Bagas sambil tersenyum.

Bagas semakin mempercepat temponya hingga membuat payudara Luna bergetar hebat yang semakin meningkatkan nafsunya. Tanpa Luna sadari kakinya mengunci pinggang Bagas hingga membuat kont*l Bagas semakin mudah masuk melesat ke dalam memeknya.

“Mas… Ahhhh… Terus Mas, enak…” kata Luna yang mulai bisa menikmati permainan Bagas.

“Iya sayang, kamu nikmat banget…” jawab Bagas.

Bosan dengan posisi seperti itu, Bagas lantas membalikkan tubuh Luna dengan posisi d*ggy sytle sambil kedua tangannya meremas payudara Luna dari arah belakang. Luna terus meracau, sambil semakin melebarkan posisi kakinya.

“Mas… Ahhhh….Ehhhh… Aku kebelet pipis,” kata Luna.

“Itu bukan kebelet pipis, keluarin aja kalau pengen keluar Lun,” jawab Bagas semakin mempercepat genjotannya.

“Mmmppp… Masssss…” lenguh Luna berbarengan dengan Bagas dan dia yang saling mengeluarkan cairan kenikmatan.

Satu ronde saja tak cukup, kini Bagas memangku Luna dan memintanya untuk bergoyang di atasnya dengan posisi women on top. Awalnya Luna merasa kesulitan karena ia belum pernah, tapi Bagas membimbingnya hingga akhirnya ia mengalami orgasme.

“Yeahhh… Terus Luna… Goyangan kamu enak banget….”

“Ahhhh Mas…. Enggg…”

Untuk kedua kalinya Bagas dan Luna saling mengeluarkan cairan kenikmatan di atas meja makan. Peluh membasahi tubuh mereka, dan Luna ambruk di atas tubuh Bagas.

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang