Bab 2 (kakak ipar)

43.8K 126 0
                                    

Bab 2

Bagas yang tidak tahan melihat lekuk tubuh adik iparnya yang hanya dibalut dengan lingerie tipis itu lantas berjalan menghampirinya yang sedang memasak mie instan. Tanpa banyak basa-basi, Bagas langsung memuluk Luna dari belakang yang sontak membuat gadis itu terkejut.

"Astaga! Mas Bagas apa-apaan sih!" ucap Luna sambil berusaha melepaskan pelukan tangan Bagas.

"Alah, kamu jangan munafik gitu lah, selama ini kamu suka ngintipin aku kalau lagi main sama kakakmu kan," jawab Bagas yang semakin mempererat pelukannya.

"Apaan sih, Mas! Lepasin, kalau nggak aku bakal teriak biar Mbak Sinta denger!" Luna masih berusaha untuk melawan.

Namun, tiba-tiba Bagas nekad meraih sebilah pisau yang berada di meja dapur dan mengancam Luna. Ia tak akan segan menyayat wajah cantik dan mulus Luna kalau dia sampai berani berteriak. Akhirnya, Luna hanya bisa diam membisu.

"Aku nggak pernah ngintipin kamu sama Mbak Sinta, kok!" kata Luna berbohong.

"Jangan bohong, kamu pikir selama ini aku nggak tahu kalau diam-diam kamu suka ngintip aku sama Sinta kalau lagi main lewat celah dinding kamarmu hah," jawab Bagas.

Bagas menatap lekuk tubuh adik iparnya yang dibalut dengan lingerie itu seperti seekor serigala yang hendak menyantap mangsanya. Tangannya perlahan mengelus paha mulus Luna yang sontak membuat Luna terlonjak kaget.

"Mas Bagas! Apa-apaan sih! Jangan kurang ajar ya!" sergah Luna.

"Kenapa Lun? Emangnya selama ini kamu nggak pengen tiap ngintip aku lagi main sama kakakmu?" ucap Bagas sambil tangannya semakin naik sampai ke pangkal paha Luna.

"Ahh... Mppphh...Shhhh..." lenguhan perlahan keluar dari mulut Luna.

Luna merasakan ada gelenyar anehe di dalam dirinya, sebelumnya ia pernah memainkan sendiri klitor*snya. Tapi kali ini rasanya berbeda ketika Bagas yang memainkan mem*knya. Terasa jauh lebih nikmat ketika jari-jemari Bagas dengan lembut memainkan klitor*snya.

"Jangan Mas... Ahhhh...Mpphh..." ucap Luna berusaha menahan agar tak mengeluarkan desahan.

"Lun, bagian bawahmu mulus juga, kamu pasti rajin merawatnya. Aku baru main pake tanganku aja rasanya nikmat, apalagi kalau aku lihat langsung, boleh ya," bisik Bagas.

"Udah gila kamu, Mas! Lepasin aku!" jawab Luna.

Bagas tertawa kecil, ia bukannya melepaskan tangannya tapi justru semakin mempercepat gerakan jarinya untuk mengocok mem*k Luna. Tanpa Luna sadari ia justru berdiri dengan sedikit melebarkan kakinya. Sehingga tangan Bagas semakin mudah memainkan jarinya di bawah sana.

"Mmphh Mas... Please stop... Nghhh..." ucap Luna sambil menutup matanya karena merasakan kenikmatan.

"Stop gimana sih? Orang kamunya keenakan gitu, mana udah basah lagi," jawab Bagas sambil mencium leher mulus Luna yang membuat gadis itu semakin menggelinjang hebat.

Tangan Bagas yang satunya tak tinggal diam, ia memainkan puting Luna yang sudah mengeras. Sedangkan ia hanya mengenakan celana kolor tanpa menggunakan celana dalam, menggesek-gesekkan kont*lnya yang sudah keras ke pantat Luna.

"Shhh... Luna... Baru gini aja udah enak banget..." kata Bagas yang menikmati gesekan di kont*lnya.

"Ahhhhh... Mas udah, aku kebelet pipis," kata Luna.

"Pasti kamu pengen keluar ya," ujar Bagas yang semakin mempercepat gerakan jarinya di memek Luna hingga akhirnya cairan hangat melesat keluar dari lubang memeknya.

Kaki Luna terasa lemas, tapi rasanya begitu nikmat. Ia lantas memutar tubuhnya dan kini saling berhadapan dengan Bagas. Tak sengaja mata Luna tertuju pada sesuatu yang menonjol di bagian bawah Bagas.

"Kenapa Lun, kamu penasaran sama isinya?" tanya Bagas.

"Kenapa bentuknya gitu, Mas?" sahut Luna dengan polosnya.

Luna penasaran dengan penis Bagas yang sudah berdiri menegang di balik celana kolornya. Bagas lalu menyuruh Luna untuk menyentuhnya. Awalnya Luna ragu, tapi sebenarnya ia penasaran. Akhirnya perlahan ia memegang sesuatu yang tegang itu.

"Pegang Lun," kata Bagas.

"Keras banget Mas, dan besar," ucap Luna.

"Kamu pengen tahu rasanya nggak?" tanya Bagas menggoda.

"Emang gimana rasanya, Mas?"

Perlahan Bagas menurunkan celana kolornya dan membiarkan kont*lnya berdiri tegang dengan uratnya yang menonjol. Luna terbelalak kaget, ia tak menyangka Bagas punya kont*l sebesar dan sepanjang itu. Tangannya menyentuh kembali penis Bagas lalu mengurutnya perlahan.

"Shhh... Ahhhh.. Yeahhh... Begitu Lun..." racau Bagas membiarkan Luna memainkan kont*lnya dengan tangannya.

"Pantas aja Mbak Sinta santai teriak-teriak keenakan tiap main sama Mas Bagas, kont*lnya gede banget, gimana rasanya kalau dimasukin ke dalam," batin Luna sambil berulang kali menelan saliva.

"Kenapa kamu diam aja, Lun? Ayo mainkan," ucap Bagas.

Perlahan, Luna memijat kont*l Bagas dan mengocoknya. Di saat yang bersamaan, mulut Bagas kembali menggerayangi leher dan dada Luna. Tanpa mereka sadari, suara lenguhan keluar dari mulut mereka. Suasan dapur seketika berubah menjadi panas.

"Kulum kont*lku, Lun," bisik Bagas.

"Apa Mas? Aku nggak bisa," sahut Luna karena sebelumnya ia memang belum pernah melakukannya.

"Kamu tinggal buka mulutmu lalu memasukkan kont*lku ke dalam dan kamu mengulumnya," sahut Bagas lalu mengarahkan kepala Luna tepat di depan kont*lnya yang sudah basah dan menegang.

Dengan ragu, Luna melakukannya. Ia mengulum kont*l Bagas, meskipun masih pemula tapi dia bisa melakukannya dengan baik. Tapi karena masih canggung, baru sebentar Luna mengulum kont*l Bagas, ia langsung melepaskannya.

"Kenapa kamu lepas? Aku belum keluar," kata Bagas.

"Aku nggak mau Mas! Aku nggak bisa!" jawab Luna yang masih tabu menolak Bagas.

Bagas kesal, ia lantas menarik tubuh Luna lebih dekat, ia menatap tajam mata adik iparnya itu sambil mengancam. Kalau Luna jika tidak menurutinya, ia akan melaporkan pada kakaknya jika Luna lah yang menggodanya. terlebih dengan situasi Luna yang memakai pakaian kerawang.

"Mas, lepasin sakit!" ujar Luna.

"Kamu berani melawan aku? Kalau kamu nggak mau nurutin apa mauku, aku bakal laporin ke Sinta kalau kamu sengaja godain aku dengan pakai baju lingerie kayak gini," kata Bagas mengancam.

Nyali Luna seketika menciut, ia takut dengan ancaman Bagas karena ia tahu Sinta pasti akan lebih percaya dengan ucapan Bagas. Akhirnya, terpaksa Luna kembali mengikuti permintaan Bagas untuk mengulum kont*lnya.

Kali ini Luna bertindak lebih berani, ia mengocok kont*l Bagas lalu mengulumnya. Ia mulai menikmati hal tersebut. Sedangkan Bagas hanya diam sambil memejanmkan matanya merasakan kenikmatan itu.

"Ahhh.... Yeahhh... Terus Luna, enak banget... ujar Bagas mendesah.

"Yes... Ayo Lun, lebih cepat... Ahhh...Mpphh.... Aku hampir keluar," racau Bagas.

Perlahan cairan sperma keluar dari kontol Bagas dan tumpah di mulut serta wajah Luna. Tak sengaja ada sperma yang bahkan tertelan oleh Luna hingga membuatnya tersedak. Keringat membajiri tubuh Bagas, ia merasakan kenikmatan luar biasa. Namun meskipun begitu, itu tidak cukup baginya.

"Ini baru permulaan Lun, ayo kita main lagi," kata Bagas.

"Maskud Mas Bagas apa?" sahut Luna bingung.

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang