Bab 12
Setelah seharian bercinta bersama Bagas akhirnya Luna tak sengaja ketiduran di kamar Bagas dan Sinta. Suara dering jam beker sontak membangunkan Luna, namun Bagas masih tertidur pulas di sampingnya. Tiba-tiba, Luna merasakan perutnya yang lapar karena sejak kemarin ia hanya makan snack sebab seharian asyik bercumbu dengan kakak iparnya.
“Duh, laper banget deh, mending aku bikin sarapan deh pagi ini sekalian aku bikin buat Mas Bagas mumpung nggak ada Mbak Sinta di rumah,” gumam Luna sambil melirik ke arah Bagas yang masih tertidur pulas di balik selimutnya.
Luna berjalan menuju dapur dan membuka kulkas untuk melihat bahan makanan apa saja yang tersedia di dalam. Ia lantas berniat untuk membuat makanan kesukaannya.
“Ah… Udah lama aku nggak bikin maccaroni schotel, semoga aja Mas Bagas juga suka,” batin Luna yang entah kenapa mulai ada rasa dengan kakak iparnya.
Sementara itu, di kamar atas, Bagas terbangun kala mendengar suara alarm ponselnya. Ia segera terbangun dan mencari-cari Luna yang sudah tidak ada di ranjangnya. Bagas berjalan keluar kamar untuk mencari Luna, namun seketika langkahnya terhenti kala mencium aroma masakan khas dari lantai bawah.
“Hmm… Nikmat banget aroma masakan ini, pasti Luna lagi di dapur bikin sarapan,” gumam Bagas.
Dengan langkah tergesa-gesa, Bagas menurui anak tangga dan menghampiri Luna di dapur. Benar saja, dilihatnya Luna sedang sibuk dengan peralatan dapur. Bagas berjalan dengan langkah jinjit menghampiri Luna, lalu memeluknya dari belakang.
“Astaga! Mas Bagas bikin aku kaget aja!” sergah Luna.
“Kenapa kamu nggak bangunin aku Lun?” tanya Bagas masih sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Luna.
“Kamu tidur nyenyak banget Mas jadi aku nggak berani bangunin kamu, kayaknya kamu kecapekan gara-gara habis tempur semalam,” sahut Luna sambil tertawa kecil.
“Ternyata kamu kuat juga ya, habis main beberapa ronde sama aku semalam, terus sekarang masih sempet bangun pagi buat bikin sarapan pagi,” ucap Bagas menggoda.
Bagas menggoda Luna dan tangannya masih saja belum melepaskan pelukannya dari Luna yang membuatnya jadi kesulitan bergerak. Luna berusaha melepaskan lengan kakak iparnya dari pinggangnya, namun pelukan Bagas justru berubah semakin erat.
“Mas, bisa nggak kamu lepasin tanganmu, aku jadi kesusahan nih mau bikin sarapan,” ujar Luna.
“Nggak, aku masih pengen meluk kamu,” jawab Bagas dan justru sekarang ia mulai menciumi leher Luna dengan manja.
“Ayolah Mas, kamu nggak punya maksud buat ngajak aku main di dapur kan?” celetuknya.
Mendengar hal itu, Bagas justru semakin merasa tertantang. Dengan sigap, ia membalikkan tubuh Luna sehingga mereka saling berhadapan sekarang. Tanpa basa-basi, Bagas segera mengecup bibir Luna dan melumatnya dengan lembut.
“Mas Bagas… Emphh…”
Luna yang tak bisa menolak ajakan kakak iparnya, lantas mengalungkan lengannya pada leher Bagas dan berusaha menikmati permainan singkat mereka di pagi hari. Namun, saat mereka sedang larut dalam permainan itu, mendadak suara denting dari oven di dapur menyadarkan Luna.
Ting!
“Astaga! Maccaroni schotelku!” decak Luna yang langsung melepaskan tautan bibirnya dari bibir Bagas
Luna segera mengeluarkan masakannya dari microwave, namun kemudian Bagas menarik tubuhnya dan menaikkannya di atas meja makan. Bagas berusaha untuk menggoda Luna dengan berbagai rangsangan yang ia berikan.
Tanpa menunggu lama, Bagas langsung memijat pergelangan kaki Luna lalu naik ke betis kiri lalu betis kanan, membuat Luna seketika memejamkan matanya karena menikmati setiap sentuhan yang diberikan Bagas. Dengan lembut Bagas mengurut betis mulus putih miliknya, lalu semakin naik ke atas menuju ke pangkal paha Luna.
“Mas, kenapa kamu malah mijitin kakiku sih?” ucap Luna.
“Udah Lun, diam aja nanti kamu juga tahu,” sahut Bagas.
Lanjut Bagas mulai memijat lutut kiri dan naik ke atas selama beberapa menit. Rasanya Bagas sudah tidak sabar menjamah bagian atas Luna. Dan saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sekarang tangan Bagas sudah berada di paha Luna.
“Hmm, iya Mas, bagian situ,” ucap Luna masih memejamkan mata.
Bagas bisa meraba dan melihat kemulusan sepasang paha yang putih tanpa cacat. Sesekali Bagas bertindak iseng dengan sedikit meremas paha miliknya dan menelusupkan jarinya ke bagian paha dalam. Sentuhan itu membuat Luna sedikit menggelinjang keenakan.
“Baru begini saja kamu udah menggelinjang keenakan, gimana kalau aku memainkan jari-jariku di lubang mem*kmu Lun,” ucap Bagas sambil tersenyum nakal.
Bagas memainkan jari jemarinya di bagian pahan dalam Luna lalu tangannya naik menyingkap lingerienya. Bagas mengurutnya agak lama di bagian itu, sampai Luna meminta untuk pindah ke bagian atas. Akhirnya Bagas berhasil memancingnya, hingga Bagas memijat terus naik ke bagian atas.
“Geli Mas,” ucap Luna sambil tertawa kecil.
“Tapi nagih kan, Lun?” tanya Bagas menggoda.
“Ah, kamu bisa aja, jago banget mainin jari-jarinya,” tutur Luna.
Pagi itu kembali Bagas merasakan kont*lnya mulai menegang, dia hampir bercinta dengan Luna. Ia bahkan sudah menanggalkan semua pakaiannya maupun pakaian Luna. Ia sudah memegang kont*lnya dan siap menghujam masuk ke dalam mem*k Luna yang sudah basah.
“Mas, ayo cepetan masukin,” kata Luna dengan manja.
“Iya sayang, aku masukin ya sekarang,” jawab Bagas.
Sementara itu karena sedang asyik bercinta di dapur, Bagas dan Luna sampai tidak mendengar jika sejak tadi di depan rumah ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Dia adalah Romli kakak Bagas. Karena tak ada jawaban, Romli memutuskan langsung masuk saja ke dalam rumah.
“Loh, kok pintunya nggak dikunci sih? Tapi kenapa nggak ada yang nyaut daritadi,” gumam Romli sambil berjalan masuk.
Namun begitu tiba di ruang tengah, Romli mendengar suara cekikikan disertai desahan dari arah dapur. Dengan langkah perlahan, Romli mencari sumber suara itu dan mendapati Luna yang sedang duduk di atas meja makan dengan kondisi telanjang dan Bagas berdiri di depannya dengan kondisi telanjang juga.
“Hah? Mereka lagi ngapain?” decak Romli.
Menyadari jika Romli sudah berdiri di ambang pintu, sontak Bagas terkejut dan menghenatikan aksinya. Padahal dia belum sempat memasukkan kont*lnya ke dalam mem*k Luna.
“Mas, kenapa bengong aja sih?! Cepetan masukin aku udah nggak tahan nih!” kata Luna.
Namun sayangnya Bagas gagal bercumbu dengan Luna pagi ini karena kedatangan kakaknya Romli yang berkunjung ke rumahnya. Romli yang mengetahui ada yang tidak beres dengan Luna dan Bagas, justru ingin ikut merasakan tubuh Luna.
“Kalian lagi ngapain?” ujar Romli.
“Bang, nggak kok, jangan salah paham,” jawab Bagas.
Luna yang dalam keadaan telanjang merasa malu karena Romli terus melihatnya. Ia lantas berlari naik ke kamarnya. Tapi sayangnya, Romli yang sudah terlanjur melihat lekuk tubuh Luna juga ikut terangsang. Saat Luna dikamar pintunya dibuka oleh Romli dan dia mengajak Luna untuk bercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Luna
Short StoryTentang Luna yang menjadi bahan kepuasan nafsu kakak iparnya dan juga orang-orang di tempat kerjanya Ps: Bagi yang gak suka skip aja, gak usah pake baned cerita orang segala!