Bab 25

3.3K 4 0
                                    

Ada apa pak?” tanya pak Mamat begitu mendengar suara teriakan pak Sapto. 

Pak Mamat menunjukkan sebuah celana dalam berwarna merah yang ada di tangannya, terlebih lagi celana dalam itu sudah basah dengan lendir. 

Bola mata Pak Mamat melotot saat dirinya merasa tak asing dengan motif celana dalam itu. 

“Kok mirip celana dalamnya Luna yah yang ada di jemuran kemarin?” batin Pak Mamat yang ternyata Bapak kandungnya Luna. 

“Palingan mereka udah pulang Pak. Biasa anak muda.” oceh Pak Mamat, ia takut jika benar itu celana dalam milik putrinya. 

***

“Lun, ini punya kamu?” Pak Mamat menunjukan celana dalam yang sempat ditemukan oleh Pak sapto siang tadi. 

Kedua bola mata Luna melotot, saat celana dalamnya yang hilang di taman kini dipegang oleh ayahnya. 

“Em, bukan pah.” 

Pak Mamat menatap putrinya tajam saat menyadari kalau putrinya bohong. 

Srak! 

Pak Mamat merobek kaos Luna yang menunjukan susunya yang montok dan juga besar. 

“Ini apa?” Tanya Pak Mamat nunjuk bekas kissmark yang masih baru di dekat oayudara Luna. 

“Itu Pah.. Akh… . . “ Luna menggelinjang ketika Pak Mamat tiba-tiba meremas susu Luna. 

“Shhsss… Sakit pah. “ Pak Mamat meremas payudara Luna dengan kasar. 

“Susu kamu besar juga yah Luna, sama siapa kamu ngewe tadi siang hmm?”  tanya Pak mamat menatap Luna penuh nafsu. 

“Akh… pahh.. Aku gak ngerti maksud papah.”

“Jangan bohong Luna?” 

Plak! Plak! Plak! 

Pak Mamat menampar payudara Luna berkali-kali hingga kulitnya tampak merah. 

“Shss.. Sakit pah… Akh! Pah berhenti sakit!” Luna menangis saat Pak Mamat terus memukul tetenya. 

“Makanya kalau papa tanya kamu jawab yang jujur, kalau kamu gak jawab papa bakalan pukul tete kamu sampai kamu jujur.” Pak Mamat terus memukul tete Luna tanpa ampun. 

“Sakit Pah.. hiks…hiks… “ Luna menangis saat merasakan perih akibat pukulan Pak Mamat. 

“Makanya jawab, tadi siang kamu ngewe sama siapa di taman.” 

“Sama Mas Tomi pah.”

“Bagus, jadi selama ini kalian sering ngewe. Sekarang kamu harus puasin Papa.”  Pak Mamat melumat tete Luna dengan rakus. 

“Apa? Ukh… pah… jangan sekarang aku cape banget.” 

Pak mamat mendorong tubuh Luna ke arah tembok, ia mencium bibir ranum Luna. 

Selanjutnya ada di karya karsa yah atau bisa hubungi no ini untuk pembelian pdf. 085727213790.

https://karyakarsa.com/Ceritavv/gairah-luna-801413

Pembelian pdf bisa hubungi no ini 085727213790

Gairah LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang