Irene, joy dan jennie kini sedang berada di ruang tamu apartemen rosé, pemilik apartmen itu sedang ada kelas jadi dia sekarang sedang berada di dalam kamar.
"Maaf aku membuat kalian menunggu.."
Atensi ketiganya beralih menatap rosé yang datang mendekati mereka.
"Em... Kamu baik baik saja kan?" Irene yang melihat mata rosé yang masih bengkak.
"I'm ok.."
Rosé yang mengangguk yakin.
"Tapi mata mu..." Jennie yang berada di samping rosé.
"Mata kalian juga..."
Mereka menghela nafas lalu kembali menatap leptop Irene.
"Jadi ada apa?" Rosé menaikkan sebelah alisnya.
"Kau tau séanne?" Joy menaikkan kedua alisnya.
"Jangan memanggilku séanne... Kau bukan Jisoo.." Rosé yang bersandar.
"Oke baiklah... Ibu dosen.."
Rosé yang terkekeh mendengar penuturan joy.
"Ya? Jadi ada masalah apa, bu dokter?" Rosé menaikkan sebelah alisnya.
"Kau tau kasus kecelakaan itu?"
"Ya... Aku tau itu.."
"Itu sangat aneh... Mereka seperti kecelakaan yang di rencanakan..." Irene melirik rosé yang menyirit.
"Kau berfikir begitu?" Rosé menaikkan sebelah alisnya, "ya lihat saja sekali lagi..." Irene menyerahkan laptop nya pada rosé.
"ini aneh... mereka tidak mungkin mati karena tertabrak tiba tiba..." Irene menaikkan kedua alisnya.
"tabrakan berencana... aku yakin..." Ucapan joy di angguki Jennie yang menyatukan kedua alisnya.
"Tapi siapa yang merencanakan ini?" Rosé yang masih terfokus menatap laptop Irene tadi.
"kita harus mencari tau pelakunya jika benar itu tabrakan berencana.." Jennie yang bersandar.
"Kurasa kita harus meneliti kasus ini..." Rosé menatap Irene.
"Yeah... Tapi bagaimana?" Irene yang mengangguk.
"Haruskah kita bertanya pada pihak polisi?" Jennie menaikkan sebelah alisnya.
"Jika kita bertanya pada polisi.... Kita tidak akan mendapat jawaban yang kita inginkan... Karena di lokasi kejadian polisi saja sibuk mengeluarkan korban dari dalam mobil..." Jelas Irene.
"Waktu itu juga polisi mengatakan muka mereka sudah hancur karena mobil nya yang meledak..." Sambung joy.
"Hmmm... Kurasa ini ada terkaitnya dengan kematian Jisoo.." Rosé menaruh laptop Irene di meja.
"Kami juga merasa begitu, jeh.." Joy yang mengangguk.
"Apa pembunuh mereka itu orang dari masa lalu mereka?" Ucapan Jennie membuat ketiga sahabatnya menyirit.
"Apa maksud mu?" Irene menaikkan sebelah alisnya.
"Apa pacar kalian tidak memberi tahu masa lalu nya?" Ketiganya menggeleng menatap Jennie.
Jennie menghela nafas sembari bersandar.
"Mereka mendapatkan ancaman dari pembunuh orang tua mereka..." Ucapan Jennie membuat mereka terkejut.
"Tunggu... Apa? Pembunuh orang tua mereka?" Rosé menyatukan kedua alisnya.
"Ah... Aku tau itu... Wendy pernah mengatakan nya pada ku.. " joy menaikkan kedua alisnya.
"Mereka sempat bertemu orang tersebut sehingga mereka selalu di incar karena belum melunasi hutang orang tua mereka..." Sambung joy.
"Sialan.... Haruskah membayarnya dengan nyawa?" Gerutu Irene yang kesal.
"Ya... Tapi... Kurasa mereka memang di bunuh orang tersebut...." Jennie yang tampak berpikir.
"Aku juga merasa begitu... Tapi siapa orang tersebut..." Irene yang juga berpikir.
"Dasar psikopat brengsek..." Gunggam Irene yang mengotak atik laptop nya.
"Kita harus mencari orang tersebut..." Usulan Rosé di angguki ketiga sahabatnya.
"Tapi di mana kita mencari nya? Kurasa dia tersembunyi.." Joy yang menyatukan kedua alisnya.
"Hmm....haruskah kita menjelajahi web gelap?" Ucapan Irene membuat mereka terdiam.
"Sebaiknya tidak usah... Aku tak ingin terjadi apa apa pada kita semua..." Joy yang duduk tegak.
"Ah.. Iya juga... Jadi kita harus bagaimana sekarang?" Irene yang bersandar menatap mereka.
"Aku juga tidak tau.."
Mereka bertiga terdiam dengan pikiran masing masing. Tiba tiba handphone Irene berbunyi tanda ada telepon masuk.
Suho is calling...
"Ugh... Pria itu.." Irene yang memutar bola mata malas.
"Dia selalu mengejar mu..." Celetuk joy yang menatap layar handphone Irene.
"Ya... Selalu... Tetapi aku tidak menyukai nya..." Irene yang menaikkan kedua alisnya.
"Sebaiknya kamu angkat saja, Rene.." Jennie yang bersedikap dada.
"Baiklah baiklah..." Irene mengangkat telepon tersebut, ia membuka loudspeakers agar para sahabat nya bisa mendengar nya.
"Halo irene?"
"Hm, wae?"
"Apa kamu sedang di apartemen? Aku ingin menemui mu.."
"Maaf tapi aku sedang sibuk di luar.."
"Ah.. Sayang sekali... Padahal aku membawa banyak makanan.."
"Maaf..."
"Tak apa...ah ya kamu akan pulang dengan siapa nanti?"
"Rosé... Aku akan pulang dengan rosé..." Irene melirik rosé yang tetap menyimak pembicaraan.
"Ah begitu... Yasudah kalau begitu nanti hati hati yaa.."
"Mhm.."
"Kalau begitu aku matikan dulu telepon nya yaa.."
"Ya.."
Telepon tersebut di matikan sepihak oleh irene.
"Dia obsesi bukan cinta..." Celetuk rosé menatap irene.
"Aku tau..." Irene yang mengangguk.
"Ngomong ngomong roje... Apa jaehyun masih sering kesini?" Jennie menaikan sebelah alisnya.
"Ya... Tapi aku tak pernah membukakan pintu untuknya..." Kini Rosé yang mengangguk.
"Dua pria obsesi..." Joy yang memakan snack yang ia buka.
"Lalu crush? Apa dia masih sering juga menjumpai mu?" Kini Rosé bertanya pada joy.
"Yeah...pria itu masih sering juga mendatangi ku di apartemen..." Joy menaikkan kedua alisnya.
"Taehyung?" Irene menatap jennie yang ikut memakan snack yang joy pegang.
"Tidak usah di tanya.... Pria itu benar benar seperti terobsesi dengan ku.." Jennie memutar bola matanya malas.
"Empat pria obsesi dalam satu lingkaran..."
"Sangat keren.... Dan juga membuat ku muak.."
"Bukan kau saja... Kami juga..."
"Aku benci pria obsesi..."
Halo gue Gre, gue izin ga up dulu untuk beberapa hari mungkin karena ada kegiatan/kesibukan, terimakasih, mohon di mengerti 🙏
Vote and comment😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCANDOR S1 & S2 (CHAESOO)
CasualeRules : "Jangan pernah melibatkan seseorang kedalam hidupmu jika kamu tak ingin terjadi sesuatu padanya, terlebih lagi dia memiliki kehidupan yang berbanding terbalik dengan mu." ∆TIDAK ADA TERKAIT NYA DENGAN IDOL ASLI∆