...
Sang surya telah hampir kembali ke peraduan barat. Sinar senja juga telah menguning sempurna. Awan-awan saling berbisik, angin sore juga sangat riuh bersenandung.
Di Pavilliun Puncak Gunung Qing Quan, pada salah satu rumah utama, suasana masih sepi seperti lembah mati. Bahkan deru nafas manusia yang hadir bisa terdengar jelas sangking bekunya suasana.
Kepulan asap yang berasal dari mangkuk hidangan yang dibuat dengan sepenuh hati telah lama lenyap, berganti menjadi kuah beku yang hanya tertutup sekeping penutup transparan.
Di pinggir jendela agak jauh di sana sosok tegap berdiri bersedekap bersandar pada kusen jendela. Memandang ke luar, pada burung-burung yang berterbangan dengan liar. Alisnya berkerut setiap beberapa saat, tatapan kedua matanya menerawang jauh.
Di kursi pinggir ranjang, seorang pemuda juga terlihat melamun. Tubuhnya menyampingi ranjang, kedua bahunya sedikit turun, dan entah kenapa punggungnya seolah menyempit seakan ia tenggelam dalam kesepian dan ketakutan. Sosok juga terlihat melamun begitu pilu dan penuh kekhusyukan sembari memandang entah apa jauh di luar jendela. Apa yang bisa terlihat selain remang-remang yang hampir gelap.
Entah apa yang pemuda ini pikirkan, hingga setetes air bening tak ia sadari meluncur begitu saja dari matanya, anehnya ia bahkan tidak berkedip.
"Mengapa menangis ... ?" Suara lirih serta sapuan halus ujung jari di pipinya yang basah membuat jantungnya meledak seketika. Fang Duobing melompat kaget, hanya untuk mendapati ia di tatap begitu intens oleh sosok yang kini sedang berusaha duduk
"Li.. Li Lianhua...? Shifu..."...
Fang Duobing tidak lagi malu. Ia juga tidak lagi sungkan untuk menunjukkan ekspresi bahagianya hingga ia melihat pandangan Li Lianhua berubah menyipit."Shifu... kau sudah bangun...?"ucapnya lagi sembari membantu meninggikan bantal di punggung sang guru.
"Jika aku tidak bangun... apa yang akan kamu lakukan?" bukannya menjawab, Li Lianhua malah mengajukan pertanyaan yang membuat Fang Duobing terdiam seribu kata. Tak lupa ia juga masih menatap satu-satunya muridnya ini dengan begitu intens. Yang tentu membuat Fang Duobing kelabakan.
Bisakah ia menjawabnya?
Bisakah ia mengatakan yang sebenarnya?
Haruskah ia mengatakan bahwa baru saja dadanya telah kembali sesak menyeruak ?
Bisakah ia jujur jika kali ini Li Lianhua tidak bangun lagi maka ia mungkin akan gila ?
Bisakan Fang Duobing mengatakan bahwa jika sekali lagi Li Lianhua meninggalkannya maka sungguh tidak sanggup lagi menjalani hidup ini ?
Bisakah...?Fang Duobing masih kebingungan sampai Di Feisheng mendekati keduanya sembari sedikit menggerutu.
"Kenapa kau tidur lama sekali? Aku hampir stress melihat tingkah murid bodohmu ini!" Suara Di Feisheng ketus namun tangannya dengan lembut menarik lengan Li Lianhua untuk mengecek nadinya. Fang Duobing melotot.
Li Lianhua menurut. Ia mengulurkan tangannya, membiarkan Di Feisheng memeriksanya tanpa merasa terganggu. Dan memilih diam begitu saja melihat dua orang ini yang terlihat mulai saling perang kata lagi.
"Mengapa hanya kalian berdua? Apa yang dikerjakan yang lainnya? Apakah ada masalah ?" Li Lianhua bertanya. Maksudnya, bukankah seingatnya Jin Mo You sudah tahu jika ia bangun, mengapa kali ini tidak terlihat? Menurutnya tidak akan mungkin Jin Mo You akan tutup mulut dari anak lainnya. Mustahil tidak akan heboh.
"Dia baru saja pergi ke aula makan anak-anak. Dia juga menunggumu seharian, namun tampaknya kau belum ingin bangun jadi ia memberitahu anak-anak untuk makan lebih dulu" Di Feisheng menjawab sembari menghela nafas lega setelah berhasil memeriksa nadi Li Xiang Yi yang syukurnya sudah lumayan stabil. Tak lupa ia kembali menaikkan selimut agar menutupi lebih banyak anggota tubuh sosok yang saat ini duduk tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Lotus Casebook 2 ( Fanfiction )
Fanfic"Shifu... Sebenarnya kau ada di mana?" lirih Fang Duobing sembari menatap temaramnya rembulan malam. ● Adalah paruh kedua dari perjalanan Fang Duobing untuk menemukan kembali Shifu tercintanya. ● Perjalanan Di Feisheng dengan segala obsesinya, dan ●...