Bab 12: False Calm

111 5 0
                                    

Jiwon berjalan masuk ke ruang rapat utama dengan senyum percaya diri, seolah-olah tidak ada yang salah. Para eksekutif yang duduk di sekitar meja tampak gelisah, beberapa dari mereka saling bertukar pandang dengan cemas.

Skandal yang baru saja pecah telah membuat perusahaan menjadi sorotan negatif, dan semua orang menunggu reaksi dari sang CEO.

"Baiklah," Jiwon memulai dengan suara tenang, "Saya yakin kalian semua sudah mendengar berita tentang proyek kita. Saya ingin kalian tahu bahwa ini hanyalah usaha dari pihak-pihak yang tidak senang dengan kesuksesan kita."

Sejenak, dia menatap mereka satu per satu, memastikan mereka memahami maksudnya. "Kita akan menyelidiki sumber kebocoran ini dan mengatasi masalahnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya terkendali."

Para direktur mengangguk setuju, meskipun masih ada keraguan yang tersisa di mata mereka. Jiwon tahu bahwa dia harus bertindak cepat sebelum keraguan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih berbahaya.

Setelah rapat selesai, Jiwon kembali ke kantornya dan segera memanggil salah satu bawahannya yang paling dipercaya, Do Hyun.

"Saya ingin kamu menyelidiki Hyejin," kata Jiwon tanpa basa-basi. "Temukan siapa saja yang berhubungan dengannya, siapa yang dia percayai. Jangan sampai dia tahu bahwa kita mengawasinya."

Do Hyun mengangguk, memahami betul pentingnya tugas ini. Dia segera pergi, meninggalkan Jiwon yang duduk di mejanya, memikirkan langkah berikutnya.

Di luar, dia mungkin tampak tenang, tetapi di dalam, Jiwon merasakan amarah yang membara. Hyejin telah melangkah terlalu jauh, dan dia tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

Di sisi lain, Hyejin tidak tinggal diam. Dia tahu bahwa Jiwon pasti akan mencurigainya, jadi dia perlu memperkuat aliansinya sebelum segalanya berubah menjadi lebih buruk.

Hyejin mulai mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa direktur perusahaan yang juga tidak senang dengan cara Jiwon memimpin.

Mereka bertemu di tempat-tempat yang jauh dari kantor—restoran kecil di pinggiran kota, atau kafe-kafe yang sepi di tengah malam.

Dalam setiap pertemuan, Hyejin dengan hati-hati mengumpulkan dukungan, meyakinkan mereka bahwa perubahan di pucuk pimpinan akan membawa kebaikan bagi perusahaan.

"Saya tahu ini adalah risiko besar," kata Hyejin saat pertemuan terakhir mereka, "tapi Jiwon bukanlah pemimpin yang baik untuk perusahaan ini. Dia lebih mementingkan kekuasaan pribadi daripada kesejahteraan kita semua. Jika kita bersatu, kita bisa mengubah segalanya."

Para direktur mendengarkan dengan seksama, dan satu per satu mulai menyatakan dukungan mereka. Hyejin merasa kekuatan di pihaknya semakin besar, tetapi dia juga tahu bahwa Jiwon tidak akan tinggal diam.

Setiap langkah harus diambil dengan sangat hati-hati, karena satu kesalahan bisa berarti kehancuran bagi semua yang telah dia bangun.

Malam itu, suasana di rumah terasa lebih tegang dari biasanya. Jiwon pulang lebih awal dari biasanya, dan Hyejin menyadari bahwa dia sedang mencoba untuk menggali lebih dalam tentang apa yang terjadi. Mereka duduk di ruang tamu, Hyejin dengan segelas anggur di tangan, sementara Jiwon menatapnya dengan tajam dari seberang ruangan.

"Kau tampak lebih santai akhir-akhir ini," kata Jiwon dengan nada yang penuh sindiran.

Hyejin mengangkat bahu dengan santai. "Mungkin aku sudah terbiasa dengan tekanan, Jiwon."

"Tekanan? Aku tidak tahu kalau kehidupan sebagai istri CEO bisa begitu menekan," Jiwon tersenyum tipis, tetapi matanya tetap dingin.

Hyejin menatapnya balik, tanpa rasa takut. "Kau tahu, Jiwon, aku selalu kagum pada kemampuanmu untuk tetap tenang meskipun ada masalah besar di perusahaan."

"Apa maksudmu?" tanya Jiwon, suaranya lebih rendah sekarang, hampir seperti bisikan.

"Aku hanya berpikir... mungkin kau sudah terlalu terbiasa mengabaikan masalah," Hyejin menjawab dengan lembut. "Tapi itu bisa berbahaya, bukan? Karena masalah kecil bisa tumbuh menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan lagi."

Jiwon tertawa kecil, tetapi ada ketegangan yang jelas di wajahnya. "Kau benar. Tapi aku juga tahu bahwa masalah bisa diatasi jika kita tahu siapa yang harus disalahkan."

Hyejin tahu bahwa ini adalah peringatan terselubung. Tapi dia tidak gentar. "Itu benar, Jiwon. Jadi mungkin kita berdua harus berhati-hati."

Percakapan mereka berakhir di sana, tetapi ketegangan di antara mereka tetap menggantung di udara. Hyejin tahu bahwa pertempuran besar sedang mendekat, dan dia harus siap menghadapi segala kemungkinan.

Malam itu, ketika mereka berdua berbaring di tempat tidur, Hyejin tetap terjaga, memikirkan langkah berikutnya. Sementara itu, di sisi lain tempat tidur, Jiwon juga tidak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan cara-cara untuk menghancurkan istrinya sebelum dia mendapatkan kekuatan lebih.

Pertempuran mereka baru saja dimulai.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang