Kantor pusat perusahaan yang dulu dipenuhi oleh aura kekuasaan Jiwon kini terasa asing dan sepi baginya. Beberapa hari setelah skandal itu meledak, Jiwon dipaksa untuk mundur dari posisinya sebagai CEO.
Para direktur, yang dulu bersumpah setia kepadanya, kini tak lagi mendukungnya. Mereka semua menyerah pada tekanan publik dan pemegang saham yang marah.
Hyejin mendengar berita itu dari salah satu sekutunya. Dia berdiri di balkon apartemennya, memandang langit malam Seoul yang diterangi oleh lampu-lampu kota.
Angin malam yang sejuk menyapu rambutnya, memberikan rasa tenang yang baru kali ini ia rasakan.
“Jiwon Park telah mundur dari posisinya,” kata suara di telepon. “Dia tidak punya pilihan lain.”
Hyejin mengangguk pelan. “Bagus. Itu langkah pertama.”
“Dan sekarang?”
“Kita teruskan seperti biasa,” jawab Hyejin dengan nada dingin. “Aku ingin memastikan dia tidak akan pernah bisa bangkit lagi.”
Namun, meski menang, Hyejin merasa ada kekosongan dalam dirinya. Dia duduk di meja kerjanya di rumah, memandangi dokumen-dokumen di depannya.
Semua ini adalah rencana yang telah dia susun dengan sangat hati-hati, setiap langkahnya dihitung dengan cermat. Tapi mengapa kemenangan ini terasa begitu sepi?
Dia mencoba mengalihkan pikirannya, merencanakan masa depan yang baru. Kehidupan tanpa Jiwon. Kehidupan yang bebas dari bayangan pria itu.
Tapi setiap kali dia menutup mata, bayangan Jiwon kembali menghantuinya. Tatapan dinginnya, kata-kata tajamnya, dan cara dia memegang kendali begitu kuat.
Teleponnya berdering, membuyarkan lamunannya. Itu adalah salah satu direktur yang dulu bekerja di bawah Jiwon.
“Hyejin, kami semua berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan. Kau telah menyelamatkan perusahaan ini.”
“Aku melakukan apa yang harus kulakukan,” jawab Hyejin singkat. “Sekarang, kita harus memastikan perusahaan ini kembali berjalan dengan baik. Tidak boleh ada kesalahan.”
“Aku setuju. Dan kami siap mendukungmu. Kau tahu, kami melihat potensi kepemimpinan dalam dirimu, Hyejin.”
Hyejin terdiam. Ide untuk mengambil alih posisi yang dulu dipegang Jiwon melintas di pikirannya. Mungkinkah ini yang selama ini dia inginkan? Kekuasaan yang pernah dimiliki Jiwon, tapi kali ini berada di tangannya?
Tapi sebelum dia bisa memutuskan, sebuah pesan tiba di ponselnya. Pesan dari Jiwon.
“Jangan kira aku akan menyerah begitu saja. Ini belum selesai, Hyejin.”
Hati Hyejin berdegup kencang. Bahkan setelah semua yang terjadi, Jiwon masih belum mengalah. Pria itu memang tak pernah tahu kapan harus berhenti. Sebuah perasaan cemas merayap ke dalam dirinya.
Meskipun Jiwon telah kehilangan segalanya, dia masih berbahaya. Dan Hyejin tahu, jika dia tidak berhati-hati, Jiwon bisa kembali dengan cara yang tidak terduga.
Malam itu, Hyejin duduk di kamarnya, merenung. Apakah pertempuran mereka akan pernah benar-benar selesai?
Dia tahu bahwa selama Jiwon masih ada, ancaman akan selalu menghantuinya. Tapi dia juga tahu satu hal: dia tidak akan pernah membiarkan Jiwon mengalahkannya lagi.
Hyejin bangkit dari tempat tidurnya dan memandang dirinya di cermin. Dengan tekad baru, dia bersumpah bahwa tidak peduli apa yang terjadi, dia akan tetap berdiri tegak, tidak akan membiarkan dirinya hancur oleh pria itu.
Pertarungan mereka mungkin belum berakhir, tetapi dia siap untuk apapun yang akan datang.
“Datanglah, Jiwon,” bisiknya pada bayangan dirinya sendiri di cermin. “Aku siap untuk pertempuran berikutnya.”
Dengan pikiran itu, Hyejin tahu bahwa meskipun dia telah memenangkan pertempuran ini, perang mereka masih jauh dari selesai. Namun kali ini, dia tidak akan pernah lagi merasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Hearts
RomanceJi Hyejin menikah dengan Park Jiwon, seorang pria tampan dan karismatik yang baru saja diangkat sebagai CEO perusahaan keluarganya. Pernikahan mereka diatur oleh keluarga untuk memperkuat aliansi bisnis, tetapi Jiwon adalah seorang manipulator ulun...