Bab 19: The Final Gambit

49 1 0
                                    

Pagi itu, dunia Jiwon runtuh.

Hyejin duduk di sofa ruang tamunya, menatap layar ponsel yang penuh dengan notifikasi. Berita tentang skandal besar yang melibatkan CEO perusahaan terkemuka mulai tersebar seperti api. Setiap situs berita utama membahas rahasia kelam yang akhirnya terbongkar: korupsi, penipuan, dan pengkhianatan keluarga yang telah disembunyikan begitu lama.

"CEO Terhormat Terlibat dalam Skandal Besar!" "Rahasia Kelam Jiwon Park Terungkap ke Publik."

Hyejin menatap layar dengan tenang, matanya dingin namun puas. Semua yang dia rencanakan akhirnya membuahkan hasil. Jiwon tak bisa lagi bersembunyi di balik topeng kesempurnaan yang selalu dia kenakan. Dunia kini melihatnya apa adanya—seorang pria yang penuh dengan kebohongan dan ambisi kotor.

Suara telepon berdering mengganggu ketenangan, dan Hyejin melihat nama yang tertera di layarnya. Tanpa ragu, dia mengangkat telepon itu.

“Hyejin, apa yang telah kau lakukan?” suara Jiwon terdengar tegang, penuh dengan kemarahan yang ditahan.

“Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, Jiwon,” jawab Hyejin, suaranya tenang dan penuh kemenangan. “Semua ini adalah hasil dari tindakanmu sendiri. Kau tak bisa menyalahkan siapa pun selain dirimu sendiri.”

“Ini belum berakhir,” ancam Jiwon. “Aku akan membalasmu. Aku akan memastikan kau menderita untuk semua ini.”

Hyejin menghela napas, tak terpengaruh oleh ancaman itu. “Kau sudah kehilangan, Jiwon. Dukunganmu sudah runtuh, dan semua orang akan tahu siapa kau sebenarnya.”

Di dalam kantor pusat perusahaan, Jiwon duduk di belakang meja kerjanya, memandangi ruangan yang terasa lebih dingin dari biasanya. Teleponnya berdering tanpa henti, pesan-pesan dari direktur, investor, dan pemegang saham yang marah menumpuk. Mereka semua ingin jawaban, ingin penjelasan atas apa yang terjadi.

Salah satu direktur yang dulu sangat setia kini berdiri di hadapannya, raut wajahnya serius dan penuh dengan kekhawatiran. “Jiwon, kita harus melakukan sesuatu. Skandal ini sudah terlalu besar. Pemegang saham menuntut tindakan. Posisi Anda sebagai CEO...”

“Tidak ada yang bisa mengancam posisiku,” potong Jiwon dengan marah, meskipun dalam hatinya dia tahu itu tidak sepenuhnya benar. “Aku akan mengendalikan situasi ini. Kita hanya perlu sedikit waktu.”

“Tapi waktu bukanlah hal yang kita miliki saat ini,” balas direktur itu dengan nada putus asa. “Jika kita tidak melakukan sesuatu, mereka akan menuntut pengunduran diri Anda.”

Jiwon mengepalkan tangannya, menahan amarah yang semakin memuncak. Dia telah bekerja terlalu keras, berkorban terlalu banyak untuk membiarkan segalanya runtuh seperti ini. Tapi Hyejin... wanita itu, dengan kepintaran dan keteguhannya, telah membawa kehancuran yang tak pernah dia duga.

“Keluar,” ucap Jiwon akhirnya, suaranya bergetar. “Keluar dari kantorku.”

Setelah direktur itu pergi, Jiwon memandang keluar jendela, melihat kota yang biasa dia kuasai dengan begitu mudahnya. Tapi sekarang, semuanya tampak jauh, tak terjangkau, dan penuh dengan pengkhianatan.

Malam itu, rumah yang pernah menjadi tempat berlindung bagi mereka kini berubah menjadi arena pertarungan terakhir. Hyejin sedang duduk di ruang keluarga ketika Jiwon masuk dengan langkah cepat, wajahnya penuh dengan kemarahan yang tak lagi bisa ditutupi.

“Kau pikir kau bisa menghancurkanku dan lolos begitu saja?” suaranya bergetar, penuh dengan ancaman. “Aku memberimu segalanya, Hyejin. Dan inikah caramu membalasnya?”

Hyejin menatap Jiwon, tak lagi merasa takut seperti dulu. “Segalanya?” dia tertawa kecil, getir. “Yang kau berikan padaku hanyalah kebohongan dan rasa takut. Aku hidup dalam bayang-bayangmu, Jiwon. Tapi tidak lagi.”

Jiwon melangkah mendekat, mata mereka bertemu dalam tatapan yang penuh dengan kebencian dan rasa sakit. “Aku mencintaimu, Hyejin. Tapi kau menghancurkan semua yang kita miliki.”

“Mencintai?” Hyejin menggelengkan kepala. “Kau tidak pernah mencintaiku. Kau hanya mencintai kontrol yang kau miliki atasku. Dan ketika aku melawannya, kau menunjukkan siapa dirimu sebenarnya.”

Jiwon terdiam, kata-kata Hyejin menghantamnya lebih keras dari yang dia bayangkan. Dia tidak bisa lagi menyangkal kebenaran yang ada di depan matanya. “Aku... aku tidak akan membiarkan ini berakhir seperti ini,” gumamnya, suaranya lebih lemah dari sebelumnya.

“Ini sudah berakhir, Jiwon,” Hyejin melangkah maju, mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. “Kau sudah kalah. Dan sekarang, aku yang memegang kendali.”

Jiwon menatap Hyejin dengan mata penuh kebencian, tapi juga ada sesuatu yang

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang