Bab 28: Crossing the Line

34 2 0
                                    

Hyejin berdiri di ambang pintu apartemennya, matanya menatap kosong ke arah jalan yang gelap. Tawaran Jiwon masih berputar di kepalanya, menggema seperti bisikan yang tak diinginkan. Tawaran untuk berdamai, untuk kembali ke masa lalu yang kini hanya menjadi bayang-bayang. Dia menggelengkan kepalanya, menepis keraguan yang berusaha menyelinap masuk.

"Aku tidak bisa kembali," bisiknya kepada dirinya sendiri, suaranya penuh dengan kepastian yang baru ditemukan.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Minho masuk, satu-satunya sekutu yang masih bertahan. “Sudah siap?”

Hyejin mengetik cepat, “Aku siap. Kita akhiri ini malam ini.”

Minho membalas singkat, “Temui aku di lokasi. Ini akan menjadi langkah terbesar kita.”

Hyejin menarik napas panjang, menatap sekeliling apartemen yang sudah lama menjadi tempat perlindungannya. Semua kenangan, semua rasa sakit, semuanya akan berakhir malam ini. Dengan tekad yang membara, dia meninggalkan apartemennya, siap untuk apa pun yang akan datang.

***

Jiwon duduk di ruang kerjanya, menatap monitor di depannya yang penuh dengan laporan dan rencana. Tawaran damainya telah ditolak, dan itu membuat darahnya mendidih. Hyejin bukan hanya menolak, dia menantang segalanya. Jiwon tahu bahwa serangan berikutnya akan menentukan nasib mereka berdua.

“Jadi ini keputusanmu, Hyejin?” gumamnya, tangannya mengepal di atas meja. Dia memandang ke luar jendela, ke kota yang gelap dan penuh intrik di bawah sana. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Setiap langkah, setiap skenario, dia sudah memikirkan semuanya.

“Hubungi direktur. Pastikan mereka siap untuk langkah selanjutnya,” perintah Jiwon kepada asistennya melalui interkom. Suaranya tenang, tetapi penuh dengan ancaman terselubung.

Di belakang layar, Jiwon menggerakkan pion-pionnya. Media, pemegang saham, bahkan sekutu lama Hyejin, semuanya akan digunakan untuk menghancurkan wanita yang pernah dia cintai. Serangan baliknya akan datang seperti badai, menghancurkan segalanya tanpa ampun.

Tapi di dalam hatinya, ada keraguan yang tumbuh, rasa kehilangan yang mulai menggerogoti hatinya. Dia tahu, begitu garis ini dilintasi, tidak ada jalan kembali.

***

Malam itu, Hyejin berdiri di depan gedung perusahaan, menatap ke atas, ke kantor Jiwon di lantai tertinggi. Minho berdiri di sampingnya, wajahnya penuh dengan tekad.

“Semua sudah siap. Kita akan mulai sekarang,” kata Minho, menyerahkan perangkat kecil kepada Hyejin.

Hyejin memegang perangkat itu dengan erat, menyadari bahwa ini adalah titik balik. “Kita sudah terlalu jauh untuk mundur,” jawabnya, suaranya tegas.

Mereka masuk ke dalam gedung, melalui lorong-lorong yang sepi. Ketika mereka mencapai pusat kendali, Hyejin mengaktifkan perangkat yang diberikan Minho. Layar-layar di ruangan itu mulai hidup, menampilkan semua informasi yang telah mereka kumpulkan selama berbulan-bulan.

Jiwon, yang duduk di ruangannya, melihat layar monitornya berkedip, kemudian beralih menampilkan wajah Hyejin. Dia menatapnya, matanya penuh dengan keputusasaan yang tersembunyi di balik kemarahan.

“Hyejin,” panggilnya melalui interkom. “Apa yang kamu lakukan?”

“Aku akan mengakhiri ini, Jiwon. Aku akan memastikan semua orang tahu siapa kamu sebenarnya,” jawab Hyejin, matanya penuh dengan keteguhan.

“Dan kamu pikir mereka akan percaya? Aku masih memiliki kekuatan, masih memiliki kendali,” jawab Jiwon, suaranya semakin tajam.

“Tapi kamu tidak bisa mengendalikan kebenaran, Jiwon. Malam ini, semua orang akan tahu apa yang telah kamu lakukan. Semua rahasia gelapmu akan terbongkar,” balas Hyejin, suaranya dipenuhi dengan kepastian.

Jiwon terdiam sejenak, sebelum akhirnya menghela napas panjang. “Ini pilihanmu, Hyejin. Tapi ingat, begitu kamu memulainya, tidak ada jalan kembali. Kita akan hancur bersama.”

Hyejin memandang layar di depannya, melihat wajah Jiwon yang tampak lebih tua dan lelah dari yang pernah dia lihat sebelumnya. Tapi di balik semua itu, dia melihat ketakutan—ketakutan yang selama ini tersembunyi di balik topeng kekuasaan.

“Aku siap, Jiwon. Ini adalah akhirnya,” kata Hyejin, sebelum menekan tombol yang akan memulai segalanya.

Dalam sekejap, semua layar di gedung perusahaan berubah, menampilkan rekaman, dokumen, dan bukti-bukti yang menghancurkan reputasi Jiwon. Media mulai memberitakan skandal besar yang baru saja terbongkar, dan pemegang saham mulai menghubungi kantor, menuntut jawaban.

Di tengah kekacauan itu, Jiwon hanya bisa menatap layar di depannya, menyadari bahwa segalanya benar-benar telah berakhir. Hyejin telah menyeberangi garis, dan tidak ada jalan kembali bagi mereka berdua.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang