Bab 21: Ashes of Yesterday

51 1 0
                                    

Hyejin menatap langit pagi yang cerah dari jendela apartemen barunya. Setelah semua yang terjadi, dia akhirnya memutuskan untuk memulai hidup baru.

Apartemen itu terletak di bagian kota yang berbeda, jauh dari ingatan kelam yang pernah dia alami. Namun, meskipun semuanya tampak baru dan segar, Hyejin tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang mengintainya, sesuatu dari masa lalu yang masih membayanginya.

Dia mencoba sibuk dengan pekerjaannya. Kini, dia memegang kendali atas perusahaan yang dulu dikuasai Jiwon.

Setiap hari adalah tantangan baru, dan Hyejin mencoba sekuat tenaga untuk menempatkan dirinya di pusat kekuasaan. Namun, meskipun kesuksesan di tangannya, ada sesuatu yang selalu menariknya kembali ke bayang-bayang Jiwon.

Saat malam tiba dan Hyejin duduk di ruang tamunya yang sepi, dia merasa kesendirian mulai merayapi hatinya.

Semua yang telah dia capai terasa hampa, karena dia tahu Jiwon masih ada di luar sana, menunggu saat yang tepat untuk kembali.

Teleponnya berdering, dan Hyejin mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon. Suara dari seberang telepon membuatnya terkejut.

“Hyejin, bagaimana kabarmu?” Suara itu, suara yang pernah dia kenal begitu baik, sekarang terdengar asing dan dingin.

“Jiwon...” bisiknya, suara yang penuh dengan keterkejutan dan kecemasan. “Apa yang kau inginkan?”

“Kau tahu aku tidak pernah benar-benar pergi, bukan? Kau boleh memiliki perusahaan, kekuasaan, segalanya. Tapi aku masih ada di sini, di tempat yang tidak bisa kau sentuh.”

***

Jiwon berjalan di sepanjang lorong gedung yang gelap, bayangannya membaur dengan kegelapan di sekitarnya. Setelah kejatuhannya, dia telah bersembunyi, merencanakan setiap langkahnya dengan teliti.

Dunia mungkin mengira dia telah hancur, tetapi kenyataannya, Jiwon hanya sedang menunggu. Menunggu saat yang tepat untuk kembali dan mengambil alih semuanya.

Dia telah menjadi sosok yang misterius, bekerja dari balik layar, mengendalikan segala sesuatu tanpa harus menunjukkan dirinya.

Jiwon tahu bahwa untuk mengalahkan Hyejin, dia harus lebih cerdik, lebih berhati-hati. Dia tidak bisa lagi menggunakan cara lama; sekarang adalah waktu untuk strategi baru.

Salah satu anak buahnya mendekat, menyerahkan berkas yang berisi laporan terbaru. “Semua berjalan sesuai rencana, Pak Jiwon. Hyejin tidak akan tahu apa yang menunggunya.”

Jiwon mengangguk, matanya dingin dan penuh dengan tekad. “Pastikan semuanya sempurna. Aku tidak ingin ada kesalahan. Hyejin mungkin telah memenangkan pertempuran, tetapi perang ini masih milikku.”

***

Hyejin sedang bekerja di ruang kantornya ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan itu tidak berasal dari nomor yang dikenal, hanya sebuah nomor tak dikenal dengan kata-kata singkat yang membuat darahnya membeku.

“Masa lalu tidak pernah benar-benar mati, Hyejin. Kau tahu itu, bukan?”

Tangannya gemetar saat dia membaca pesan itu. Dia tahu siapa yang mengirimkannya. Hanya ada satu orang yang bisa mengirimkan pesan dengan nada seperti itu, dan Hyejin tahu apa artinya.

Dia mencoba mengabaikannya, kembali fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus kembali ke pesan itu.

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya, membuatnya gelisah. Bagaimana mungkin Jiwon masih bisa mengendalikannya meskipun dia sudah jauh?

Ketika malam tiba, Hyejin duduk di tempat tidurnya, merenungkan segala yang telah terjadi. Dia telah berjuang begitu keras untuk membebaskan diri dari bayangan Jiwon, tetapi bayangan itu masih ada, masih menghantui setiap langkahnya.

Apakah dia benar-benar bisa lepas dari pria itu, atau apakah ini hanya awal dari permainan baru yang lebih berbahaya?

Pesan lain masuk, membuat Hyejin semakin waspada. Dia membuka ponselnya dan membaca pesan yang baru masuk.

“Aku akan kembali, Hyejin. Dan kali ini, aku tidak akan berhenti sampai semuanya menjadi milikku lagi.”

Hyejin menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa pertempuran belum berakhir.

Jiwon masih ada di luar sana, dan dia masih memiliki kekuatan untuk menghancurkan semuanya. Tapi Hyejin juga tahu satu hal: dia tidak akan membiarkan dirinya hancur tanpa perlawanan.

“Kalau begitu datanglah, Jiwon,” balasnya singkat di ponsel. “Aku sudah siap.”

Dengan pesan itu, Hyejin tahu bahwa apa pun yang akan datang, dia tidak akan menghadapi semuanya dengan rasa takut lagi.

Meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui, Hyejin kini lebih kuat, lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang