Bab 22: The Price of Freedom

58 4 0
                                    

Hyejin duduk di sudut kamarnya, menatap ke luar jendela yang menampilkan pemandangan kota yang padat dan hingar-bingar.

Namun, pikirannya tak tenang. Hatinya terbelah antara dua pilihan yang sama-sama berat: melarikan diri atau menghadapi Jiwon sekali lagi.

Pikirannya berputar-putar, memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi jika dia memilih salah satu dari dua opsi itu.

“Jika aku pergi, aku bisa hidup bebas,” bisik Hyejin pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya yang ragu.

“Tapi apa itu benar-benar kebebasan?”

Telepon di sampingnya berbunyi, membuatnya terkejut. Pesan dari seorang teman yang menyarankan dia untuk pergi dan memulai hidup baru di luar negeri.

Itu adalah jalan yang aman, jauh dari bayang-bayang Jiwon. Tapi Hyejin tahu, melarikan diri hanya akan membuat Jiwon memenangkan permainan ini. Dan lebih dari itu, dia tidak akan pernah benar-benar bebas.

“Lari dari kenyataan hanya akan membuatku terus dihantui olehnya,” gumamnya, akhirnya menyadari bahwa dia tak bisa menghindari konfrontasi ini.

“Aku harus mengakhirinya di sini, dengan cara apa pun.”

Hari itu, Hyejin memutuskan untuk tidak lagi hidup dalam ketakutan. Dia menyusun rencana untuk menghadapi Jiwon, bukan hanya untuk mengalahkannya secara fisik tetapi juga untuk menghancurkan kekuasaannya atas dirinya secara emosional.

Selama ini, Jiwon telah menjadi bayangan gelap yang mengendalikan setiap aspek hidupnya, tetapi sekarang, dia tahu bahwa untuk benar-benar bebas, dia harus memutuskan rantai emosional yang mengikatnya pada pria itu.

Dia menemui sahabatnya, Seoyeon, di sebuah kafe yang tersembunyi di sudut kota. Seoyeon, yang selalu menjadi pendukung setianya, tampak khawatir ketika Hyejin mengungkapkan rencananya.

“Apa kau yakin ini yang kau inginkan?” tanya Seoyeon dengan nada cemas.

“Jiwon tidak akan berhenti sampai dia benar-benar menghancurkanmu.”

Hyejin menatap sahabatnya dengan mata penuh tekad. “Aku tahu, tapi aku tidak bisa terus hidup dalam ketakutan, Seoyeon. Kebebasan sejati bukan hanya tentang pergi dari sini. Ini tentang mengakhiri semuanya, dengan cara yang benar.”

Seoyeon menghela napas, akhirnya mengangguk. “Baiklah, Hyejin. Aku akan mendukungmu. Tapi berhati-hatilah, Jiwon bukanlah orang yang bisa dianggap enteng.”

Malam itu, Hyejin pulang ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Rencana untuk menghadapi Jiwon sudah matang di kepalanya, tetapi hati kecilnya masih dipenuhi keraguan.

Dia tahu bahwa apa yang akan dia lakukan adalah hal paling berbahaya yang pernah dia coba.

Ketika dia memasuki apartemennya, sebuah amplop hitam tergeletak di lantai, tepat di depan pintu. Tidak ada yang tahu alamatnya kecuali beberapa orang dekat.

Dengan hati-hati, Hyejin mengambil amplop itu dan membukanya. Di dalamnya, hanya ada selembar kertas dengan tulisan tangan yang sangat dikenalnya.

“Kau pikir kau bisa lepas dari bayanganku? Ini hanya awal, Hyejin. Apa yang akan terjadi selanjutnya akan jauh lebih buruk dari apa pun yang pernah kau bayangkan.”

Ancaman itu langsung membuat darah Hyejin berdesir. Dia meremas kertas itu dengan tangan yang gemetar, lalu melemparkannya ke lantai. Tapi bukannya takut, dia justru merasa tekadnya semakin menguat.

“Aku tidak akan lari, Jiwon,” bisiknya dengan suara penuh amarah dan keberanian. “Kau mungkin berpikir kau bisa mengendalikanku, tapi kau salah. Aku akan mengakhirinya, di sini dan sekarang.”

Dengan kata-kata itu, Hyejin tahu bahwa permainan ini akan segera mencapai puncaknya. Dan kali ini, dia tidak akan mundur.

Kebebasan sejati ada di ujung perjuangannya, dan dia akan mengorbankan apa pun untuk meraihnya.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang