Bab 5: The Tension Builds

93 6 0
                                    

Aku duduk di meja makan yang panjang, memandangi piring yang hampir tak tersentuh di depanku. Sinar matahari sore yang masuk melalui jendela besar menerpa permukaan meja, menciptakan bayangan yang bergerak lembut seiring dengan gerakan tirai. Jiwon belum pulang, dan aku tahu inilah waktu yang tepat untuk memikirkan rencanaku.

Sudah terlalu lama aku merasa seperti boneka dalam pernikahan ini, dikendalikan oleh pria yang tidak pernah sepenuhnya kukenal. Tapi sekarang, semua itu akan berubah.

Aku harus memulai dari hal-hal kecil, sesuatu yang tidak akan membuatnya curiga. Langkah pertama adalah mengatur ulang jadwal rumah tangga, sesuatu yang mungkin tampak sepele, tapi penting dalam proses pengambilalihan kendali.

Aku menghubungi pelayan rumah, memberikan instruksi baru tentang waktu makan, tata letak ruangan, dan bahkan perubahan kecil dalam menu sehari-hari. Semuanya harus terlihat natural, seolah-olah itu hanya bagian dari keinginan istri CEO yang ingin merapikan rumah.

Ketika Jiwon akhirnya pulang malam itu, aku sedang duduk di ruang tamu, membaca buku dengan santai. Dia melirik ke arah meja makan yang sudah rapi dan langsung menyadari ada sesuatu yang berbeda.

“Hyejin, kau ubah jadwal makan malam?” tanyanya, matanya menyipit seolah-olah sedang mencari sesuatu di balik perubahan itu.

Aku tersenyum manis, mencoba menutupi kegugupanku. “Hanya perubahan kecil. Aku merasa kita butuh suasana baru.”

Dia terdiam sejenak, menatapku seolah-olah mencoba membaca pikiranku. “Pastikan kau tidak merubah terlalu banyak, Hyejin. Aku tidak suka kejutan.”

Hatiku berdebar, tapi aku tetap tenang. “Tentu saja, Jiwon. Aku hanya ingin membuat semuanya lebih nyaman.”

“Baiklah,” jawabnya singkat sebelum beranjak ke ruang kerjanya. Aku tahu ini baru awal, tapi aku akan melangkah lebih jauh.

Seminggu kemudian, aku mulai merasakan perlawanan dari Jiwon. Dia mungkin tidak menunjukkan secara langsung, tapi tindakannya lebih dingin dan mengancam. Ketika aku sedang duduk di dapur pagi itu, mendiskusikan perubahan menu dengan koki, ponselku bergetar.

“Ya?” jawabku singkat, melihat bahwa panggilan itu berasal dari nomor yang tidak kukenal.

“Hyejin, ini ibu. Ada yang aneh...”

Hatiku berdetak cepat saat mendengar suara ibu di ujung telepon. “Ibu, apa yang terjadi?”

“Semalam, ada seseorang yang datang ke rumah, mengatakan bahwa dia dari perusahaan suamimu. Dia bilang ada hal penting yang harus kita ketahui. Tapi, Hyejin, dia... dia berbicara dengan cara yang aneh, seolah-olah mengancam.”

Aku menahan napas, merasakan kekhawatiran menjalar ke seluruh tubuhku. “Ibu, jangan khawatir. Aku akan menangani ini.”

Aku segera menutup telepon dan bergegas menuju ruang kerja Jiwon. Pikiranku dipenuhi dengan berbagai skenario, tapi aku harus tetap tenang. Saat aku membuka pintu ruang kerjanya, dia sedang berbicara di telepon, tapi segera mengakhiri panggilannya ketika melihatku.

“Ada apa, Hyejin?” tanyanya dengan nada yang terlalu tenang.

Aku berdiri di depan meja kerjanya, mencoba menahan emosi. “Apa kau mengirim seseorang ke rumah ibuku? Mereka merasa terancam.”

Jiwon menyandarkan tubuhnya ke kursi, memandangi aku dengan tatapan yang sulit diartikan. “Aku hanya ingin memastikan bahwa keluargamu aman, Hyejin. Mereka adalah bagian dari hidupmu, dan karenanya, juga bagian dari hidupku.”

“Kau tahu itu terdengar seperti ancaman, bukan?” Aku berusaha menjaga suaraku agar tidak bergetar.

“Jika kau melihatnya seperti itu, mungkin kau harus memikirkan ulang bagaimana kau menjalani pernikahan kita ini.” Senyum tipis di wajahnya menunjukkan bahwa dia menikmati setiap momen ini.

Aku tahu Jiwon mencoba memperingatkanku—bahwa dia selalu satu langkah di depanku. Tapi ini hanya membuatku lebih yakin bahwa aku harus melanjutkan rencanaku dengan lebih hati-hati dan lebih berani.

Sore itu, aku memutuskan untuk bertemu dengan Soo-min, seorang teman dekat dari masa kuliah yang sudah lama tidak kujumpai.

Dia menghubungiku beberapa hari lalu, mengajak bertemu untuk sekedar makan siang dan mengobrol. Ada rasa ragu dalam diriku, tapi aku butuh seseorang untuk berbicara, meski hanya sebentar.

Kami bertemu di sebuah kafe kecil di pinggir kota, tempat yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk. Ketika aku tiba, Soo-min sudah menungguku di sana, tersenyum hangat seperti yang selalu dia lakukan.

“Hyejin! Lama tidak bertemu,” katanya sambil memelukku erat.

“Aku juga merindukanmu, Soo-min,” jawabku, mencoba mengusir rasa gelisah yang mulai muncul.

Setelah beberapa saat berbicara tentang hal-hal ringan, Soo-min akhirnya menatapku dengan serius. “Hyejin, aku mendengar tentang pernikahanmu dengan Jiwon. Beberapa temanku mengenalnya... dan mereka bilang dia bukan orang yang baik. Kau harus berhati-hati.”

Aku meneguk kopiku, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang tiba-tiba menyeruak. “Aku tahu, Soo-min. Aku sudah... melihat beberapa hal yang membuatku khawatir.”

“Beberapa hal? Hyejin, aku serius. Mereka bilang dia sangat berbahaya, terutama terhadap orang-orang yang dia anggap sebagai ancaman.”

Aku menggenggam cangkirku erat-erat. “Aku tidak tahu harus bagaimana, Soo-min. Tapi aku tidak bisa terus hidup seperti ini.”

Sebelum Soo-min bisa menjawab, ponselku bergetar di atas meja. Nama Jiwon muncul di layar, membuat darahku membeku.

“Hyejin, kau harus pulang sekarang,” suara Jiwon terdengar tenang tapi tegas. “Aku tidak suka kau bertemu dengan orang yang tidak kukenal.”

Aku menelan ludah, melihat ke arah Soo-min yang kini tampak khawatir. “Aku akan segera pulang.”

Setelah menutup telepon, aku bergegas berdiri. “Aku harus pergi, Soo-min. Terima kasih sudah memperingatkanku, tapi aku harus kembali.”

Soo-min mengangguk, tapi aku bisa melihat kekhawatiran di matanya. “Hyejin, jaga dirimu baik-baik. Jika kau butuh sesuatu, aku selalu ada untukmu.”

Saat aku keluar dari kafe, aku tahu bahwa Jiwon tidak akan membiarkan pertemuan ini berlalu begitu saja. Tapi aku juga tahu bahwa aku tidak bisa terus menghindari kenyataan—aku harus bertindak sebelum semuanya terlambat.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang