Bab 23: Haunted Memories

67 2 0
                                    

Hyejin menatap langit malam dari jendela kamarnya, angin lembut membawa aroma musim gugur yang khas.

Namun, pikiran dan hatinya bergejolak. Setiap kali dia menutup mata, bayangan masa lalu selalu muncul—kenangan akan Jiwon, senyumannya yang misterius, sentuhannya yang dingin namun memabukkan, dan cara dia berbicara yang seolah menghipnotis.

"Kenapa aku tidak bisa melupakannya?" Hyejin berbisik kepada dirinya sendiri, rasa frustrasi terdengar dalam suaranya.

Dia tahu bahwa Jiwon adalah sosok yang berbahaya, seseorang yang telah menyakitinya begitu dalam.

Namun, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka—cinta yang pernah ada di antara mereka.

Hyejin menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan itu. Namun, kenangan itu kembali menghantuinya, seperti hantu yang menolak pergi.

Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada Jiwon, pada momen-momen yang pernah mereka bagi, momen-momen di mana dia merasakan cintanya pada pria itu tumbuh.

"Apa aku masih mencintainya?" pertanyaan itu mengusik ketenangannya, membuatnya semakin bimbang.

Dengan tekad baru, Hyejin mencoba memotong semua koneksi yang masih mengikatnya pada Jiwon. Dia menghapus foto-foto lama mereka, memblokir nomor teleponnya, dan bahkan menjual cincin pernikahannya.

Namun, semakin keras dia berusaha menghapus Jiwon dari hidupnya, semakin kuat kenangan itu mencengkeramnya.

Suatu malam, ketika dia sedang duduk di sofa dengan segelas anggur di tangannya, ponselnya berdering.

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Jantungnya berdetak kencang saat dia membuka pesan itu.

"Ingatkah kau pada malam di mana kita pertama kali bertemu? Aku tidak pernah bisa melupakannya, Hyejin."

Pesan itu sederhana, namun cukup untuk mengembalikan semua kenangan yang selama ini dia coba lupakan.

Malam itu, dia menangis, bukan karena kebencian, tetapi karena rasa sakit yang disebabkan oleh cinta yang tidak pernah benar-benar hilang.

"Aku tidak bisa terus begini," Hyejin berbisik pada dirinya sendiri, tetapi dia tahu bahwa perasaan itu terlalu dalam untuk diabaikan begitu saja.

Ketika Hyejin sedang berjalan pulang dari supermarket, seseorang memanggil namanya. Dia berhenti, merasa bulu kuduknya merinding. Suara itu... dia mengenalnya dengan baik.

Hyejin berbalik dan melihat Jiwon berdiri di sana, hanya beberapa meter darinya. Dia tampak berbeda—lebih kurus, lebih lelah, tetapi matanya masih memancarkan pesona yang sama. Mereka saling memandang dalam keheningan yang penuh makna.

"Jiwon... Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hyejin, suaranya bergetar antara marah dan bingung.

"Aku ingin berbicara denganmu, Hyejin," jawab Jiwon, suaranya tenang tapi penuh dengan ketulusan yang tidak pernah Hyejin duga akan datang dari pria itu.

"Apa lagi yang kau inginkan?" Hyejin merapatkan tas belanjaannya, mencoba menyembunyikan gemetar di tangannya.

"Aku tahu aku telah banyak menyakitimu," Jiwon melanjutkan, mendekat satu langkah.

"Tapi aku telah berubah, Hyejin. Aku benar-benar telah berubah. Berikan aku kesempatan untuk membuktikannya."

Hyejin menatapnya dengan penuh keraguan. "Bagaimana aku bisa percaya padamu lagi setelah semua yang kau lakukan?"

"Aku tidak meminta kau untuk langsung percaya," Jiwon mengaku, suaranya rendah dan dalam.

"Tapi beri aku kesempatan. Jika setelah ini kau masih membenciku, aku akan pergi dari hidupmu untuk selamanya."

Hyejin terdiam, hatinya berperang antara harapan dan ketakutan. Kata-kata Jiwon mengguncang pertahanannya, membuatnya bertanya-tanya apakah pria ini benar-benar berubah atau hanya memainkan permainan baru. Namun, di balik semua keraguannya, ada perasaan rindu yang tak bisa dia abaikan.

"Aku... aku butuh waktu untuk berpikir," kata Hyejin akhirnya, suaranya nyaris berbisik.

Jiwon mengangguk pelan. "Ambillah waktu yang kau butuhkan, Hyejin. Aku akan menunggu."

Mereka berdiri di sana selama beberapa saat sebelum Hyejin akhirnya berbalik dan berjalan pergi. Namun, langkahnya terasa berat, seolah-olah dia sedang meninggalkan sebagian dari dirinya di belakang.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang