Hyejin duduk di meja makan yang panjang, matanya tertunduk, seolah tidak ada kehidupan di dalam dirinya. Di depannya, Jiwon membaca koran pagi dengan tenang, seakan-akan tidak ada yang terjadi. Suara lembut dari piring dan sendok yang bersentuhan menjadi satu-satunya suara di ruangan itu.
“Bagaimana tidurmu, sayang?” tanya Jiwon tanpa melihat ke arahnya, suaranya penuh kepalsuan.
Hyejin hanya mengangguk pelan, tidak berniat untuk menjawab. Dia tahu bahwa Jiwon ingin melihat tanda-tanda kepatuhan, dan itulah yang dia tunjukkan—tunduk, tak berdaya, menyerah. Setidaknya, itulah yang Jiwon pikir.
Dalam pikirannya, Hyejin merencanakan langkah berikutnya dengan hati-hati. Dia tahu bahwa Jiwon selalu waspada, selalu mengawasi, mencari setiap celah di mana dia mungkin mencoba melawan.
Jadi, dia tidak akan memberinya alasan untuk curiga. Tidak sekarang. Tidak sampai saat yang tepat tiba.
“Baiklah, aku akan bekerja dulu. Jangan menunggu untuk makan siang, aku mungkin sibuk di kantor,” kata Jiwon sambil bangkit dari kursinya dan mengenakan jasnya.
Dia berhenti sejenak, mengamati Hyejin dengan mata tajam, mencoba menangkap sesuatu dari ekspresinya.
Tapi Hyejin sudah menjadi ahli dalam menyembunyikan pikirannya. Dia hanya tersenyum kecil, mengangguk sekali lagi.
“Tentu, Jiwon. Aku akan menunggumu di rumah.”
Setelah Jiwon keluar, senyuman kecil itu lenyap dari wajahnya. Hyejin merasa lega karena berhasil menjaga dirinya tetap tenang.
Dia tahu bahwa permainan ini belum berakhir, tetapi dia telah belajar bagaimana bermain dengan baik.
Di kantor, Jiwon merasakan adanya perubahan dalam dinamika kekuasaannya. Beberapa keputusan bisnis yang biasanya berjalan mulus kini menghadapi hambatan tak terduga.
Rekan-rekan bisnisnya mulai mempertanyakan kebijakannya, dan karyawannya tampak kurang menghormati otoritasnya. Jiwon merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Dia mulai memperhatikan bahwa beberapa dokumen penting hilang dari mejanya, dan beberapa proyek yang dia andalkan untuk meningkatkan kekuatan perusahaan mulai mengalami masalah.
Kecurigaannya mengarah ke banyak pihak, tetapi dia tidak bisa menemukan bukti konkret.
Saat dia pulang malam itu, Hyejin sudah berada di ruang tamu, membaca buku. Dia tampak begitu tenang, begitu berbeda dari beberapa hari yang lalu. Jiwon memperhatikannya dengan seksama, tetapi tidak menemukan tanda-tanda yang mencurigakan.
“Kau tampak lebih rileks,” kata Jiwon sambil duduk di seberang Hyejin.
Hyejin mengangkat matanya dari buku dan tersenyum tipis. “Aku hanya mencoba menikmati waktu yang ada.”
Jiwon merasa ada sesuatu yang aneh dalam nada suaranya, tetapi dia tidak bisa menempatkannya. Dia merasa ada sesuatu yang sedang terjadi di belakang punggungnya, tetapi dia tidak tahu apa. Itu membuatnya gelisah, membuatnya merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri.
“Apakah ada yang ingin kau bicarakan, Hyejin?” tanya Jiwon, mencoba menggali informasi.
Hyejin menatapnya sejenak sebelum menggelengkan kepala. “Tidak ada yang perlu dibicarakan. Semua baik-baik saja.”
Namun, jawaban itu tidak membuat Jiwon tenang. Sebaliknya, itu hanya memperkuat perasaan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Hyejin darinya. Tapi apa?
Beberapa hari kemudian, Hyejin akhirnya merasa saatnya telah tiba. Dia telah mengumpulkan cukup banyak informasi dan mempersiapkan rencana dengan cermat.
Dengan hati-hati, dia mengirim pesan ke Minho, memastikan bahwa semua langkah sudah siap. Hyejin tahu ini adalah taruhan besar, tetapi dia juga tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman Jiwon.
Sore itu, ketika Jiwon sedang berada di kantor, Hyejin menyelinap keluar dari rumah dan menuju ke perusahaan.
Dia telah mempersiapkan semuanya dengan baik, termasuk alibi yang kuat jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana.
Di kantor, Hyejin menuju ke ruang arsip, tempat di mana dokumen-dokumen penting disimpan. Dengan bantuan Minho, dia berhasil mendapatkan akses ke dokumen-dokumen yang bisa meruntuhkan kekuasaan Jiwon, termasuk bukti penipuan dan manipulasi yang dilakukan Jiwon selama bertahun-tahun.
Saat dia mulai mengumpulkan dokumen-dokumen itu, tiba-tiba pintu ruang arsip terbuka dengan keras. Hyejin tersentak, membeku di tempatnya. Di sana, berd
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Hearts
RomanceJi Hyejin menikah dengan Park Jiwon, seorang pria tampan dan karismatik yang baru saja diangkat sebagai CEO perusahaan keluarganya. Pernikahan mereka diatur oleh keluarga untuk memperkuat aliansi bisnis, tetapi Jiwon adalah seorang manipulator ulun...