Hyejin duduk di ruang rapat, pandangannya tajam memantau wajah-wajah cemas di sekeliling meja. Sekutu-sekutunya—para direktur dan eksekutif yang dulu tampak penuh percaya diri—kini tampak ketakutan. Mereka menerima ancaman halus dari Jiwon. Tekanan itu nyata, terasa seperti jerat yang semakin mengetat di leher mereka.
"Jiwon mulai menekan kita dengan keras," kata Tuan Kang dengan suara rendah, wajahnya pucat. "Beberapa dari kita sudah mendapat peringatan, bahkan ada yang dikirimi pesan ancaman langsung."
Hyejin mengangguk, menahan amarah yang mendidih dalam dirinya. "Aku tahu ini sulit, tapi kita harus bertahan. Jika kita mundur sekarang, kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan ini lagi."
"Aku tidak tahu seberapa lama aku bisa bertahan," gumam seorang direktur lain, matanya tak berani menatap Hyejin. "Keluargaku... Mereka sudah mulai mengancam keluargaku."
Hyejin mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha keras menjaga ketenangan. "Jiwon hanya bisa menakut-nakuti kalian jika kalian membiarkannya. Aku berjanji, begitu rencana ini berhasil, dia tidak akan punya kekuatan lagi untuk mengancam siapapun."
Meski kata-katanya terdengar tegas, Hyejin tahu bahwa situasi semakin berbahaya. Jiwon tidak akan berhenti sampai dia benar-benar menghancurkan segalanya. Dia harus bergerak lebih cepat, sebelum sekutu-sekutunya kehilangan keberanian.
Malam itu, Hyejin duduk di meja makan yang panjang dan kosong di rumah mereka yang mewah. Ruangan itu terasa dingin, hampir seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Dia memikirkan bagaimana menjaga dukungan dari orang-orang yang mulai goyah. Jiwon, dengan semua koneksi dan kekuatannya, sedang menjebak mereka dalam ketakutan.
Pintu depan terdengar terbuka dan langkah kaki berat Jiwon bergema di lantai marmer. Hyejin mengangkat pandangannya saat suaminya masuk, ekspresi wajahnya terlihat begitu dingin dan penuh perhitungan.
"Bagaimana harimu?" tanya Jiwon dengan nada yang dibuat-buat lembut. Ada sesuatu yang mengintai di balik senyumnya—sebuah ancaman yang tidak terucapkan.
"Seperti biasa," jawab Hyejin, berusaha menjaga suaranya tetap stabil. "Kamu?"
"Aku mendapat kabar menarik dari beberapa eksekutif. Sepertinya mereka mulai ragu-ragu terhadap rencana mereka... atau mungkin ada seseorang yang membuat mereka merasa tidak aman?" Jiwon mendekat, berdiri di belakang kursi Hyejin dan meletakkan tangannya di bahunya dengan cengkeraman yang lebih kuat dari yang seharusnya.
Hyejin menahan napas sejenak sebelum menjawab, "Mereka hanya berhati-hati. Ini dunia bisnis, tidak ada yang ingin membuat kesalahan."
Jiwon tertawa kecil, nada sinisnya terasa menohok. "Jangan khawatir, sayang. Aku pastikan mereka akan tahu di mana posisi mereka."
Hyejin tahu Jiwon sedang memperingatkannya, tapi dia tidak akan mundur. Dia harus menjaga sekutu-sekutunya tetap bersama, apapun yang terjadi. Meskipun Jiwon mulai mengarahkan serangannya langsung pada mereka, Hyejin tidak bisa membiarkan rasa takut menghancurkan rencananya.
Hubungan antara Hyejin dan Jiwon kini semakin jauh dari apa yang dulu tampak seperti pernikahan ideal. Setiap pertemuan mereka terasa seperti pertempuran, dengan kata-kata yang tajam seperti pisau. Jiwon, yang dulunya berusaha menjaga citra suami yang penuh perhatian, kini tidak lagi berusaha menutupi niatnya yang sebenarnya.
"Kenapa kamu terus melawan, Hyejin?" tanya Jiwon suatu malam ketika mereka akhirnya bertatap muka di kamar mereka. Matanya memancarkan kemarahan dan ketidakpercayaan. "Kamu tahu bahwa aku akan selalu unggul. Tidak peduli apa yang kamu lakukan, kamu tidak akan pernah menang melawanku."
Hyejin menatapnya balik dengan pandangan yang tidak kalah tajam. "Mungkin aku tidak bisa menang melawanmu, Jiwon. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan hidupku tanpa perlawanan. Ini bukan hanya tentangmu lagi."
Jiwon tertawa sinis, langkahnya mendekat hingga mereka berdiri hanya beberapa inci terpisah. "Kamu tidak tahu apa yang kamu katakan, Hyejin. Kamu sedang bermain api, dan aku tidak akan segan-segan untuk membakar semuanya jika itu yang diperlukan."
"Begitu ya?" Hyejin menantang balik, suaranya tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. "Lalu kita akan lihat siapa yang akan terbakar lebih dulu."
Ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya, dan Hyejin tahu bahwa hanya masalah waktu sebelum semuanya meledak. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa mundur sekarang. Dia sudah terlalu jauh dalam permainan ini, dan satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan menang.
Pertarungan antara mereka semakin sengit, dan setiap langkah yang mereka ambil hanya membuat ikatan beracun ini semakin dalam dan berbahaya. Namun, di balik ketegangan itu, Hyejin merasa ada kekuatan baru yang tumbuh di dalam dirinya—sebuah kekuatan yang tidak akan mudah dihancurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Hearts
RomanceJi Hyejin menikah dengan Park Jiwon, seorang pria tampan dan karismatik yang baru saja diangkat sebagai CEO perusahaan keluarganya. Pernikahan mereka diatur oleh keluarga untuk memperkuat aliansi bisnis, tetapi Jiwon adalah seorang manipulator ulun...