Menggunakan Informasi Pribadi
Pagi itu, ketika aku duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tanganku, Jiwon mendadak muncul, duduk di kursi di seberangku. Wajahnya tampak tenang, tapi ada sesuatu di matanya yang membuatku merasa tidak nyaman.
“Hyejin-ah,” panggilnya, membuatku menoleh. “Aku bertemu dengan ibumu kemarin.”
Aku terdiam sejenak, mencoba memahami arah pembicaraan ini. “Benarkah? Kenapa kau tidak memberitahuku?”
Dia mengangkat bahu dengan santai. “Tidak ada yang penting. Hanya pembicaraan ringan. Dia sangat khawatir tentangmu.”
Hatiku berdetak lebih cepat. “Apa yang kau katakan padanya?”
“Tidak banyak,” jawabnya, sambil memutar-mutar cangkirnya. “Hanya memberitahunya betapa sulitnya kau menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan. Tentu saja, aku meyakinkannya bahwa aku akan menjaga dan melindungimu, seperti yang selalu kulakukan.”
Aku merasakan darahku mulai mendidih. “Apa maksudmu? Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?”
Dia menatapku dengan tatapan penuh kontrol. “Karena kau tidak perlu tahu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tahu bahwa aku selalu ada untukmu, bahkan ketika kau mungkin merasa sendirian.”
“Kau membuatku terlihat lemah di depan ibuku,” balasku, suaraku bergetar oleh emosi. “Aku tidak butuh perlindunganmu seperti ini.”
Jiwon mendekatkan wajahnya, senyuman yang tampak penuh kasih menghiasi bibirnya. “Hyejin, sayang, semua yang kulakukan adalah untukmu. Kau tahu itu, kan? Kita adalah tim. Aku tahu apa yang terbaik untuk kita berdua.”
Aku menggelengkan kepala, merasa seolah-olah setiap kata yang dia ucapkan adalah jebakan. “Ini bukan tentang kita. Ini tentang kau yang selalu ingin mengendalikanku.”
Jiwon hanya tertawa pelan. “Kau tahu, kau selalu menjadi yang paling emosional ketika topik ini muncul.
Mungkin itu karena kau terlalu khawatir tentang pendapat ibumu. Tapi kau tidak perlu khawatir. Aku sudah menangani semuanya.”
Hatiku semakin tenggelam. Aku tahu dia menggunakan informasi tentang hubunganku dengan keluargaku untuk memanipulasiku. Dan yang lebih parah, aku tahu dia menikmati setiap detik dari itu.
---
Mimpi Buruk
Malam itu, aku tidak bisa tidur. Setiap kali aku menutup mata, bayangan Jiwon dan kata-katanya terus menghantuiku.
Aku tahu ada sesuatu yang salah, tapi aku tidak bisa mengungkapkannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang besar sedang mendekat, dan aku tidak bisa menghentikannya.
Ketika aku akhirnya terlelap, aku jatuh ke dalam mimpi buruk yang mengerikan. Aku berdiri di sebuah ruangan gelap, dan di sekelilingku ada cermin-cermin besar yang memantulkan bayanganku.
Tapi yang kulihat bukanlah diriku sendiri—melainkan sosok yang terdistorsi, dengan wajah penuh ketakutan.
Di dalam cermin, Jiwon muncul di belakangku, senyumannya yang dingin dan menghantui muncul lagi.
“Kau tidak akan pernah bisa melarikan diri, Hyejin,” katanya, suaranya bergaung di seluruh ruangan.
“Kau milikku, selamanya.”
Aku berlari, mencoba melarikan diri dari cerminan itu, tapi tidak ada jalan keluar. Setiap kali aku berbalik, dia selalu ada di sana, lebih dekat, dan lebih menyeramkan.
“Apa yang kau inginkan dariku?” Aku berteriak dalam mimpiku, tapi suaraku hanya terdengar sebagai bisikan yang putus asa.
“Semua yang kau miliki,” jawabnya dengan tenang.
“Hatimu, jiwamu, segalanya. Kau tidak akan pernah bisa lepas dariku.”
Aku terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhku basah oleh keringat. Mimpi itu begitu nyata, begitu menakutkan.
Dan yang lebih buruk, aku tahu itu bukan hanya sekadar mimpi. Itu adalah refleksi dari realita yang sedang kuhadapi.
Malam itu aku tidak bisa tidur lagi. Setiap kali aku menutup mata, bayangan Jiwon muncul kembali, dengan senyuman dinginnya yang menghantui.
Dan di dalam hatiku, ketakutan itu semakin menguat. Aku tahu aku harus melakukan sesuatu, tapi apa? Bagaimana aku bisa melawan seseorang yang begitu kuat, begitu licik?
---
Rahasia Kecil
Hari-hari berikutnya aku menjalani kehidupan seperti biasanya, tapi aku tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang menggelayuti pikiranku.
Aku tahu Jiwon sedang merencanakan sesuatu, dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus menemukan sesuatu yang bisa kugunakan untuk melawannya.
Sore itu, ketika Jiwon sedang rapat di luar, aku masuk ke kamarnya. Aku tahu ini berisiko, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku harus menemukan sesuatu—apapun—yang bisa memberiku keuntungan dalam permainan ini.
Aku mulai mencari di antara dokumen-dokumen yang ada di mejanya. Sebagian besar adalah laporan bisnis dan catatan keuangan, tapi tidak ada yang mencurigakan. Namun, saat aku membuka laci paling bawah, aku menemukan sebuah kotak kecil yang terkunci.
Tanganku gemetar saat aku berusaha membuka kotak itu. Setelah beberapa kali mencoba, kuncinya berhasil terbuka, dan di dalamnya aku menemukan beberapa surat yang tampaknya sudah lama disimpan.
Dengan hati-hati, aku membuka salah satu surat itu. Tulisan tangan di atas kertas itu halus dan rapi—bukan tulisan Jiwon.
Isinya adalah surat cinta, ditujukan kepada seseorang yang bukan aku.
Aku membaca surat itu dengan penuh ketidakpercayaan. Nama yang tertulis di sana adalah seorang wanita yang tidak kukenal, tapi jelas bahwa wanita ini memiliki hubungan yang sangat intim dengan Jiwon, mungkin sebelum kami menikah.
“Ini tidak mungkin…” bisikku pada diriku sendiri, otakku berpacu dengan berbagai pikiran.
Aku terus membaca surat-surat itu, dan semakin aku membacanya, semakin jelaslah bahwa wanita ini adalah bagian dari masa lalu Jiwon yang dia sembunyikan dariku.
Dia pernah mencintai wanita ini, dan dari apa yang kutemukan, tampaknya perasaannya masih ada.
Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benakku. Ini mungkin bukan rahasia besar, tapi ini cukup untuk memberiku sedikit keuntungan.
Jika aku bisa mencari tahu lebih banyak tentang wanita ini, mungkin aku bisa menggunakan informasi ini untuk melawan Jiwon.
Aku menyimpan kembali surat-surat itu dengan hati-hati, menutup kotaknya dan mengembalikannya ke tempat semula.
Saat aku meninggalkan kamar itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku merasa memiliki sedikit kendali.
Jiwon mungkin berpikir dia bisa mengendalikan segalanya, tapi sekarang aku tahu bahwa dia juga punya kelemahan.
Dan aku akan menggunakan kelemahan itu untuk melawannya, untuk merebut kembali hidupku.
Malam itu, aku tidur dengan perasaan yang berbeda. Mimpi burukku mungkin masih menghantuiku, tapi sekarang, ada sedikit harapan.
Aku mungkin masih berada di dalam permainan ini, tapi kali ini, aku tahu bagaimana cara memainkannya. Dan aku tidak akan kalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/375519179-288-k566480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Hearts
RomantizmJi Hyejin menikah dengan Park Jiwon, seorang pria tampan dan karismatik yang baru saja diangkat sebagai CEO perusahaan keluarganya. Pernikahan mereka diatur oleh keluarga untuk memperkuat aliansi bisnis, tetapi Jiwon adalah seorang manipulator ulun...