Bab 16: The Fall Begins

48 2 0
                                    

Pagi itu, suasana di ruang rapat utama perusahaan terasa tegang. Para direktur duduk di sekitar meja, menunggu presentasi yang akan segera dimulai. Hyejin berdiri di depan layar besar, senyumnya tersembunyi di balik wajah tenang dan percaya diri. Di tangannya, dia memegang dokumen penting yang akan mengubah segalanya.

Jiwon, yang duduk di ujung meja dengan tatapan tajam, menyadari ada sesuatu yang tidak beres. “Apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami, Hyejin?” tanyanya dengan nada penuh kewaspadaan.

Hyejin menatapnya sebentar, lalu memutar layar presentasi. “Ini adalah laporan keuangan rahasia yang saya temukan selama penelusuran di departemen keuangan. Laporan ini menunjukkan adanya penggelapan dana yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, dana yang secara diam-diam dialihkan untuk proyek-proyek pribadi.”

Mata para direktur membelalak ketika data-data itu muncul di layar. Suara-suara berbisik memenuhi ruangan saat mereka membaca rincian yang menakutkan itu. Jiwon merasakan darahnya mendidih, tetapi dia menahan diri untuk tidak bereaksi secara terbuka.

“Ini tidak mungkin... Bagaimana mungkin kamu memiliki akses ke laporan ini?” desisnya, berusaha tetap tenang.

Hyejin menatapnya tanpa ekspresi. “Ini adalah bagian dari tugasku sebagai istri CEO, untuk memastikan bahwa semua bagian perusahaan berjalan dengan baik. Sayangnya, aku menemukan bahwa tidak semuanya sesuai dengan yang seharusnya. Dan sekarang, para pemegang saham dan direktur harus tahu kebenarannya.”

Tuan Lee, salah satu direktur senior yang sebelumnya selalu setia kepada Jiwon, berdiri dan menatap layar itu dengan kebingungan. “Jiwon, ini... jika ini benar, maka ini adalah pelanggaran yang sangat serius. Reputasi perusahaan dan bahkan keberadaannya bisa terancam.”

Jiwon merasakan tekanan berat di pundaknya. Dia tahu ini adalah permainan Hyejin, tetapi dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa bukti-bukti itu sangat merusak. “Kita perlu menyelidiki lebih lanjut,” katanya dengan suara bergetar. “Aku yakin ada penjelasan lain untuk ini.”

Namun, tatapan para direktur sudah berubah. Kepercayaan yang dulu mereka berikan padanya mulai runtuh, dan Jiwon bisa merasakan pijakan kekuasaannya mulai goyah.

Setelah rapat itu, Jiwon berjalan cepat menuju ruang kerjanya, pikirannya berputar-putar mencari cara untuk mengendalikan kerusakan ini. Begitu dia masuk ke ruangannya, dia menutup pintu dengan keras, menahan amarah yang membara di dalam dirinya.

Teleponnya berdering. Itu adalah Tuan Park, salah satu direktur yang paling dia percayai. “Jiwon, kita perlu bicara. Para direktur sedang mempertimbangkan untuk mengadakan rapat darurat besok pagi. Mereka mulai kehilangan kepercayaan padamu.”

“Apa yang kau maksud dengan kehilangan kepercayaan?” tanya Jiwon, meskipun dia sudah tahu jawabannya.

“Laporan itu... jika kebenarannya terbukti, itu akan menjadi bencana. Banyak dari kami yang merasa dikhianati, terutama jika kamu benar-benar terlibat. Kami tidak bisa mengambil risiko untuk tetap mendukungmu jika ini menjadi lebih buruk.”

Jiwon merasakan cengkeraman panik mulai merayap di dadanya. “Aku akan mengurus ini. Tidak ada yang perlu khawatir. Laporan itu adalah kesalahpahaman.”

Namun, suara Tuan Park terdengar ragu-ragu. “Kami akan melihat apa yang bisa kamu lakukan, tapi ingat, waktumu hampir habis, Jiwon.”

Jiwon menutup telepon dengan marah, melemparkan gagang telepon ke meja. Dia tahu bahwa Hyejin telah menyerangnya di tempat yang paling rentan, dan dia harus menemukan cara untuk membalasnya sebelum semuanya hancur.

Malam itu, Hyejin duduk sendirian di ruang tamunya. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tetapi pikirannya dipenuhi dengan kekacauan. Dia berhasil merusak reputasi Jiwon, tetapi perasaan puas yang diharapkannya tidak datang. Sebaliknya, ada kekosongan yang menggerogoti dirinya, perasaan tidak tenang yang semakin membesar.

Ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk dari salah satu sekutunya. “Kita berhasil membuat mereka meragukan Jiwon. Langkah selanjutnya?”

Hyejin menatap pesan itu, jari-jarinya bergetar saat dia mencoba mengetik balasan. Dia seharusnya senang, tetapi dia justru merasa semakin terjebak dalam jaringan kebohongan dan manipulasi yang dia ciptakan sendiri. Semakin dalam dia masuk ke dalam permainan ini, semakin dia merasa kehilangan dirinya sendiri.

“Aku akan memikirkan langkah berikutnya,” balasnya singkat, lalu meletakkan ponselnya. Dia merasa lelah, lebih lelah daripada sebelumnya. Semua kekuatan dan keberanian yang dia kumpulkan selama ini mulai terkikis oleh keraguan.

Apakah dia benar-benar bisa memenangkan perang ini tanpa menghancurkan dirinya sendiri?

Di tengah malam yang sunyi, Hyejin menangis dalam diam. Air mata yang tertahan selama ini akhirnya pecah, mengalir deras tanpa henti. Dia tahu bahwa jalan yang dia pilih tidak akan membawa kebahagiaan, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada jalan kembali.

Dan di tengah kesedihannya, dia membuat keputusan yang sulit. Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang dia alami, dia tidak akan menyerah. Jiwon harus dihadapi, dan dia harus menemukan cara untuk keluar dari pernikahan ini dengan harga diri yang utuh—bahkan jika itu berarti menghancurkan seluruh dunianya.

Twisted HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang