33. Theo Plan

19.9K 1.7K 70
                                    

Dear Pradeepa Theodore T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear Pradeepa Theodore T.

Congratulations...

"HAAAA!!! SELAMAT KAK!!" Agatha berteriak heboh ketika membuka surel dari beberapa kampus luar negeri. Theo diterima di kampus bergengsi luar negeri, Agatha bahagia mewakili Theo.

Theo mengangguk. Tidak ada raut terkejut di wajahnya seakan itu hal yang biasa.

"Semuanya keterima, Kak. Kamu rencana ambil yang mana?"

"Yang ada lo nya."

Agatha yang duduk di kursi belajar Theo beranjak menghampiri Theo yang duduk di sofa. "Aku nggak kuliah di luar, Kak."

"Berarti gue juga."

Agatha mengernyit, tidak mungkin Theo se-childish itu, kan? Hingga mengikuti tempat kuliahnya.

"Gue udah daftar di sini, dan keterima." Theo menunjukkan layar handphone yang menampilkan surel dari universitas tanah air.

"Kak?" Sayangnya Theo memang se-childish itu hingga mengikuti kemana pun Agatha akan berkuliah nantinya.

"Gue serius sama omongan gue, Sayang." Theo kini membuang handphonenya asal. Menarik Agatha untuk lebih dekat. "Gue mau jagain lo nantinya."

"Kak aku bukan anak kecil, dan juga kamu nggak harus segitunya, ini masa depan kamu, Kak."

"Iya, lo juga masuk masa depan gue. Lo pikir mimpi gue cuma kuliah di luar negeri? Mimpi gue jauh lebih besar dari itu, dan lo ada di dalamnya, Agatha," ucap Theo, matanya menatap Agatha.

Agatha merasakan tatapan itu, yang bukan hanya sekadar tatapan biasa.

"Kak, tapi ini masa depan kamu. Apa nggak sebaiknya kamu mikirin tentang kuliah di luar?" Agatha berusaha meredam perasaannya yang campur aduk. Agatha tahu perasaan Theo, tapi keputusan sebesar ini? Rasanya terlalu berlebihan.

Theo menggeleng, masih dengan pandangan yakin. "Agatha, lo selalu ada di rencana gue. Apapun yang gue capai, apapun yang gue impikan, nggak ada artinya kalau gue nggak bisa ngelewatin itu semua sama lo. Gue nggak peduli kuliah di luar negeri atau apa pun kalau itu berarti gue harus ninggalin lo sendirian di sini."

Agatha mengerutkan kening, "Yakin, ya, nggak bakal nyesel?"

Theo mengangguk tanpa ragu. "Dari awal gue tahu, Agatha. Lo bukan cuma bagian dari hidup gue—lo inti dari semua rencana gue. Gue nggak mau bangun masa depan kalau lo nggak ada di situ. Apa pun yang gue lakuin, selalu ada lo. Jadi, kalau lo di sini, gue di sini." Theo tidak pernah menyembunyikan keinginannya. Ia selalu membuat rencana-rencana besar dalam hidupnya, tapi entah bagaimana, Agatha selalu menjadi pusat dari setiap rencana tersebut.

Agatha selalu tahu Theo mencintainya, tapi sekarang, ia menyadari bahwa cinta itu jauh lebih besar dan dalam dari yang pernah ia bayangkan. Theo tidak hanya mencintainya sebagai pasangan, tapi juga menganggapnya sebagai bagian tak terpisahkan dari masa depan.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang