Agatha dengan riang meneriakkan kata 'semangat' untuk Theodore yang saat ini sedang bertanding basket. Laki-laki itu baru saja mendapat double win untuk Tim Rugby dan Anggar.
Theodore diberkahi banyak keberuntungan dalam hidupnya. Mungkin dulu Theo pernah menyelamatkan dunia. Hingga Tuhan menciptakan Theodore dengan banyak kesempurnaan.
Pertandingan terhenti untuk istirahat sejenak. Agatha datang menghampiri Theodore memberikan air minum. Padahal di samping laki-laki itu terdapat box air minum untuk para peserta lomba.
"Yang dingin atau nggak?" tanya Agatha yang membawa dua air minum kemasan. "Yang biasa aja, nih." Agatha memberikan air minum biasa, ia membukakan tutup botol agar Theo dapat meminum langsung. Lebih baik jika tidak meminum-minuman dingin jika habis berolahraga.
Theo menerima minum dari Agatha, meneguknya hingga tandas. Nggak kembung kah?
"Pulang nanti tunggu gue. Kita bareng." ucapan yang seperti perintah.
"Gue harus mampir ke butik buat fitting gaun Kontes, Kak. Sama finalis lain juga. Nggak bisa pulang bareng." mana tega Agatha melihat Theo yang baru selesai lomba harus menunggunya fitting baju.
"Nggak apa-apa, gue temanin."
"Lo nggak capek, Kak?"
Theo menggeleng, "Justru kalo bareng lo capeknya jadi hilang."
"Astaga gombalannya, belajar dari siapa sih, Kak?"
Theo tak menjawab dia tengah menahan senyum sambil menikmati wajah cantik Agatha. Peluit kembali di tiup, para pemain sudah harus melanjutkan perlombaan. Dengan secepat kilat, Theodore memberi kecupan singkat pada pipi Agatha. "Tunggu gue ya." ucap Theo yang berlari kecil menuju lapangan.
WHAT THE FISH!!
Agatha menutupi wajahnya keluar dari arena gymnasium. Ia senang tapi malu di waktu bersamaan.
✿✿✿
Agatha membuang pandangannya pada jendela samping. Sedari tadi ia merasa canggung setelah aksi Theo mencium pipinya. Jika di hitung ini kedua kalinya Theodore mencium dirinya.
Theodore sendiri terkekeh mengetahui Agatha tampak malu-malu setelah ia cium. Theo dan otak kotornya malah memikirkan hal yang bisa ia dan Agatha lakukan jika Agatha menerimanya nanti.
Mau gue cium sampai habis nafasnya.
"Benar di sini, Agatha?" Theo memarkirkan mobilnya pada sebuah butik yang sudah Agatha beri tahu.
"Benar." Agatha membuka pouch makeup-nya, karena akan bersama para finalis lain, Agatha di tuntut untuk selalu tampil rapi dan cantik. Tidak hanya ketika berkumpul, lebih tepatnya di tuntut untuk selalu all out setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Teen FictionAgatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore. Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukka...