Hari pertama di semester baru, Agatha sudah di panggil wali kelas dan bimbingan konseling. Ini perihal Agatha yang tidak aktif dalam ekskul non akademik.
Agatha cenderung lebih memilih ekskul yang bersifat akademik.
"Jadi karena kegiatan ekstrakurikuler kamu ini tergolong kurang baik untuk non akademik, jadi saya menyarankan kamu untuk pindah ke salah satu ekstrakurikuler non akademik." jelas Ranah, selaku guru bimbingan konseling.
"Ada dua extra yang bisa kamu ambil seperti Paskibraka dan Sispala."
"Ini formulir pendaftarannya." Ranah memberikan dua formulir pendaftaran untuk masing-masing ekstrakurikuler.
"Baik, Bu, terima kasih."
"Kamu bisa menyerahkannya besok."
Agatha mengangguk sopan dan berlalu.
Sebetulnya jika disuruh memilih, tentu Agatha akan memilih Paskibraka. Memangnya siapa yang ingin masuk dalam Sispala? Badannya bisa remuk karena mengikuti ekstrakurikuler itu.
Setelahnya Agatha langsung pulang. Ia sudah memesan taksi online sebelumnya. Agatha setia menunggu di depan gerbang sekolah. Di lihat dari jaraknya sudah tidak terlalu jauh.
TIN...
Agatha melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Matanya mengernyit, mobil yang ada di depannya berbeda dengan mobil yang ia pesan.
"Agatha." akhirnya Agatha melihat seorang laki-laki yang turun dari mobil tersebut.
"Ya?"
"Pulang bareng gue." Pernyataan dari seorang Theodore.
"Gue udah pesen taksi." Agatha memperlihatkan handphonenya.
Tak lama mobil yang Agatha pesan berhenti di belakang mobil Theo.
Melihat hal itu Theo segera menghampiri sang sopir. "Lo tunggu sebentar."
Theo mengetuk kaca mobil taksi yang Agatha pesan. "Pak, pacar saya nggak jadi naik, tapi Bapak nyetir aja sesuai aplikasi." ucap Theo "Ini tip buat, Bapak." Theo mengeluarkan beberapa lembar nominal 100 ribu dan memberikan pada sang sopir.
"Yang bener, Mas? Tapi bener ya, si Mbaknya di antar pulang."
"Iya Pak. Langsung jalan aja."
"Alhamdulillah, langgeng ya Mas sama Mbaknya. Matur nuwun, Bapak langsung capcus. Permisi."
Theo hanya balas mengangguk menanggapi. Ia kembali berjalan mendekat pada Agatha.
"Lo bilang apa, Kak? Kayaknya tadi lo ngasih duit."
"Urusan orang gede, bocil di larang tahu." Theo menarik pelan tangan Agatha agar mengikutinya ke arah mobil.
"Masuk."
Agatha dengan menurut masuk dalam mobil Theo.
Selama perjalanan, Agatha hanya mendengar Theo yang bercerita panjang lebar. Agatha bahkan melihat Theo selalu tersenyum sepanjang cerita.
"Kak."
"Agatha."
Sial. Mengapa harus bersamaan?!
"Gentleman first."
Mendengar itu Theo tertawa pelan. "Ladies first, cantik."
Astaga! Dirinya di panggil cantik? Agatha yang selalu insecure merasa sedikit senang. Itu tandanya Theo approved.
"Lo sama Kak Izzy, gimana?" sebenarnya Agatha malas membahas Izzy, tapi ia butuh kejelasan.
Theo melirik Agatha di sampingnya. "Gimana apanya, Agatha?"
"Hubungan lo sama Kak Izzy."
"Emang dia siapa?"
Agatha mencebik kesal. "Ish! Bukannya dia gebetan lo?"
"Kata siapa?"
"Kata gue, barusan. Hah! Udahlah." Agatha membuang pandangannya ke luar jendela. Tapi setelahnya Agatha tersadar, dirinya seperti pacar yang sedang membutuhkan penjelasan karena cemburu.
Mobil Theo berhenti di persimpangan lampu merah.
"Agatha."
"Hmm!!" dehemnya keras.
"Sini liat gue."
"Kenapa?"
Theo dan Agatha saling menatap. "Gue sama dia itu hanya masa lalu, gue akui sempet tertarik sama Izzy, karena dia selalu ngasih perhatian buat gue. Dia buat gue bergantung sama dia, tapi setelah Izzy memutuskan untuk ke London, ternyata gue salah. Gue sama sekali nggak ada perasaan buat dia, dan gue yang merasa sangat bergantung sama dia bahkan nggak ngerasa seperti itu ketika Izzy pergi."
Theo jujur dengan ucapannya. Izzy dulu sering memberikan perhatian pada Theo, yang kala itu membuat dirinya terbiasa dengan Izzy. Namun setelah Izzy pergi, hidup Theo berjalan sama baiknya dengan ada dan tiadanya Izzy.
Berbeda dengan Agatha. Theo ingin Agatha hanya bergantung padanya, dan ingin memberikan semua perhatian dunia ini hanya untuk Agatha. Atensi Agatha membuatnya ingin menarik Agatha berada di dekatnya.
Agatha melipat bibirnya, ia bingung harus menanggapi seperti apa?
"Sudah terjawab keraguan lo?" Theo mulai melajukan kendaraanya.
"Sedikit." balas Agatha.
Theo hanya mengelus puncak kepala Agatha. Ia tahu Agatha masih memiliki keraguan padanya. Namun ia akan menunggu Agatha yakin akan dirinya.
Theo sangat yakin jika Agatha tidak sadar bahwa dirinya sedang diincar seorang Theodore.
"Formulir paskibraka?" Theo yang sedari tadi penasaran dengan dua formulir di pangkuan gadis itu.
"Iya pindah Ekskul, kata Bu Ranah, gue kurang ekskul non-akademik. Jadi disuruh pindah."
Theo ingat jika di Ekskul paskibraka kebanyakan di isi para laki-laki. Ia mungkin tidak bisa menjaga mata-mata yang akan melihat kecantikan dari Agatha yang selama ini hanya berada dalam kelas. Theo seperti seorang pacar yang posesif.
"Gue juga rencana ada mau pindah ke paskibraka sih." Bohong. Tidak pernah terlintas di pikiran Theo untuk bergabung menjadi anak paskibraka. Tapi demi gadis-nya. Theo rela.
"Oh ya? Gue ada temennya berarti."
"Gue nggak mau jadi temen lo."
Maunya jadi pacar lo.
"Lo nggak mau jadi temen gue? Jahat banget Kak."
Theo tak membalas ia hanya terkekeh kecil.
-TO BE CONTINUED-
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Teen FictionAgatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore. Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukka...