Tok! Tok! Tok!
Ketukan di pintu balkon kamar Agatha kembali terdengar. Sejak beberapa minggu terakhir, suara itu sudah jadi hal biasa, terutama karena si pelakunya selalu sama—Theodore.
Agatha mendengus sambil membuka pintu, Theo berdiri di sana dengan senyum lebar. "Ada siapa di rumah?" tanya Theo santai sambil masuk tanpa diundang, seperti biasa.
Agatha menutup pintu, menggeleng. "Nggak ada siapa-siapa. Mama lagi keluar, dan Adek ikut oma." Bukannya masuk lewat pintu utama, Theo lebih suka masuk sembunyi-sembunyi.
Theo mengangguk sambil duduk di tepi tempat tidur Agatha, lalu melihat sekeliling kamar. "Tumben rumah sepi gini. Gue jadi mikir, lo sengaja bikin setting-an biar gue bisa dateng terus, ya?"
Agatha menatap Theo dengan alis terangkat. "Apaan sih, Kak? Itu kebetulan aja kali. Lagian, aku juga heran kok kamu selalu datang pas nggak ada orang. Jangan-jangan kamu ngintai rumah aku dari jauh, ya?" godanya sambil menyilangkan tangan di dada, mencoba terlihat serius.
Theo tertawa kecil, menggeleng. "Mata-matain lo? Gue emang punya sixth sense, tahu nggak? Gue bisa ngerasain kapan lo sendirian dan kapan gue harus muncul sebagai pahlawan."
Agatha menahan tawa, tapi akhirnya menyerah dan ikut tertawa.
Theo menatapnya dengan senyum nakal. "Tapi lo seneng kan gue dateng? Ngaku aja."
Agatha memutar matanya, "Nggak tuh, biasa aja." Agatha kemudian ingat sesuatu, "Kak, kebetulan kamu di sini. Bantu pilihin dress buat aku besok."
Theo yang awalnya duduk santai di tepi tempat tidur, tiba-tiba menegakkan badan saat mendengar permintaan Agatha. "Pilihin dress? Buat apa?"
Agatha beranjak dari tempat tidurnya, berjalan ke lemari pakaian. "Buat acara sekolah besok," jawabnya sambil membuka lemari dan menarik keluar beberapa dress yang sudah dia siapkan.
Theo menyipitkan matanya. "Acara sekolah? Nggak bilang-bilang gue, nih?"
Agatha tertawa kecil sambil menaruh tiga dress di tempat tidur. "Ya, nggak penting-penting banget sih. Cuma acara sekolah biasa."
Theo menatap dress-dress yang diletakkan Agatha di tempat tidur. Semuanya terlihat seksi. Ada satu dress berwarna hitam, satu putih, dan yang terakhir berwarna burgundy. Ketiganya pendek, dengan potongan yang cukup terbuka di bagian punggung dan bahu. Theo langsung mengernyit.
"Ini lo mau pakai ke acara sekolah?!" Theo menatap dress itu satu per satu.
Agatha yang sedang mengancingkan bajunya, bersiap mencoba salah satu dress, menoleh dan mengangkat alis. "Ya, kenapa emang?"
Theo menggeleng pelan, matanya masih terpaku pada dress-dress itu. "Menurut lo, ini nggak terlalu terbuka?"
Agatha tertawa kecil, lalu mengambil dress yang berwarna putih. "Kak, semua cewek juga pasti pakai baju begini. Ini acara semi-formal, bukan yang pakai gaun panjang atau apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Teen FictionAgatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore. Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukka...