25. Jealous

44.9K 2.3K 89
                                    

Pagi-pagi sekali Agatha bangun mempersiapkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Agatha bangun mempersiapkan diri. Setelah berpakaian, Agatha memoles wajahnya dengan sedikit bedak serta lipbalm yang memiliki tint pink. Rambutnya ia biarkan tergerai.

Diantar sang mama—Irina. "Kamu, hari ini kayak—"

Agatha menoleh pada Irina yang menelisik penampilannya. "Kayak apa Ma? Aneh ya? Mama jangan liatian aku terus, fokus nyetir aja."

"Kayak beda, jauh lebih cantik."

Agatha yang di puji hanya menanggapi dengan senyumnya.

Irina tertawa kecil melihat respons putri sulungnya, "Waduh, Tha!"

"Kenapa, Ma?"

Irina tampak melirik spionnya. "Dibelakang ada pacar kamu, tuh." Agatha sudah memberitahu Irina jika dirinya dan Theo sudah resmi berpacaran.

Sontak Agatha menengok ke belakang, benar saja Theo dengan motornya tampak mengiringi dari belakang.

"Kok bisa ya, Ma? Motoran aja ganteng." Meski wajah Theo tertutup helm ia bisa yakin seberapa menawan sosok dibalik itu.

"Kalau cinta emang gitu, Tha. Pup kucing pun rasa cokelat kalau udah cinta."

"Ya ampun Ma, perumpamaannya nggak ada yang lain apa gimana."

Irina hanya terkekeh kecil.

Terlihat gerbang sekolahnya sudah di depan mata, Theo menyalip mobil Agatha. "Aku berangkat dulu, Ma. Nanti sore aku pulangnya di jemput kan?" tanya Agatha.

"Iya, Mama yang jemput. Tinggal calling aja." Irina mengeluarkan handphonenya.

"Udah handphone baru aja nih, Mama." Agatha menatap handphone keluaran terbaru milik Irina. "Babaiii, Ma." lanjut Agatha melambaikan tangannya.

Berjalan memasuki sekolahnya, Agatha melirik area parkir khusus motor, matanya kesana-kesini mencari seorang, Theo. Tapi tidak menemukan laki-laki itu.

Agatha melanjutkan jalannya, hingga tiba-tiba tasnya di ambil alih seseorang.

"Astaga!!!" pekik Agatha yang kaget, ia termundur kebelakang. "Kak Theo! Ngagetin."

Dengan gerakan cepat dan alami, Theo mengambil alih tas Agatha, menaruhnya di pundaknya. "Biar gue yang bawa. Ayo, gue antar ke kelas."

Agatha menatap Theo dengan tatapan takjub. "Kak, nggak perlu repot-repot. Gue bisa bawa sendiri," ucapnya, meski sebenarnya sangat menyukai perhatian kecil itu.

Theo hanya tertawa ringan. "Tas lo nggak seberat beban hidup, kok. Biar gue aja yang bawa."

Mereka berjalan berdampingan di koridor sekolah yang mulai dipadati siswa lain. Agatha merasa sedikit canggung, terutama karena banyak teman-teman mereka yang melirik dan berbisik-bisik melihat mereka berjalan bersama. Tapi di sisi lain, perasaan hangat dan nyaman di dekat Theo membuatnya merasa aman.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang