Agenda mereka dimulai pada besok hari, jadilah sore hingga malam mereka akan beristirahat dan bebas melakukan apapun.
Ketika jam malam tiba, anggota Sispala kompak berkumpul membentuk lingkaran dengan api unggun di tengahnya.
Agatha yang sejak sampai di lokasi selalu di ikuti oleh Theodore. "Deketan, sini." Agatha sudah di tarik Theo terlebih dulu untuk duduk bersebelahan dengannya.
Theo menjadikan jaketnya sebagai alas Agatha untuk duduk. "Duduk." Theo menarik tangan Agatha untuk duduk.
"Jangan Kak, jaket lo nanti kotor." Bagaimana mungkin jaket super mahal Theo dijadikan alas untuk duduk?
"Nggak apa, gue malah suka kalo lo sudi duduk di jaket gue ini."
"Gue yang nggak enak Kak."
"Duduk." Theo bukan laki-laki yang suka mengulangi perkataan. Tapi, Agatha selalu membuatnya berbicara lebih dari sekali.
Agatha menggelengkan kepalanya. "Gue duduk di rumput aja."
"Sure..." Theo mengangguk sekilas.
Agatha yang akan mengambil jaket Theo sangat belum siap kala lengannya ditarik dengan cepat.
Happp...
"Berarti lo lebih suka duduk di pangkuan gue."
Agatha jatuh terduduk di pangkuan Theo. Ia tak bergeming, tangannya malah terlampir di bahu laki-laki itu.
Melihat keterdiaman Agatha membuat Theo menarik bibirnya. "Beneran suka dipangku ternyata." tangannya menyelipkan rambut Agatha ke belakang telinga.
Agatha yang sadar sontak melompat duduk ke sebelah Theo, duduk tepat di atas jaket Theo.
"Gila!"
Theo tertawa mendengar ucapan Agatha.
"Enakan duduk di sini." Theo menepuk pahanya sendiri.
Untung saja tidak ada yang melihat kejadian tadi. Tangannya dengan asal mencabut rumput-rumput dengan tidak minat.
"Test."
"Test."
"ANAK BARU KUMPUL SINI BURUAN!!" teriak Izzy menggunakan megafon.
Theo mengernyitkan dahi, untuk apa Izzy memanggil para junior?
Agatha berdiri, ia ikut berbaris bersama dengan 4 orang lainnya.
"Ada beberapa barang yang belum di pindahin dari bus. Ini list nya yang harus kalian ambil." Izzy membagikan kertas kecil daftar barang yang harus di ambil.
Agatha terkejut melihat barang yang harus ia ambil.
'5 dus air minum, tas anggota yang tertinggal.'
"Bubar sekarang." ucap Izzy tersenyum miring melihat raut wajah Agatha.
Agaknya ia cukup tercengang melihat anggota baru yang berjenis kelamin laki-laki hanya di suruh mengambil tissue dan selimut. Apakah list nya ini tertukar? Mengingat hal itu Agatha merasa Izzy sengaja melakukan itu, dirinya kan sangat di benci Izzy.
"Huftt!!" Agatha membuang nafas kasar. Ini sudah dus ke-empat yang berhasil ia pindahkan. Sisa satu dus lagi.
"Semangat." Agatha menyemangati dirinya sendiri.
Agatha membawa ransel di punggungnya milik anggota yang tertinggal dan wow beratnya luar biasa, Agatha rasa setelah ini tubuhnya akan menjadi pendek.
Lengkap sudah.
Sembari menggendong ransel yang beratnya minta ampun, kedua tangannya juga membawa satu dus air mineral.
Agatha yang tidak dapat melihat kondisi jalan dibawahnya lantas hampir terjatuh karena kayu besar. Tangan seseorang lebih dulu melingkar di pinggang Agatha sebelum terjatuh.
"Kak?" panggil Agatha.
"Siapa yang berani nyuruh lo bawa ini?"
"Kenapa Kak? Ini pekerjaan yang mudah."
Theo dengan sigap mengambil alih semua barang yang Agatha bawa.
"Gue takut di hukum Kak," Agatha panik, takut seniornya marah jika melihat Theo yang membantunya.
"Gue yang hukum orang yang nyuruh lo."
Theo berjalan lebih dulu meninggalkan Agatha.
Ia segera menaruh asal dus air minum dan melempar tas ransel pada seorang laki-laki.
"Tas busuk lo itu nyusahin, tahu nggak?!" ucap Theo.
"Eh Bang? kenapa lo yang bawa tadi kayaknya anak baru yang disuruh ambil."
"Nyuruh? Barang punya lo, kenapa orang yang ambil?"
Laki-laki itu hanya menunduk mendapat teguran dari Theo. Ia bisa apa memangnya? Melawan Theo sama saja dengan cari mati.
"Maaf Bang. Gue nggak akan begitu lain kali."
✿✿✿
Agatha hendak membasuh wajahnya di toilet umum yang sudah di sediakan. Saat ia hendak masuk ia malah mendengar suara yang sangat horror.
Agatha yang kepalang penasaran berjalan lebih dekat ke salah satu bilik.
"Ahhh ahhh faster Steve..."
"Like this?"
"Yea—ahh Ahh."
Agatha membekap mulutnya, ia mematung di tempat, suara desahan dan bunyi khas bercinta terdengar jelas ke telinganya. Adegan yang baru kali ini ia dengar secara live.
Telinga gue ternodai.
Ia mundur perlahan dan memutar badannya untuk keluar dari toilet itu.
"Udah puas dengarnya?" Theo dengan santainya bersandar di depan toilet perempuan itu.
Astaga!
Mengagetkan saja!
"Kak lo dengar?"
Theo mengangguk.
"Kenapa lo masuk?" tanya Theo.
Agatha merasa seperti sedang tertangkap basah. "Gue penasaran." balas Agatha. "By the way kenapa ya, lo selalu ada di sekitar gue?"
"Lo emang harus selalu ada dalam radar gue, adanya lo di sini adalah tanggung jawab gue, Agatha."
"Gue nggak ngerti maksud lo, tapi terserah deh."
Suara desahan terdengar nyaring membuat Theo menutup kedua telinga Agatha dan berjalan menjauh dari toilet itu.
"Gue udah dewasa kali Kak." Agatha melepas kedua tangan Theo.
"Nggak, lo masih bocah."
Walau telinga Agaha di tutup, nyatanya suara itu masih bisa menembus masuk dalam pendengara Agatha
-TO BE CONTINUED-
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Teen FictionAgatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore. Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukka...