1 | Mendapatkan Alamat

794 63 16
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Olivia turun dari lantai atas setelah selesai mandi, berpakaian, dan menyiapkan keperluan kuliahnya hari itu. Wajahnya tidak terlihat cerah dan terkesan tidak bersemangat. Bahkan, Olivia terlihat seperti orang yang tidak punya tujuan tetap. Namun Hani tidak mau terlalu ambil pusing, karena ia tahu apa penyebab Olivia memasang wajah seperti itu. Ia dan Rian selalu sepakat untuk tidak memanjakan Olivia, meski gadis itu adalah putri mereka satu-satunya.

Olivia duduk di kursi meja makan, setelah menyimpan tasnya pada kursi sebelah yang kosong. Tatapannya tertuju pada Hani yang saat itu sedang menyajikan menu sarapan.

"Ma, apa Mama sudah tanya pada Tante Santi, tentang kenapa Samsul tidak pernah lagi mengantar atau menjemput aku ke kampus?" tanya Olivia.

"Kenapa Mama harus menanyakan hal itu pada Tante Santi? Kamu jelas sudah lama tahu, bahwa Samsul tidak pernah mau dijodohkan dengan kamu. Hanya Om Mika saja yang selalu mencoba meyakinkan Samsul, agar bersedia dijodohkan dengan kamu. Tapi yang namanya hati manusia sudah jelas tidak bisa dikendalikan oleh manusia lainnya, Oliv. Samsul berhak menolak dan kamu tidak boleh memaksa dia," jawab Hani, sangat tenang.

Olivia melipat tangannya di depan dada, sambil terus menatap lurus ke arah Hani yang kini sedang menata peralatan makan.

"Aku dengar kabar dari Sandy, katanya Samsul sejak kemarin memilih menjemput Nadin di rumahnya. Kalau menurut Mama, apakah itu artinya Samsul lebih menyukai Nadin daripada aku?"

Hani berhenti menata peralatan di meja makan dan menatap ke arah putri tunggalnya tersebut. Ia tersenyum, meski sebenarnya Olivia sama sekali tidak berharap Hani tersenyum ke arahnya ketika hatinya sedang kacau.

"Dulu, Om Mika sering sekali menjemput Mama di panti asuhan ketika akan berangkat sekolah. Tapi tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikirannya untuk menaruh rasa suka terhadap Mama. Om Mika murni menjadi sahabat Mama sampai detik ini. Jadi Mama rasa, tidak bisa kita menyimpulkan bahwa Samsul menyukai Nadin, hanya karena Samsul sering menjemputnya sebelum pergi ke sekolah. Kecuali Samsul sendiri yang menyatakan bahwa dia menyukai Nadin di depan Sandy, barulah kita bisa menyimpulkan demikian," ujar Hani.

Olivia melihatnya kembali menyusun peralatan makan yang masih belum selesai. Hani benar-benar tidak peduli dengan urusan perasaan Olivia, karena sejatinya ia yakin kalau Olivia sendiri tidak benar-benar memiliki perasaan terhadap Samsul. Ia lebih yakin kalau Olivia hanya merasa takut kehilangan perhatian dari Samsul, sehingga bertingkah seakan sangat mencintai pemuda itu.

"Bisa jadi, Samsul merasa jauh lebih senang menjemput Nadin daripada kamu. Karena Nadin selama ini tidak pernah punya rasa suka terhadap Samsul. Lain halnya dengan kamu, yang selalu saja berlebihan menunjukkan  rasa sukamu terhadap Samsul selama ini. Ingat, Samsul itu tidak akan ingin berpacaran. Kalaupun dia suka terhadap seseorang, dia hanya akan bilang soal perasaannya agar orang yang dia sukai tahu secara terbuka mengenai hal itu. Selebihnya, dia akan memilih menunggu waktu yang tepat agar bisa menikah dengan orang yang dia inginkan. Om Mika selalu mengajarkan hal itu pada Sammy, Sandy, ataupun Samsul. Sama halnya seperti Mama mengajarimu perkara yang sama selama ini. Itu adalah prinsip yang tidak boleh dilanggar. Kamu paham, 'kan?"

Olivia segera menganggukkan kepalanya. Meski ia merasa bahwa peraturan tidak boleh berpacaran itu sangatlah kuno, tapi hal itu juga disetujui oleh Papanya. Jadi bagaimana pun, Olivia jelas harus memenuhi peraturan itu jika tidak ingin dimarahi. Rian keluar dari kamar dan sedikit mendengar pembicaraan antara Hani dan Olivia.

"Ada apa? Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Rian, seraya duduk di kursi meja makan.

"Oliv bertanya, apakah aku sudah tanya pada Santi, tentang kenapa Samsul tidak pernah lagi mengantar atau menjemputnya ke kampus. Aku berikan dia jawaban, bahwa aku tidak akan pernah menanyakan hal itu pada Santi. Bagaimana pun, Samsul sudah menolak dijodohkan dengan Oliv dan Oliv tidak boleh memaksa Samsul untuk mengubah keputusannya," jawab Hani, tidak menutupi apa pun.

Olivia pun memakan pelan-pelan nasi goreng yang ada di piringnya, untuk menghindari tatapan Rian yang kini tertuju kepadanya. Ia tahu persis, bahwa Papanya selalu memikirkan hal yang sama seperti Mamanya. Jika Mamanya berpikir seperti yang tadi disampaikan, maka sudah jelas Papanya juga akan menyampaikan hal yang tidak jauh berbeda.

"Jangan menuntut yang macam-macam Oliv, terutama kepada Samsul. Papa dan Mama menyayangi Samsul seperti anak sendiri, jadi jangan buat dia memberi jarak dari kami berdua gara-gara tingkah lakumu. Kami tidak akan membatasi kamu saat akan memilih seseorang yang kamu cintai. Tapi kamu juga harus ingat, bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan. Pahami itu baik-baik," pesan Rian, tegas.

Ponsel milik Olivia berdering. Sebuah pesan baru saja masuk dan membuat gadis itu segera membukanya, agar tak perlu lagi mendengar ceramah dari Hani maupun Rian.

SANDY
Hari ini Samsul kembali menjemput Nadin. Tapi perhatian Samsul ternyata bukan tertuju untuk Nadin. Dia menunjukkan perhatian dan perasaanya secara terbuka pada sahabat Nadin. Ruby.

Usai membaca pesan itu, Olivia pun segera menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ia memilih tidak membalas pesan yang Sandy kirimkan, karena hal itu hanya akan memicu amarahnya meluap di depan Rian ataupun Hani. Ia kemudian berpamitan pada kedua orangtuanya tanpa menghabiskan nasi goreng yang tersaji di piringnya. Setelah keluar dari rumah, barulah gadis itu menggeram hebat untuk meluapkan kekesalannya.

"Ruby? Kenapa harus sahabatnya Nadin yang akhirnya membuat Samsul merasa tertarik dengan lawan jenis? Kenapa harus dia?" batin Olivia, frustrasi.

Di sekolah, Nadin dan Ruby membagi tugas untuk mencari tahu alamat rumah Adrian pada teman-teman sekelas pemuda itu. Ruby bertanya pada para siswi di kelas tersebut, sementara Nadin bertanya pada para siswa. Ketika akhirnya mereka mendapatkan informasi, keduanya segera memberi tahu Samsul melalui chat grup--yang tadi telah Samsul buat--untuk mengetahui keberadaan pemuda itu.

NADIN
Sul, aku dapat info soal alamat rumahnya Adrian.

RUBY
Kak Samsul. Aku punya info soal alamat rumah Adrian.

SAMSUL
Ya Allah, Ruby. Apa susahnya tidak memangilku Kakak? Panggil saja Samsul atau sayang. Mudah, 'kan?

SAMSUL
Aku ada di kantin. Kalian datang saja ke sini, karena aku baru selesai memesan batagor. Tidak mungkin aku meninggalkan batagor ini tanpa memakannya lebih dulu. Mubazir.

NADIN
Samsul! Batagor jangan dimakan! Nanti Om Rasyid dan Tante Tari marah.

SAMSUL
Ini batagor yang bukan berwujud kucing, Nadin Cantik. Ini batagor yang wujudnya adalah bakso dan tahu digoreng.

RUBY
Sabar, Sul. Sabar. Orang sabar pasti selalu menggondok.

NADIN
HUA-HA-HA-HA-HA-HA!!! Benar sekali!!!

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang