9 | Membentengi Sementara Waktu

625 59 30
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Nadin segera menyerahkan satu botol air yang belum terpakai ke tangan Karel. Karel segera membuka tutup botol dan mempersiapkan diri untuk kembali mengeluarkan energinya. Tak berapa lama kemudian, ia mulai mendoakan air tersebut agar Adrian bisa meminumnya sebelum mereka pulang.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Rabbi annii massaniya asy-syaithaanu binusybin wa adaba, Rabbi a’udzu bika min hamazaatisy-syaya thiini, wa a'udzubika rabbi an yahdhurun. Wa khifzhon min kulli syaithaanin maarid," lirih Karel.

Pemuda itu pun meniup air dalam botol tersebut sebanyak tiga kali. Setelah itu, barulah ia menyodorkannya pada Adrian agar pemuda itu segera minum sampai habis.

"Jangan lupa baca bismillah sebelum minum," tuntun Karel.

Adrian pun mengangguk.

"Bismillahirrahmanirrahim," lirih Adrian.

Samsul kini sedang mengetik pesan pada ponselnya. Ia mulai mengabari beberapa orang, agar bisa berkumpul malam nanti di rumah Nadin. Ia melakukan itu setelah memikirkan, siapa-siapa saja yang sebaiknya ia ajak untuk bergabung. Ia tidak ingin ada seseorang yang membawakan masalah jika akhirnya akan membentuk sebuah tim. Maka dari itulah ia sengaja memilih orang-orang tertentu yang diyakini bisa mengendalikan ego dalam dirinya.

"Kamu kirim pesan pada siapa?" tanya Ruby, sengaja berbisik.

"Revan, Reva, dan Iqbal. Aku sedang berusaha mengajak beberapa orang untuk datang ke rumah Nadin, sore nanti. Kita harus membicarakan banyak hal, agar bisa menemukan jalan keluar untuk membantu Adrian sampai tuntas," jawab Samsul, seraya memperlihatkan layar ponselnya pada Ruby.

Ruby pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, setelah mendapat jawaban dari Samsul. Gadis itu memilih untuk tidak bertanya-tanya terlalu banyak, karena takut akan salah bicara terhadap Samsul. Karel masih membantu Adrian untuk minum perlahan-lahan. Adrian benar-benar mau meminum air itu sampai habis. Hal itu membuat Nadin, Samsul, dan Ruby merasa lega. Mereka jelas tidak perlu membujuk pemuda itu dengan susah payah, karena tampaknya Adrian punya kesadaran diri dan niat yang kuat untuk menjauhi setan jerangkong.

"Apakah setelah minum air itu, anak kami tidak akan diganggu lagi oleh makhluk halus tadi, Nak?" tanya Rizwan.

"Iya, apakah setan jerangkong itu tidak akan kembali lagi dan membuatnya koma seperti tadi?" Ester tampak sangat berharap mendapat jawaban yang pasti.

"Insya Allah akan begitu, Pak. Tapi itu hanya untuk sementara waktu. Kami harus menemukan orang yang berusaha menjadikan Adrian sebagai tumbal pesugihannya, lalu menghancurkan usaha pesugihan itu agar Adrian tidak lagi diincar oleh setan jerangkong tadi," jawab Karel.

"Apakah kalian bisa menemukan siapa orangnya? Apakah kalian akan berusaha menemukannya agar dia berhenti menargetkan anak kami?" Ester kembali bertanya dan kali ini diiringi dengan tangis.

"Intinya, kami akan langsung datang ke rumah Bapak dan Ibu, setelah Adrian diperbolehkan pulang dari sini. Nantinya kami harus membuat pencegahan di rumah Bapak dan Ibu, agar Adrian bisa tetap tenang meski perkara utamanya belum berakhir. Selama berada di rumah, Adrian tidak boleh sampai diganggu lagi oleh setan jerangkong tadi. Karena rumah kalian adalah satu-satunya tempat paling aman bagi kami untuk melepaskan Adrian dari incaran seseorang yang melakukan ritual pesugihan," tambah Nadin.

"Segera saja hubungi saya, jika Adrian sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Saya akan berkoordinasi dengan yang lainnya, agar bisa langsung datang ke rumah Bapak dan Ibu. Tolong jangan sungkan menghubungi meski sudah tengah malam sekalipun. Keselamatan Adrian adalah yang harus Bapak dan Ibu utamakan," ujar Ruby, seraya memberikan kartu nama miliknya.

Ester menerima kartu berisi nama dan nomor telepon tersebut. Rizwan ikut melihat dan keduanya langsung mencatat nomor telepon tersebut pada ponsel masing-masing. Karel mundur beberapa langkah dari posisinya dan berdiri tepat di sisi Nadin. Samsul langsung mendekat pada Adrian, sehingga kini Adrian bisa menatapnya sekali lagi dan menjabat tangannya untuk berterimakasih.

"Terima kasih banyak, Kak Samsul. Terima kasih karena Kakak telah berusaha membawaku kembali dari alam bawah sadar, meski aku sempat meragukan Kakak di tengah prosesnya," ucapnya, tulus.

"Jangan terlalu dipikirkan. Itu memang sudah seharusnya aku lakukan, agar jiwamu tidak benar-benar dibawa oleh setan jerangkong itu dan dijadikan tumbal pesugihan. Mulai sekarang, perbanyaklah ibadah dan berdzikir. Jangan biarkan pikiran dan hatimu menjadi kosong. Jika pikiran dan hatimu kosong, pada saat itulah setan jerangkong itu akan memanfaatkannya untuk kembali membuatmu jadi seperti tadi," saran Samsul.

"Iya, Kak. Insya Allah aku akan mengikuti saran yang Kakak katakan barusan," janji Adrian.

Setelah keadaan Adrian benar-benar tenang, mereka berempat pun berpamitan pada Ester dan Rizwan. Mereka berjalan bersama ketika keluar dari rumah sakit itu. Keempatnya saling menatap satu sama lain, setelah tiba di area parkir bagian samping gedung. Mereka jelas harus segera berpikir dengan cepat, sebelum setan jerangkong itu kembali lagi dan mencoba mengambil Adrian dengan cara lain.

"Aku sudah menghubungi yang lain. Nanti malam kita akan berkumpul di rumah Nadin untuk menyusun rencana selanjutnya," ujar Samsul.

"Siapa-siapa saja yang kamu ajak?" tanya Karel.

"Tidak banyak. Hanya Revan, Reva, dan Iqbal," jawab Samsul.

"Kenapa kamu tidak menghubungi Sammy dan Sandy?" Nadin ingin tahu.

Samsul tersenyum lesu. Tanpa Samsul menjawab pun, Nadin langsung bisa memahami bahwa saat ini kerenggangan antara Samsul dan Sandy adalah alasan. Sementara Sammy, sudah jelas dia tidak akan meninggalkan Sandy sendirian. Karena hal itu akan menimbulkan prasangka pada diri Sandy, bahwa Sammy lebih memihak Samsul daripada dirinya.

"Mari kita sama-sama menjauhi orang-orang yang sulit diajak berkomunikasi, untuk saat ini. Pekerjaan kita tidak bisa berjalan lancar, jika ada orang-orang yang sulit mengendalikan ego di dalam tim. Menyatukan banyak pendapat dan pikiran bukanlah hal yang mudah. Jadi akan semakin sulit kita mendapatkan hasil, apabila kita mengikutsertakan orang-orang yang tidak bisa menerima pendapat berbeda dari orang lain. Selalu ingin menang sendiri bukanlah sikap yang baik dan kita tidak perlu memiliki orang-orang seperti itu di dalam tim. Kalian paham, 'kan?" jelas Karel.

"Insya Allah kami paham, Rel. Penjelasanmu barusan sangat mudah dicerna dan juga diterima oleh kami. Meski aku yang akan memimpin tim ini, tetap saja kamu harus selalu memikirkan yang terbaik agar bisa memberikan saran dan masukan untuk semua anggota tim. Aku, Nadin, dan Samsul jelas harus disandingkan dengan orang-orang yang bisa bekerja sama, bukan dengan orang-orang yang hanya mementingkan ego sendiri," tanggap Ruby.

"Dan lagi pula pendapat kamu itu benar," tambah Nadin. "Kita hanya perlu meletakkan kepercayaan pada orang yang bisa saling memahami, ketika membentuk tim baru seperti ini. Jika kita tidak bisa saling memahami, kita hanya akan selalu bertemu dengan kesalahpahaman. Dan hal seperti itu tidak akan pernah menemukan titik ujung."

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang