21 | Mengalahkan Sujiro

564 63 60
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Iya! Si tukang kebun! Tadi siang aku melihat dia sedang membersihkan kebun di sebelah rumah orangtuanya Adrian. Karel, Nadin, dan Samsul juga melihat si tukang kebun itu, kok," jelas Ruby.

"Wah, dari awal keadaannya memang enggak beres, ternyata. Dan masalahnya, orangtuanya Adrian sama sekali enggak aware, kalau si tukang kebun itu adalah orang yang mengincar anaknya,"

"Berarti sudah lama Adrian diincar oleh Kakek tua sialan itu. Karena dia sudah sering berada di sekitar lingkungan rumah orangtua Adrian dan berpura-pura menjadi tukang kebun. Dan mungkin, Adrian memang adalah anak laki-laki yang memenuhi syarat penumbalan dalam ritual pesugihannya," geram Reva.

"Sehingga sekarang, Kakek tua kadaluarsa itu tidak akan mau melepaskan Adrian sebelum benar-benar menjadi tumbal seperti yang dia rencanakan selama ini," tambah Ruby.

Karel meredam amarahnya setelah melihat si tukang kebun itu. Ia memilih untuk melampiaskan amarahnya kepada yang tepat, karena ia baru saja melihat setan jerangkong yang ditunggunya keluar dari dinding samping rumah. Kemungkinan, setan jerangkong itu ingin melarikan diri setelah tahu bahwa sekutunya telah terkepung. Maka dari itulah Karel bergegas mengejarnya, agar bisa menghadapinya secara langsung.

"Dasar kurang ajar!!! Keluar kalian!!! Jangan hanya berani memancing aku sambil bersembunyi!!! Kalian tidak punya nyali!!! Kalian pasti tidak akan bisa melawanku secara terang-terangan!!! Aku adalah Sujiro, tidak akan ada satu manusia pun yang bisa melawanku di dunia ini!!!"

Ruby pun segera memisahkan diri dari Iqbal dan Reva, karena ia memiliki tugas sendiri yang tadi telah dipesankan oleh Karel. Iqbal dan Reva pun segera keluar dari tempat mereka bersembunyi, sehingga Sujiro kini bisa melihat keberadaan mereka secara langsung.

"Oh ... kalian rupanya! Anak-anak kecil seperti kalian benar-benar tidak tahu adab dan tidak tahu batasan! Berani-beraninya kalian mengusik pekerjaanku! " umpat Sujiro.

"Hah? Tidak tahu adab? Siapa yang tidak tahu adab? Kami atau kamu? Jelas-jelas kamu yang berani bertingkah tidak sopan. Mengganggu ketenangan hidup keluarga orang lain dan berusaha mengambil anak orang lain untuk dijadikan tumbal. Tidak sadar diri, hah?" ejek Iqbal, tidak segan-segan.

Reva pun ikut tersenyum miring, sebagai arti bahwa ia setuju dengan ejekan yang Iqbal layangkan untuk Sujiro. Sujiro pun menggeram marah ketika mendengar ejekan itu. Karena apa yang Iqbal sebutkan barusan memang benar adanya dan tidak dapat ia sanggah.

"Kalian benar-benar ...."

"Alah, lama! Enggak usah banyak omong! Enggak usah ngalor, ngidul, wetan, kulon! Ayo, cepat lawan kami! Buktikan ucapanmu, jika memang kamu adalah seseorang yang tidak bisa dikalahkan oleh manusia mana pun!" tantang Reva.

Sujiro pun segera mencabut kerisnya. Reva dan Iqbal juga segera menghunus senjata masing-masing, kemudian memulai pertarungan dengan Sujiro.

TRANGGGG!!! TRANGGGG!!! TRANGGGG!!!

Suara keris yang beradu dengan celurit bulu ayam dan pedang jarum terdengar begitu jelas, di tengah keheningan hutan tersebut. Iqbal dan Reva tidak berhenti menyerang Sujiro, agar Sujiro tidak memiliki celah untuk memberikan serangan balasan kepada mereka. Laki-laki tua itu harus segera dibuat menyerah dan tak berdaya. Jika dia kewalahan melawan dua orang sekaligus, maka artinya ada peluang besar bagi Iqbal dan Reva untuk memenangkan pertarungan itu. Sebaliknya, jika Sujiro sampai berhasil mendapatkan celah, maka Iqbal dan Reva-lah yang akan kewalahan menghadapinya malam itu.

TRANGGGG!!! TRANGGGG!!! TRANGGGG!!!

Sujiro mundur beberapa langkah. Ia berusaha menetralkan nafasnya lebih dulu, karena sejak tadi ia merasa kesulitan mendapat waktu untuk sekedar bernafas dengan benar. Energi dalam diri Reva maupun Iqbal benar-benar membuatnya kewalahan. Ia tidak menyangka, bahwa ada anak-anak muda yang tidak punya rasa takut ketika berhadapan dengannya. Padahal tadinya ia pikir akan sangat mudah mengalahkan mereka berdua, karena mereka terlihat belum pernah punya pengalaman bertarung.

"Mereka seharusnya mundur sejak tadi. Mereka harusnya bisa merasakan kekuatan yang aku simpan dalam diri ini. Tapi entah mengapa, mereka justru terlihat sama sekali tidak peduli. Seakan tujuan mereka datang ke sini hanyalah untuk mengalahkan aku. Dan jika aku belum berhasil dikalahkan, maka mereka tidak akan berhenti," batin Sujiro.

"Kenapa berhenti, Kakek tua? Capek, ya? Kehabisan tenaga? Makanya, sering-sering olahraga, Kek. Jangan sering-sering kerjasama sama setan jerangkong, doang. Jangan cuma jago cari tumbal untuk pesugihan," sindir Iqbal, sambil tertawa senang.

"Katanya enggak bisa dikalahkan. Belum juga lima menit, kok, sudah K.O.?" tambah Reva, terus memainkan pedang jarumnya dengan lincah.

"Diam kalian!!! Tutup mulut kalian yang kurang ajar itu!!!" bentak Sujiro. "Jangan remehkan aku. Aku ini sudah sering bertarung dengan banyak orang. Jadi jangan coba-coba remehkan aku, hanya karena kalian masih muda dan punya banyak tenaga!!!"

Reva langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara Iqbal tertawa lepas dan terdengar menjengkelkan--bagi Sujiro.

"Enggak habis pikir aku. Bisa-bisanya, loh, ada manusia sombongnya selangit tapi tahu dirinya kurang. Badan sudah ringkih begitu bukannya taubat, malah bersekutu sama setan! Nungguin apa sih, Kek?" heran Reva.

"Nungguin cashback dari setan jerangkong, Va. Siapa tahu ada hadiah cashback yang bisa Kakek itu terima, kalau kerjasamanya longlasting forever," sahut Iqbal, dengan gaya menyebalkan yang tiada duanya.

Amarah Sujiro semakin tersulut. Energinya telah terisi kembali dan siap untuk memberikan serangan selanjutnya kepada Iqbal maupun Reva. Pemuda dan pemudi itu tahu bahwa Sujiro akan kembali menyerang seperti tadi. Keduanya pun menyepakati melalui bahasa isyarat, bahwa kini mereka akan menyerang dari dua sudut yang berbeda.

"Cukup! Sudah cukup bercandanya! Kalian akan kuhabisi sekarang juga!"

Sujiro berlari mendekat, lalu mulai mengayunkan keris yang digenggamnya sejak tadi. Iqbal mengambil posisi menunduk, sementara Reva tetap berdiri tegak seperti tadi dalam pertarungan kali itu. Iqbal terus menyerang dari bagian bawah dan menargetkan kedua kaki Sujiro. Reva sendiri kini fokus menyerang pada bagian lengan, perut, dan dada laki-laki tua itu. Pada pertarungan awal, Sujiro masih sanggup melawan mereka karena dua-duanya menyerang dari arah yang sama. Namun pada pertarungan kali itu, Sujiro mulai kewalahan akibat sulit menangkis serangan dari bagian bawah serta bagian atas sekaligus.

TRANGGGG!!! TRANGGGG!!! TRANGGGG!!!

"ARRRGGGHHH!!!"

Teriakan Sujiro akhirnya terdengar, saat celurit bulu ayam yang Iqbal gunakan mengenai betis kanannya hingga terluka begitu dalam. Pada saat yang sama pula, pedang jarum yang Reva gunakan berhasil menyayat kedua lengan laki-laki tua itu, hingga akhirnya keris dalam genggamannya terjatuh.

"ARRRGGGHHH!!!"

Reva segera menendang keris yang jatuh di dekat kakinya tersebut, agar Sujiro tidak lagi bisa meraihnya. Sujiro sendiri kini tergeletak di tanah sambil menahan sakit pada lengan dan kakinya.

"Oh, akhirnya!" seru Iqbal, sangat senang.

"Selamat menikmati penderitaan, Kakek peyot," ucap Reva, seraya tersenyum sinis.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang