18 | Pengejaran

800 76 103
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Di sebuah rumah yang terletak jauh dari pemukiman warga, tercium aroma kemenyan yang begitu menyengat. Di sekitar rumah itu tidak terdapat apa pun, selain pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Keadaannya sangat gelap, hanya ada satu titik penerangan yang asalnya dari dalam rumah itu. Penerangan itu sendiri bukanlah berasal dari lampu listrik, melainkan bersumber dari sebuah lampu minyak berukuran sedang.

Rumah tersebut hanya memiliki satu orang penghuni. Yang mana orang itu jarang sekali keluar rumah, dan hanya sesekali pergi jika dipanggil untuk membersihkan kebun di rumah orang-orang kaya. Ia selalu terlihat biasa saja, meski sudah lama menjalani ritual pesugihan. Orang itu sengaja memilih membangun tempat tinggal yang jauh dari pemukiman warga, karena ia tidak ingin ada orang tahu mengenai ritual yang selama ini ia jalani. Ia ingin terus memperkaya diri dan juga menguasai ilmu teluh, agar bisa melakukan balas dendam pada orang-orang yang dulu sering menghinanya. Keinginan dalam dirinya hanyalah bertujuan untuk menghancurkan.

"Njupuk nyawane, gawanen marang aku. Njupuk nyawane, gawanen marang aku. Njupuk nyawane, gawanen marang aku. Njupuk nyawa--"

BOOMMM!!!

Wadah sesajen mendadak meledak. Bahkan gentong air suci yang berada jauh di sudut rumah, juga ikut meledak dan hanya menyisakan separuh bagian. Hal itu menandakan bahwa tumbal yang hampir ia dapatkan, kembali berhasil diselamatkan oleh seseorang. Laki-laki yang terbaring di lantai itu segera berusaha untuk bangkit kembali, setelah ledakan tadi berhasil mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Tubuhnya terasa sakit dan rasa sakit itu mulai menjalar sampai ke kepalanya.

"Kurang ajar! Siapa lagi yang sudah membantu calon tumbalku? Kenapa orang yang membantunya belum juga berhenti berusaha? Ini sudah kedua kalinya aku gagal menumbalkan dia! Berani-beraninya orang itu terus mengusik jalannya ritualku, padahal seharusnya saat ini aku sudah berhasil menuntaskan ritual ini!" geram laki-laki itu.

Setelah berhasil bangkit, ia menatap ke arah wadah sesajen yang sudah hancur lebur. Perasaannya semakin kesal saat melihat hal tersebut, karena tahu bahwa dirinya harus kembali mengulang ritualnya dari awal kembali. Namun saat akan membereskan wadah sesajen itu, ia pun langsung teringat dengan setan jerangkong yang diutusnya pergi ke rumah orangtua Adrian. Ia mendadak gelisah, karena keberadaan setan jerangkong itu akan menjadi titik lemahnya.

"Setan jerangkong itu pasti masih ada di sana. Aku harus memanggilnya pulang sesegera mungkin, sebelum terlambat."

Ia segera berjalan menuju ke arah gentong air suci, lalu mengunakan air suci yang tersisa untuk memanggil setan jerangkong itu pulang. Setan jerangkong itu tidak boleh terlihat oleh seseorang, ketika akan kembali dari rumah orangtua Adrian. Dia harus kembali menjadi tak kasat mata, agar tidak diikuti jejaknya. Karena jika sampai setan jerangkong itu diikuti, maka sudah jelas akan membahayakan ritual yang sedang dilakukan oleh laki-laki itu.

"Mulih. Ninggalake kuwajibanmu. Mulih," lirihnya, seraya memutar-mutar tangannya di dalam air suci.

Ketika terdengar suara sesuatu terjatuh di kamar Adrian, setan jerangkong yang tadinya ingin memberikan perlawanan mendadak mendengar panggilan dari sekutunya. Setan jerangkong itu segera membuat dirinya kembali tak terlihat, sehingga Ruby, Reva, dan Iqbal tak lagi bisa melihatnya. Hanya Karel yang bisa melihatnya saat itu, dan mendapati bahwa setan jerangkong itu sedang berusaha untuk melarikan diri.

"Sul! Aku akan mengejar setan jerangkong itu bersama yang lain!" seru Karel, agar Samsul mendengarnya.

"Ya! Revan dan Nadin akan tetap di sini bersamaku! Revan akan meruqyah Adrian dan aku akan membantunya!" balas Samsul. "Oh ya, Ruby Sayang ... selalu hati-hati di mana pun kamu berada, ya!" tambahnya.

"Ya Allah, Samsul! Dalam keadaan genting begini, masih sempat juga dia ngegombalin Ruby!" gemas Reva.

Iqbal hanya berusaha menahan tawa, saat tahu kalau Ruby adalah gadis yang Samsul sukai. Ruby sendiri memilih pura-pura tidak mendengar dan mengambil beberapa botol berisi air untuk di masukkan ke dalam ranselnya. Tatapan Karel kini tertuju pada Ester, yang masih menunggui Rizwan di sofa ruang tengah.

"Pintu keluar dari rumah ini selain pintu depan, ada di bagian mana, Bu?" tanyanya.

"Itu. Di belakang, Nak. Lewat pintu yang letaknya di sebelah dapur," jawab Ester.

Karel memberi tanda pada Iqbal, Reva, dan Ruby untuk ikut dengannya. Mereka berempat berlari melalui pintu belakang rumah itu, setelah Ester menunjukkan pintu keluar yang lain. Di belakang rumah itu ternyata hanya ada pepohonan tinggi serta rerumputan liar yang tumbuh tak beraturan. Di sekitar pepohonan dan rumput-rumput liar itu juga terdapat tanah berlubang yang dipenuhi genangan air. Jika seseorang salah berpijak, maka sudah jelas akan langsung terperosok ke dalam lubang genangan tersebut.

Hanya ada jalan setapak di sana, satu-satunya jalan yang bisa dilewati oleh orang yang biasa lewat melalui area tersebut. Karel memimpin di depan, sementara di belakangnya ada Iqbal, Ruby, dan Reva. Mereka ikut berlari dan berusaha menyamai kecepatan lari Karel. Mereka jelas tidak ingin tertinggal jauh, meski saat ini hanya Karel yang bisa melihat ke arah mana perginya setan jerangkong di atas sana.

Setan jerangkong yang melarikan diri itu terlihat terbang lurus di antara pepohonan menuju ke suatu tempat. Tampaknya tempat yang dituju oleh setan jerangkong itu adalah tempat sekutunya mengadakan ritual pesugihan. Keempat pemuda-pemudi itu sama sekali tidak peduli sudah berapa jauh mereka dari rumah orangtua Adrian. Mereka sama-sama ingin segera menemukan sumber ritual pesugihan itu dilakukan. Karena hanya dengan begitu, maka Adrian akan benar-benar bisa terbebas dari ancaman penumbalan.

"Kalau boleh tahu, kenapa kami tidak bisa lagi melihat wujud setan jerangkong itu, Rel?" tanya Reva.

"Karena setan jerangkong itu sudah diperingatkan oleh si pelaku pesugihan, agar segera meninggalkan tugasnya ketika Adrian berhasil diselamatkan oleh Samsul. Maka dari itu dia segera membuat dirinya kembali tidak terlihat dan juga melarikan diri dari rumah orangtua Adrian," jawab Karel.

"Ck-ck-ck! Kasihan sekali setan jerangkong itu. Susah payah dia mencoba menyembunyikan dirinya agar tidak ada satu manusia pun yang melihatnya, eh, malah kecolongan sama Karel yang sejak lahir sudah indigo," ujar Iqbal.

Ruby langsung mengernyitkan keningnya, usai mendengar ucapan Iqbal.

"Bal, mohon maaf, nih. Kamu bilang begitu barusan, tujuannya apa? Kamu merasa prihatin sama setan jerangkong itu?" duga Ruby.

"Kalau sampai jawabanmu 'iya', aku akan langsung membuatmu berenang di salah satu kubangan air dekat sini!" ancam Reva.

Iqbal segera mempercepat larinya untuk menyamai langkah Karel, usai mendengar ancaman yang Reva layangkan untuknya.

"Rel! Tunggu! Aku takut dijadikan kecebong oleh Reva!" serunya, dengan  sengaja.

* * *

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang