19 | Persiapan

542 60 27
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setibanya di Bandara El Tari Kupang, seperti biasa Mika langsung mengupdate status pada WhatsApp storynya. Selalu memajang foto bersama seluruh anggota timnya di sana, terasa sangat menyenangkan bagi Mika. Ia juga hendak mengabarkan pada Santi, bahwa dirinya sudah tiba di Kota Kupang, NTT. Namun saat ia membuka papan chat dengan Santi, ia cukup kaget karena ternyata Santi tadi memberi kabar ketika dirinya sudah berada di dalam pesawat.

"Hei ... aku dapat kabar dari Santi ...."

"Karin bilang padaku, bahwa Nadin dan Ruby pergi bersama Karel ke rumah orangtua Adrian," potong Alwan. "Mereka bertiga akan bertemu dengan yang lainnya di sana, untuk menyelesaikan pekerjaan malam ini."

"Ya. Santi juga bilang begitu padaku soal Samsul," sahut Mika, membenarkan.

"Jam berapa mereka pergi?" tanya Tari.

"Sepertinya jam sembilan lewat lima belas menit. Karena pesan yang Karin kirim tertera di sini pukul sembilan lewat tujuh belas menit," jawab Alwan.

"Apakah menurut kalian mereka akan baik-baik saja?" tanya Hani.

"Insya Allah, mereka pasti akan baik-baik saja, Hani Sayang. Mereka semua sudah tahu harus melakukan apa, pada saat menghadapi sebuah pekerjaan," jawab Ziva, dengan nada yang sangat tenang.

"Eh ... Samsul tadi sempat update story di WhatsApp ternyata. Dia mengambil foto saat baru tiba di rumah orangtua Adrian, tampaknya," ujar Mika, seraya memperlihatkan foto pada WhatsApp story milik Samsul.

Semua anggota timnya menatap foto tersebut, sambil berusaha memperhatikan keadaan di sekeliling rumah orangtua Adrian.

"Itu Reva. Dia sepertinya sedang menenangkan Ibunya Adrian," tunjuk Rasyid.

"Ya. Itulah yang tampaknya Reva lakukan pertama kali setelah tiba di sana," Hani juga merasa yakin.

"Yang lainnya terlihat sedang berlari menuju ke rumah itu. Berarti ada yang tidak beres di sana, sehingga membuat mereka terburu-buru masuk ke rumah orangtua Adrian," pikir Alwan.

"Dan kemungkinan, saat ini mereka sedang berusaha membereskan masalah yang terjadi di sana," tambah Raja, seraya merangkul Alwan agar pria itu kembali merasa tenang.

Samsul segera menggantikan Revan menahan tubuh Adrian dari belakang. Nadin diminta menjauh dan diberikan tugas lain oleh Revan.

"Nad, bicaralah sama Bu Ester. Minta satu buah baskom ukuran sedang padanya dan isi dengan air. Selain itu, minta juga baskom ukuran kecil, tapi kosongkan saja. Lalu jangan lupa minta juga handuk kecil yang bersih," pinta Revan.

"Oke. Aku akan bicara dengan Bu Ester," tanggap Nadin.

Nadin pun keluar dari kamar Adrian dan berlari menuju ruang tengah. Rizwan tampak baru saja sadar dari pingsannya dan masih diurus oleh Ester.

"Bu Ester, bisa saya meminta baskom berukuran sedang, ukuran kecil, dan juga handuk kecil yang bersih?" tanya Nadin.

"Oh ... iya, Nak. Tunggu sebentar," balas Ester, yang langsung pergi menuju dapur.

Nadin mengikuti langkah Ester, karena harus mengisi salah satu baskom dengan air jika baskomnya sudah ada. Wanita paruh baya itu segera mengambilkan satu buah baskom berukuran sedang dan satu berukuran kecil, dari dalam lemari piring. Kedua baskom itu kemudian berpindah ke tangan Nadin, setelah Ester menyerahkannya.

"Saya ambilkan dulu handuk kecil yang bersih di kamar," ujar Ester.

"Iya, Bu. Saya juga akan mengisi baskom ini lebih dulu dengan air," balas Nadin.

Ester segera keluar dari dapur dan berjalan menuju kamarnya yang terletak tak jauh dari sana. Nadin membuka tuas keran pada wastafel di dapur, lalu mulai mengisi baskom sampai hampir penuh. Ia keluar dari dapur itu bertepatan dengan Ester yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Nak Nadin, ini handuknya."

"Iya, Bu. Sampirkan saja handuknya di pundak saya ini," pinta Nadin.

Ester pun benar-benar menyampirkan handuk itu di pundak Nadin.

"Terima kasih, Bu Ester," ucapnya.

"Iya, Nak Nadin. Sama-sama," balas Ester, yang kembali mulai menunjukkan rasa cemasnya.

Nadin pun bergegas kembali ke kamar Adrian. Revan segera mengambil baskom berisi air yang Nadin bawa. Nadin juga menyerahkan baskom kosong dan handuk kecil bersih yang tersampir di pundaknya kepada Revan.

"Sekarang tolong buka gorden dan jendelanya, Nad. Udara di dalam kamar ini harus berganti dengan udara yang baru, agar Adrian nanti tidak merasa sesak saat aku sedang meruqyahnya," pinta Revan, sekali lagi.

"Oke," sahut Nadin.

Revan segera mendekat pada Adrian yang tubuhnya masih ditahan oleh Samsul. Pandangan mata Adrian tampak sayu, akibat lemas setelah tadi mengalami hal yang tidak terduga. Revan mulai membuka kancing baju Adrian satu-persatu, lalu mencari titik yang menjadi pusat ketertarikan setan jerangkong terhadap pemuda itu. Samsul memerhatikan cara kerja Revan sejak tadi. Ia merasa penasaran dengan apa yang tengah Revan cari pada tubuh Adrian.

"Apa yang kamu cari, Van?" tanya Samsul.

"Tanda yang disimpan oleh si pelaku pesugihan pada tubuh Adrian, Sul. Karena adanya tanda itu pada tubuh Adrian, maka setan jerangkong menjadi sangat tertarik padanya dan akan berusaha mengambilnya sebagai tumbal ritual pesugihan," jawab Revan.

"Jadi, tanda itu harus dihilangkan?" Samsul ingin memastikan.

"Ya. Tanda itu harus dihilangkan dan cara menghilangkannya hanya dengan meruqyah Adrian hingga tuntas."

Nadin sudah selesai membuka gorden dan juga jendela lebar-lebar seperti yang Revan inginkan. Ia kemudian turun dari kursi yang dipakainya memanjat, lalu kembali mendekat pada Revan.

"Gorden dan jendela udah terbuka, Van," ujar Nadin.

"Tolong ambilkan sarung, Nad. Tubuh Adrian harus ditutup saat proses ruqyah berlangsung," Revan kembali meminta tolong.

Nadin segera beranjak menuju lemari pakaian milik Adrian, untuk mencari sarung di antara tumpukan pakaian yang ada. Samsul membantu membuka pakaian Adrian, yang saat itu masih tertahan oleh tubuhnya yang sedang menopang tubuh Adrian. Ketika Nadin mendapatkan sebuah sarung yang Revan minta, ia segera memberikan sarung itu pada Revan agar tubuh Adrian bisa ditutupi sepenuhnya.

"Apa lagi? Apakah kamu juga butuh air yang sudah didoakan?" tanya Nadin.

"Ya. Itu juga aku butuhkan," jawab Revan.

Nadin kembali keluar dari kamar Adrian, untuk mengambil beberapa botol air yang tadi Ruby keluarkan dari ranselnya. Hanya tersisa tiga botol saat itu. Nadin pun berharap, kalau tiga botol air itu akan cukup untuk membantu proses ruqyah Adrian. Ia kembali ke kamar Adrian dan melihat kalau Revan sudah mulai membaca doa sambil merendam handuk bersih tadi. Samsul sesekali menatap ke arah jendela, seakan tengah mewaspadai kedatangan makhluk halus lain ataupun kedatangan setan jerangkong yang hendak mengambil Adrian.

"Tidak ada energi negatif, Sul. Aku tidak merasakan apa-apa," bisik Nadin, yang kini sudah berdiam di sisi Samsul.

"Tetap saja aku merasa resah, Nad. Aku harap, semua yang sedang mengejar setan jerangkong itu akan segera menemukan di mana tempat si pelaku pesugihan berada," harap Samsul, ikut berbisik.

"Ya, semoga saja begitu."

Revan pun menatap ke arah Nadin dan Samsul.

"Aku akan memulai proses ruqyahnya."

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang