- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Alwan benar-benar memutar rekaman suara yang Karin kirimkan. Namun ia tidak mendengarkan rekaman itu sendirian, melainkan bersama dengan seluruh anggota timnya. Mereka akhirnya mulai saling menatap satu sama lain, setelah rekaman suara itu berhenti. Tatapan akhirnya tertuju pada Ziva, karena semua ingin mendengar pendapatnya lebih dulu.
"Apa yang bisa kita lakukan? Kita melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun. Seluruh anggota keluarga kita pun tahu persis tentang apa yang kita kerjakan. Jadi jika pada akhirnya anak-anak kita ada yang mengikuti jejak pekerjaan yang kita lakukan, maka sudah jelas mereka tidak akan bisa dihentikan meski kita berusaha keras untuk menghentikan," ujar Ziva, seraya tersenyum tenang seperti biasanya.
"Tapi apakah menurutmu tidak terlalu dini bagi mereka, untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan pekerjaan kita?" tanya Alwan.
"Kami memulai pekerjaan ini saat Ras baru saja menjadi mahasiswa, Al. Yang tersisa selain Ras benar-benar masih kelas 12 SMA saat itu. Tapi kami bisa menjalaninya. Kami benar-benar menjalani pekerjaan ini sampai akhirnya Raja dan kamu bergabung untuk melengkapi kami," jawab Ziva.
"Tapi bagaimana pun, itu tetap akan menjadi keputusan kamu, Al. Kamu pasti merasa sedikit resah, karena Nadin ikut serta dalam tim yang dibuat oleh Samsul. Itu hal yang wajar. Selebihnya dari kami, sudah jelas tidak akan ada yang memberi larangan pada mereka," tambah Mika.
"Kalau aku dan Tari sudah jelas tidak akan melarang Revan dan Reva untuk menjalani pekerjaan ini. Mereka tahu bahwa kami sangat mencintai pekerjaan ini, sehingga mereka pun juga pasti akan begitu ketika akhirnya seseorang mulai mengajak berpetualang," Rasyid ikut berkomentar.
Hani mengangkat kedua tangannya seraya tersenyum. Semua orang kini menatap ke arahnya.
"Dan hanya aku yang tidak perlu memikirkan apa-apa. Karena Samsul sepertinya tidak akan pernah melibatkan Oliv dalam setiap urusannya, terutama soal pekerjaan."
"Dan seharusnya kamu mempertanyakan mengenai hal itu pada Samsul, 'kan?" saran Tari.
Hani langsung menggeleng dengan cepat.
"Big, no! Kalau aku jadi Samsul, aku pun enggak akan pernah melibatkan Oliv dalam semua urusan. Keberadaannya hanya akan membuat masalah semakin besar, akibat egonya yang sulit diredam," jawab Hani, yang tahu bahwa putrinya tidak akan bisa diajak bekerja bersama dalam sebuah tim.
Setelah mendengar semua jawaban dan masukan itu, Alwan pun segera mengirim pesan pada Karin sebelum berangkat ke bandara.
MAS ALWAN
Sayang, aku sudah mendengarkan rekaman suara yang kamu kirim bersama seluruh anggota tim. Menurut mereka, sebaiknya anak-anak tidak perlu dilarang melakukan keinginan mereka. Jika memang sudah waktunya bagi mereka untuk menentukan keinginan, maka dilarang sekalipun mereka tetap akan melakukannya secara diam-diam. Jadi sebaiknya, akan lebih baik jika kita mendukung mereka secara terang-terangan.Setelah membaca pesan yang Alwan kirimkan, perasaan Karin pun kembali merasa tenang. Ia tahu bahwa tidak akan ada yang melarang anak-anak untuk melakukan apa pun keinginan mereka, terlebih jika keinginan itu bertujuan baik. Tapi tetap saja ia harus merundingkannya dulu, agar tidak perlu ada yang merasa dibohongi oleh mereka yang sedang menyusun rencana. Karena tanpa keterbukaan, siapa pun akan mudah merasa sedang dibohongi meski tak ada yang berniat membohongi.
ISTRIKU
Baik, Mas. Kalau begitu aku tidak akan mencoba melarang mereka. Aku akan membiarkan mereka melakukan yang ingin mereka lakukan, dan ikut setuju dengan pendapat dari semua sahabat kita.Karin kembali mengambil baki dari atas meja dapur. Ia kembali naik ke lantai dua dan kali ini tidak lagi berhenti di tengah-tengah tangga seperti tadi.
"Cemilan!" seru Karin, seraya tersenyum cerah seperti biasanya.
"Siap, Tante Karin!!!" sahut Iqbal, Karel, dan Samsul, sangat kompak.
Ketiga pemuda itu langsung menjadi yang pertama bangkit dari sofa, dengan wajah berbinar-binar bahagia. Mereka semua sangat suka cemilan yang Karin buat, dan selalu saja tidak mau kalah dari yang lain untuk mendapatkan cemilan itu lebih banyak. Siomay dan Pangsit mulai bermain-main di kaki Karin, seakan mereka juga menyambut kedatangannya.
"Harus habis, ya. Jangan ada yang tersisa. Nanti Tante sedih, kalau cemilannya sampai ada yang tersisa," pesan Karin, ikut merasa senang dengan antusiasnya para remaja tersebut.
"Laksanakan, Tante!!!"
"Astaghfirullah. Mereka itu enggak ada yang berubah sama sekali, ya, meski usianya sudah semakin bertambah. Selalu saja sama seperti saat kita masih kecil dulu," heran Reva.
"Kalau mereka berubah, maka kita enggak akan betah lagi ada di sekitar mereka seperti saat ini, Va. Justru karena mereka tidak berubah, makanya aku, kamu, dan Nadin masih sangat betah berlama-lama kumpul dengan mereka seperti sekarang," sahut Revan.
Nadin pun terkekeh pelan, sambil membiarkan Ruby bersandar di pundaknya.
"Secara tidak langsung, kamu mau bilang kalau Sammy, Sandy, dan Oliv sudah berubah terlalu jauh sehingga membuatmu tidak betah lagi berlama-lama kumpul bersama mereka. Iya, 'kan?" tebak Nadin.
"Ya. Benar sekali, Dek Nadin Sadewa. Tebakan kamu benar-benar tidak meleset. Malam ini kamu mendapat nilai seratus!" jawab Revan, kemudian menyusul Karel, Samsul, dan Iqbal.
Reva pun berpindah tempat duduk di sebelah Ruby, lalu ikut bersandar pada pundak gadis itu. Baik itu Ruby maupun Reva kini benar-benar menaruh beban di pundak Nadin, sebagai orang yang duduk paling ujung.
"Enggak aneh, sih, kalau pada akhirnya kita benar-benar berpencar dan tidak sedekat dulu lagi. Sammy dan Sandy punya dunia sendiri, sementara Oliv semakin sering meninggikan ego ketika sedang membahas sesuatu. Jadi kalau pada akhirnya yang tersisa hanya kita, itu adalah akibat dari perubahan yang mereka buat sendiri," ujar Reva.
"Intinya ..." Ruby ikut buka suara, "... jangan pernah kalian membenci siapa pun di antara mereka yang sudah tidak bisa sejalan. Meski sekarang kalian sudah tidak lagi bersama-sama seperti dulu, tetaplah menjaga ikatan pertemanan dan usahakan jangan sampai putus. Bagaimana pun, kalian punya kenangan yang baik bersama-sama saat masih kecil. Dan kenangan itu harus kalian ingat sampai kapan pun, agar tidak tumbuh bibit kebencian di dalam hati."
"Oh ... Ruby-ku Sayang," Nadin langsung memeluk Ruby erat-erat dari arah samping.
Reva berusaha menahan tawa, karena tahu kalau Ruby tidak akan bisa meloloskan diri jika Nadin sudah mulai memberi pelukan gemasnya.
"Kamu kok bijak sekali, sih, By. Pantas saja Samsul klepek-klepek setiap melihat kamu," lanjutnya.
Kedua mata Reva pun membola, saat akhirnya tahu bahwa Ruby adalah gadis yang Samsul suka.
"Eungh! Iya, Nad. Iya. Tapi ... lepaskan aku, dong. Aku ... enggak bisa ... nafas!" mohon Ruby.
"Enggak boleh melepaskan diri, By!" cegah Nadin.
"Va ... tolong," pinta Ruby.
Reva langsung mengangkat kedua tangannya.
"Lebih baik minta tolong Samsul, By. Aku juga enggak punya daya untuk menolongmu dari jerat peluk gemasnya Nadin."
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
JERANGKONG
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 1 Perasaan Samsul dan Nadin sangat tidak enak, ketika mendengar kabar bahwa seorang pemuda dari kelas 10 di sekolah mereka mendadak mengalami koma. Padahal sehari sebelumnya, mereka melihat pemuda itu masih sehat...