23 | Proses Ruqyah

845 74 12
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Nadin bergegas kembali menuju kamar Adrian. Setibanya di sana, Adrian terlihat sudah berada di kursi ergonomis yang ada di dalam kamar tersebut. Samsul ada di sampingnya, untuk menjaga keseimbangan tubuh Adrian agar tidak terjatuh. Sementara itu, Revan kini sedang merendam handuk bersih yang akan digunakan untuk mengusap bagian tubuh Adrian. Sasaran dari bagian tubuh itu adalah yang memiliki tanda dari Sujiro.

Nadin pun bergegas mendekat pada Samsul. Ia berlutut tepat di samping Samsul, lalu menepuk pundaknya dan memperlihatkan foto yang tadi Iqbal kirimkan padanya. Kedua mata Samsul membola, saat melihat wajah yang ada di dalam foto tersebut. Revan memperhatikannya, namun tidak bertanya karena sedang fokus membaca doa untuk meruqyah.

"Si tukang kebun???" kaget Samsul.

"Ya. Itulah faktanya, Sul. Si tukang kebun yang tidak sengaja kita lihat kemarin, adalah pelaku pesugihan yang hendak menjadikan Adrian sebagai tumbalnya. Kata Bu Ester, namanya adalah Sujiro," ujar Nadin.

"Dia tukang kebunnya tetangga rumah ini, 'kan?"

Nadin menggeleng dengan cepat.

"Kata Pak Rizwan, dia itu memang tukang kebun. Tapi dia bukan tukang kebunnya tetangga sebelah, Sul. Dia hanya tukang kebun panggilan. Dan menurut Pak Rizwan, dia hanya akan bekerja ketika dipanggil oleh orang yang membutuhkan jasanya," jelas Nadin.

"Oh, aku paham. Dia seorang freelance. Maka dari itu dia punya banyak kesempatan untuk mengawasi situasi di perumahan sini, serta punya pertimbangan ketika akan menargetkan seseorang yang akan dijadikan tumbal. Artinya ... dia memang sudah lama memperhatikan Adrian dan mengincarnya diam-diam," ungkap Samsul, setelah memikirkan semua yang Nadin sampaikan.

Keduanya terdiam sejenak seraya menatap ke arah Adrian yang tampak lemas sekali saat itu. Revan akan segera melanjutkan upaya ruqyah, karena pemuda itu sudah selesai merendam handuk di dalam baskom sambil membaca doa.

"Polisi sedang dipanggil ke sini oleh Pak Rizwan. Aku akan ikut dengan mereka ke hutan belakang, sekaligus menunjukkan jalan untuk bisa tiba di rumah si tukang kebun itu," Nadin memberi tahu,

"Ya. Pergilah dan tunjukkan jalan pada Polisi, agar si tukang kebun itu bisa segera diringkus dan dibawa ke penjara," Samsul menyetujui.

Nadin pun keluar kembali dari kamar Adrian. Revan kini menatap ke arah Samsul dan memberi tanda untuk sedikit membuka sarung yang menutupi tubuh Adrian. Samsul pun paham dengan tanda tersebut. Ia segera menyingkap sedikit sarung yang menutupi tubuh Adrian, agar Revan bisa kembali melihat di mana tandanya terletak.

"Ini adalah upaya terakhir, Adrian. Kamu harus bisa bertahan. Hanya satu kali lagi aku akan menyeka tanda di tubuhmu, baru setelah itu kita beralih pada ruqyah terakhir," jelas Revan.

Adrian menatap ke arah Revan dengan tatapan nanar dan nafas yang sedikit tersengal.

"Apakah ini benar-benar yang terakhir, Kak?"

"Iya. Insya Allah, ini adalah sekaan yang terakhir. Setelah ini aku akan meruqyah bagian dalam tubuh kamu, agar semua yang ditandai oleh si pelaku pesugihan itu dari dirimu tidak lagi bisa bekerja seperti sebelumnya," jawab Revan, berusaha meyakinkan Adrian.

Adrian pun mengangguk, pertanda bahwa ia sudah paham dan akan berusaha bertahan saat Revan mulai menyeka tanda di tubuhnya.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Revan, lirih.

Tanda pada tubuh Adrian mulai diseka. Adrian langsung mengigit bibirnya kuat-kuat, saat rasa sakit itu kembali mendera. Samsul membantu memegangi tubuh pemuda itu, agar dia tetap diam di tempat selama proses penyekaan berlangsung.

"Tahan, Adrian. Kamu pasti bisa bertahan," dukung Samsul, saat merasakan betapa kuatnya cengkeraman tangan Adrian.

Setelah proses penyekaan pada tanda itu berakhir, Revan segera menyimpan handuk tadi ke dalam baskom. Pemuda itu kemudian segera beranjak ke bagian belakang tubuh Adrian, untuk memulai proses ruqyah terakhir. Samsul kini berpindah posisi. Dari yang tadinya ia berada di samping kanan pemuda itu, kini ia beralih ke hadapan Adrian. Hal itu bertujuan agar Adrian akan semakin mudah dijaga olehnya selama proses ruqyah terakhir berlangsung.

"Bismillahirrahmanirrahim, A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."

Perut Adrian mendadak terasa mual. Dia bahkan langsung berkeringat dingin, ketika Revan mulai membaca doa sambil menyentuh bagian pinggang hingga ke punggung.

"Ingin muntah, Adrian?" tanya Samsul.

Adrian pun mengangguk dengan wajah panik.

"Muntah saja. Jangan ditahan," titah Samsul, sambil meraih baskom kosong yang belum terpakai.

HOEEEKKK!!!

Adrian pun mulai memuntahkan sesuatu yang memang harus keluar dari dalam tubuhnya. Revan memang sedang mengusahakan, agar apa pun yang mungkin telah masuk ke dalam tubuh Adrian tanpa disadari sebelumnya bisa segera keluar. Satu tangan Samsul terus menadah muntahan dari bagian depan, sementara satu tangan lagi masih menahan tubuh Adrian sekuat mungkin.

"Keluarkan, Adrian. Keluarkan saja sampai tuntas. Jangan ditahan. Biar kamu tidak lagi diburu oleh setan jerangkong itu," saran Samsul.

HOEEEKKK!!!

"... A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."

Seluruh wajah Adrian memerah luar biasa. Keringat dingin tak henti-henti bercucuran di seluruh tubuhnya. Revan masih berusaha memaksimalkan usaha ruqyah yang dilakukannya. Ia tidak ingin ada yang tersisa di dalam tubuh Adrian, karena itu akan membuat semuanya menjadi sia-sia.

HOEEEKKK!!!

"A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."

"Ayo Adrian, sedikit lagi. Terus muntahkan. Jangan menyerah sekarang, meskipun kamu mulai kehabisan tenaga," Samsul kembali memberikan dukungan pada Adrian.

"Sa-kit, Kak," lirih Adrian.

HOEEEKKK!!!

"Terus, Adrian. Tahan sakitmu sedikit lagi."

"... A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."

HOEEEKKK!!!

"Oke, Van! Stop! Dia sudah muntah kosong. Tidak ada apa-apa lagi yang keluar," lapor Samsul.

Revan pun segera menghentikan upaya ruqyah terhadap Adrian. Adrian benar-benar terkulai lemas pada kursi yang didudukinya saat itu. Revan segera memeriksa kembali tanda yang ada pada tubuh Adrian. Kali itu, ia mendapati bahwa tanda yang Sujiro berikan benar-benar sudah hilang.

"Ayo, kita bawa Adrian ke tempat tidurnya," ajak Revan.

Samsul segera menyimpan baskom berisi muntahan ke lantai. Ia kemudian membantu Revan memindahkan Adrian dari kursi ke tempat tidur. Kini, Adrian berbaring di sana dengan perasaan yang lebih tenang.

"Sekarang berdzikirlah terus, Adrian. Jangan berhenti, meski akhirnya nanti kamu akan ketiduran," pinta Revan.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang