- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Nadin muncul tak lama setelah Karel dan Ruby menyelesaikan tugas mereka. Gadis itu segera mendekat pada Reva dan Ruby, lalu memeluk keduanya dengan erat. Ia merasa lega saat tahu bahwa mereka masih dalam keadaan baik-baik saja, meski baru melewati bagian yang cukup berat dari pekerjaan itu.
"Alhamdulillah. Aku lega sekali karena bisa melihat dan bertemu kalian lagi," ungkap Nadin.
"Kami juga lega karena bisa bertemu lagi dengan kamu, Nad," balas Reva.
"Ya. Itu benar. Kalau aku tidak bisa bertemu lagi denganmu, takutnya kamu merasa kesepian karena tidak akan ada lagi yang membantumu menghabiskan jajanan," tambah Ruby.
Iqbal--sebisa mungkin--berusaha untuk tidak tertawa. Ia sadar bahwa saat itu mereka masih berada di tengah hutan. Akan tidak lucu jadinya, jika ia sampai diikat pada salah satu pohon oleh Nadin, apabila sampai berani menertawakannya. Nadin sendiri saat ini sedang mencoba untuk tidak mencubit gemas pipi tembam Ruby, usai mendengar ucapannya. Ia tidak mau berurusan dengan Samsul, karena Ruby bisa saja berpotensi mengadu pada pemuda itu dan akan membuatnya tantrum sampai pulang.
"Kalau aku jadi kamu, aku jelas tidak akan lagi mengajak Ruby jika ingin jajan. Aku akan langsung menyerahkan Ruby kepada Samsul, agar Samsul yang menanggung hobi makannya yang sulit dibendung," ujar Reva, memberi saran secara tidak langsung.
"Ya, kamu benar. Mungkin itu adalah ...."
"Adalah apa? Hm? Adalah apa? Kalian ingin sekali aku ikat pada salah satu pohon yang ada di sini, hah?" tawar Ruby, dengan wajah penuh senyuman.
Angga memerintahkan kepada anak buahnya untuk membawa Sujiro. Ia sendiri kini sedang bicara dengan Karel mengenai pekerjaan dan juga penangkapan tersebut.
"Jadi, ritual pesugihannya sudah benar-benar dihancurkan?" tanya Angga.
"Iya, Pak. Benar sekali. Ritual pesugihannya sudah tidak akan bekerja lagi seperti yang selama ini dia kerjakan bersama sekutunya," jawab Karel.
"Dan setan jerangkong yang bersekutu dengan dia juga sudah kamu lenyapkan?"
"Benar, Pak. Setan jerangkong itu sudah saya lenyapkan bersamaan dengan rekan saya menghancurkan ritual pesugihannya."
"Wah, ternyata cara kerjamu agak berbeda dengan cara kerja kedua orang tuamu, ya. Biasanya mereka akan sangat fokus menyelesaikan ruqyah terhadap korban, dan hanya beberapa orang saja yang akan menghadapi dukun ataupun pengirim teluh. Sementara pekerjaan kalian ini tampaknya berpusat pada pengejaran makhluk halus," pikir Angga.
"Ya, Bapak benar. Pekerjaan kami memang tidak sama dengan pekerjaan orangtua kami. Kami memang lebih fokus ingin menghadapi makhluk halus yang mengganggu korban. Tapi bukan berarti kami abai terhadap korban, jika korban memang butuh untuk diruqyah," jelas Karel.
Mereka pun segera berjalan kembali di jalan setapak yang tadi digunakan. Sujiro benar-benar diserahkan pada pihak kepolisian, karena kini tugas tersebut bukan lagi ranah yang menjadi urusan Karel serta timnya. Urusan mereka telah selesai. Setan jerangkong yang mengganggu Adrian sejak kemarin, sudah benar-benar dilenyapkan dan tidak akan kembali lagi. Rasa lega tentunya mengiringi keberhasilan pekerjaan mereka malam itu.
Polisi akhirnya berhasil keluar kembali dari hutan di belakang rumah orangtua Adrian. Sujiro tampak berjalan tertatih-tatih akibat kakinya yang tadi terkena serangan senjata tajam. Revan sedang menduga-duga, senjata siapa yang akhirnya berhasil membuat Sujiro tumbang dan kesulitan berjalan seperti itu. Ia mencoba menebak-nebak dalam diamnya, apakah Adiknya yang berhasil menebas kaki laki-laki tua bangka itu atau Iqbal. Karena ia yakin, kalau Reva dan Iqbal pasti diberi tugas untuk menghadapi Sujiro oleh Karel.
Samsul memilih segera mencari keberadaan Ruby, daripada memperhatikan Sujiro yang sudah tidak berdaya. Perasaannya mendadak lega, saat melihat bahwa keadaan Ruby baik-baik saja dan masih bisa tersenyum meski sedang kelelahan.
"Dek Ruby ... kamu pasti capek, 'kan? Ayo, sini. Duduk di sampingku. Biar rasa capekmu segera hilang," ajak Samsul, seraya memamerkan senyum manisnya.
Ruby hanya bisa terkikik geli saat itu, karena sikap konyol Samsul benar-benar bisa membuatnya lupa dengan rasa lelah. Ia pun menuruti ajakan pemuda itu untuk duduk di sampingnya. Menolak ajakan Samsul jelas tidak pernah terpikirkan oleh Ruby, karena selama ini Samsul selalu saja bersikap penuh kehangatan terhadapnya. Keromantisan khas anak remaja yang sedang disaksikan oleh semua orang tersebut membuat Revan langsung merangkul Karel, agar dirinya bisa membisikkan sesuatu tanpa ketahuan.
"Tolong jangan biarkan Samsul mengantar Ruby pulang, Rel. Aku mau bikin dia tantrum," pinta Revan.
"Oke, Van. Sip," Karel menyetujui, sambil menahan tawa.
Sujiro pun dibawa masuk ke mobil patroli oleh dua orang anak buah Angga. Ester dan Rizwan kembali berbincang pada Angga, untuk mengungkapkan perasaan lega meteka setelah Sujiro benar-benar ditangkap. Mereka tampak berjabat tangan, sebelum akhirnya Angga pergi bersama dengan perginya mobil patroli. Ester, Rizwan, dan Adrian juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Karel dan yang lainnya. Revan bahkan sempat menyarankan, agar Adrian dibiarkan beristirahat dulu selama beberapa hari sebelum kembali masuk sekolah.
Pekerjaan mereka akhirnya benar-benar tuntas. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi ketika mereka melihat ponsel masing-masing. Samsul pun segera menatap ke arah Ruby, setelah memeriksa ponselnya yang sepi dari omelan Maminya. Pemuda itu tersenyum sangat manis, sehingga Ruby perlahan tahu bahwa ada sesuatu yang hendak disampaikan oleh Samsul kepada dirinya.
"Dek Ruby ... biri-biri sedang menari, daun tembakau di atas tampah."
"Cakep!" sahut Iqbal.
"Artinya, Sul?" tanya Revan.
"Karena ini sudah hampir pagi, maukah engkau kuantar sampai ke rumah?"
Reva dan Nadin tertawa kompak, sambil menatap wajah Ruby yang sudah memerah seperti buah stroberi. Karel dengan sigap merangkul Ruby dan Nadin, lalu mengarahkan kedua gadis itu agar segera masuk ke mobilnya.
"Jangan mimpi, Sul. Tadi mereka berdua pergi dari rumah Tante Karin bersamaku, maka pulangnya pun harus bersamaku lagi. Aku bertanggung jawab penuh atas keselamatan mereka di jalan. Jadi kali ini, kamu tidak kuperbolehkan membonceng Ruby dengan alasan apa pun," jelas Karel.
Padahal dalam hati, Karel memang sengaja tidak memberi izin Samsul untuk mengantar Ruby pulang. Ia ingin menjahilinya, setelah tadi diam-diam membuat kesepakatan dengan Revan. Revan dan Iqbal pun terkikik geli saat melihat wajah nelangsa Samsul. Pemuda itu menunjukkan ekspresi seakan dirinya baru saja ditolak oleh calon mertua.
"Sabar, Sul. Sabarkan hatimu. Dua tahun lagi, Insya Allah kamu akan bisa membonceng Ruby ke mana pun tanpa ada yang menghalangi. Jadi, sabar saja," saran Reva.
"Iya, Sul. Dua tahun lagi itu tidak lama, kok. Cuma 730 hari," tambah Iqbal.
"Enggak usah dijabarkan, Iqbal! Menurutmu aku enggak tahu, hah, kalau dua tahun itu sama dengan 730 hari?" omel Samsul.
"Kalau salah satu tahunnya adalah tahun kabisat, maka dua tahun itu akan menjadi 731 hari, Sul. Harinya akan bertambah satu di bulan Februari," sahut Revan, dengan wajah tak berdosa.
"Bodo amat, Van! Terserah!" balas Samsul, setengah tantrum sesuai harapan terpendam Revan.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
JERANGKONG
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 1 Perasaan Samsul dan Nadin sangat tidak enak, ketika mendengar kabar bahwa seorang pemuda dari kelas 10 di sekolah mereka mendadak mengalami koma. Padahal sehari sebelumnya, mereka melihat pemuda itu masih sehat...