6 | Firasat Sammy

529 57 57
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ruby kembali naik motor bersama Samsul, sementara Nadin kembali masuk ke mobil milik Karel. Motor milik Samsul sudah melaju lebih dulu menuju ke rumah sakit. Karel menyusulnya dengan kecepatan sedang. Ia tetap selalu berhati-hati ketika membawa kendaraan, karena ingat dengan pesan yang Ziva ucapkan sebelum ia pergi dari rumah.

Nadin terlihat begitu serius menatap ke depan, seakan ingin memastikan bahwa Ruby baik-baik saja, selama gadis itu bersama Samsul. Karel memerhatikannya, namun tidak berkomentar soal bagaimana protektifnya gadis itu terhadap sahabatnya.

"Aku dengar dari Samsul, katanya kemarin kamu merasakan energi negatif yang cukup besar dari setan jerangkong itu. Kalau boleh tahu, sebesar apa energi negatifnya menurutmu?" tanya Karel.

"Jika harus digambarkan melalui persentase, maka besaran energi negatif yang aku rasakan kemarin sekitar empat puluh persen. Keberadaan setan jerangkong itu benar-benar dekat sekali dengan Adrian, saat Samsul melihatnya. Jadi sangat wajar apabila aku merasakan energi negatifnya sampai sebesar itu," jawab Nadin.

"Berapa lama kalian mengawasi Adrian, kemarin?"

"Sejak pagi sampai pulang sekolah. Kami hanya terbatasi oleh jam pelajaran yang berlangsung. Pada saat jam istirahat dan jam pulang sekolah, akhirnya kami bisa mengawasi Adrian sepenuhnya seperti pada saat pagi hari. Sayang ... kami enggak mengikuti dia sampai ke rumahnya."

Nadin terdengar menyesali bagian itu. Gadis itu merasa seharusnya mereka segera memberikan Adrian pertolongan, sebelum akhirnya Adrian mengalami hal buruk dan koma. Karel memahami adanya penyesalan itu. Nadin memang sangat mirip dengan Karin, baik itu wajah maupun sifatnya. Jadi jika gadis itu merasa menyesal akibat terlambat memberikan pertolongan pada seseorang, itu bukanlah hal yang baru bagi Karel.

"Tenangkan diri kamu, Nad. Aku tahu bahwa saat ini kamu sedang merasa menyesal atas terlambatnya kita bertindak. Tapi saat ini aku dan Samsul akan butuh kamu untuk menjaga konsentrasi. Agar nanti kamu bisa membantu kami, ketika kami sedang membantu Adrian bangun dari kondisi koma," ujar Karel, mencoba mengarahkan perasaan Nadin agar tidak kacau.

Nadin pun tersenyum seraya mengangguk. Gadis itu sangat memahami yang Karel katakan dan tahu bahwa ia memang harus menjaga perasaannya agar tetap stabil. Mengutamakan pertolongan untuk Adrian merupakan sesuatu yang harus ia lakukan. Bukan terus-menerus memikirkan sesal hari kemarin, yang sudah jelas tidak akan bisa diulang.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah ada persiapan, 'kan?" Karel ingin tahu.

"Alhamdulillah, ada, Rel. Aku sudah ada persiapan setelah tadi mencari tahu alamat rumah Adrian bersama Ruby. Ketika jam istirahat akan selesai, aku segera mempersiapkan hal-hal yang kita butuhkan."

"Alhamdulillah, kalau begitu. Berarti kita tidak akan datang ke rumah sakit dalam keadaan tanpa rencana apa pun."

"Kamu tenang saja. Aku paham, kok, soal persiapan yang harus matang ketika kita mengerjakan sesuatu. Lagi pula, aku enggak mau membuat Samsul mengomel panjang. Soalnya kalau Samsul sudah mengomel, omelannya akan berlangsung selama seminggu."

Karel pun tertawa, usai mendengar betapa jujurnya Nadin mengenai Samsul yang hobi mengomel. Ia jelas tidak bisa membela Samsul mengenai hal itu, karena siapa pun jelas tahu bahwa Samsul adalah duplikat Mika seratus persen. Ponsel milik Nadin berdering. Gadis itu segera mengeluarkan ponselnya, untuk membaca sebuah pesan yang baru saja masuk.

"Dari siapa, Nad? Niki atau Reva?"

"Bukan, Rel. Ini pesan dari Ayahku."

Nadin langsung memperlihatkan pesan itu kepada Karel, sebelum membalasnya.

"Kamu sudah minta izin sebelum pergi sama kami, 'kan?" Karel mendadak cemas.

"Sudah, dong. Mana tega aku membiarkan Ayah dan Ibu merasa cemas di rumah, sementara aku berkeliaran di luar tanpa bilang-bilang. Itu jelas bukan hal yang baik, Rel, dan aku enggak akan melakukannya," jelas Nadin, berusaha membuat Karel tenang.

AYAH
Assalamu'alaikum, Putri kesayangan Ayah. Kamu benar-benar akan pulang terlambat hari ini, Nak? Nanti sore Ayah akan terbang ke NTT untuk kerja. Kamu enggak ada niatan untuk menghabiskan waktu lebih lama sama Ayah hari ini, gitu?

Nadin tertawa pelan usai membaca pesan yang Ayahnya kirimkan. Ia secara membalas pesan itu, agar Alwan tidak perlu menunggu terlalu lama.

NADIN
Wa'alaikumsalam, Yah. Iya, aku benar-benar akan pulang terlambat hari ini. Ada hal penting yang harus aku urus bersama Karel, Samsul, dan Ruby. Kalau memang nanti aku pulang dan Ayah sudah berangkat kerja, Insya Allah aku akan tunggu telepon dari Ayah setelah mendarat di NTT.

AYAH
Ada hal penting yang harus kamu urus bersama Karel, Samsul, dan Ruby? Apakah Ayah boleh tahu, hal penting apa itu?

NADIN
Ada Adik kelas kami yang sakit, Yah. Jadi kami akan menjenguknya bersama. Saat ini dia sedang dirawat di rumah sakit, dan sekarang kami sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju ke sana.

AYAH
Hanya itu? Urusan pentingnya hanyalah tentang Adik kelas kalian sakit dan dirawat di rumah sakit?

NADIN
Iya, Ayahku yang ganteng 1000%. Hanya itu.

AYAH
Ya, sudah. Ayah akan percaya sama kamu. Kalau begitu Ayah sekarang mau siap-siap dulu menyusun isi koper. Usahakanlah pulang sebelum Ayah berangkat.

NADIN
Insya Allah, Yah. Tapi aku enggak benar-benar bisa berjanji.

Nadin hampir kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku, saat sebuah pesan dari Sammy mendadak masuk. Ia kembali membuka pesan dan membacanya dengan cepat.

SAMMY
Assalamu'alaikum, Nad. Kamu bersama Samsul, 'kan? Tolong, ya, jangan jauh-jauh dari Samsul jika memang kamu sedang bersamanya sekarang. Aku baru saja mendapat firasat kurang bagus mengenai Samsul.

Nadin segera membalas pesan itu, untuk membuat Sammy merasa tenang dan tidak terus-menerus khawatir terhadap Samsul. Ia paham, bahwa Samsul adalah anak bungsu yang selalu menjadi pusat perhatian dalam Keluarga Kanigara. Hal itu jelas membuat siapa pun yang ada di dalam keluarga itu selalu cemas jika Samsul tidak memberi kabar.

NADIN
Wa'alaikumsalam, Sam. Iya, Samsul saat ini ada bersamaku, Ruby, dan Karel. Insya Allah aku akan menjaganya sebaik mungkin, dan memastikan kalau dia akan pulang dengan selamat.

Mobil yang Karel kemudikan akhirnya berbelok ke sebuah rumah sakit. Samsul dan Ruby sudah tiba lebih dulu di sana. Keduanya menunggu Karel dan Nadin di area parkir, karena mereka tidak mungkin masuk duluan ke gedung rumah sakit tanpa kedua orang tersebut. Setelah keduanya turun dari mobil, Nadin segera mendekat pada Samsul untuk memperlihatkan pesan dari Sammy. Samsul membaca pesan itu, lalu menatap ke arah Nadin sambil menyipitkan kedua matanya.

"Jangan berpikiran untuk mengikat tanganku dengan tali apa pun yang tersedia di dalam tasmu. Aku tahu kamu anggota pramuka, jadi pasti ada beberapa jenis tali di dalam tasmu itu," Samsul memberi peringatan.

"Aku juga anggota pramuka, Sul. Kalau aku yang mengikat tanganmu, apakah kamu juga akan melarang?" tanya Ruby.

Senyum Samsul langsung kembali merekah seperti tadi.

"Kalau kamu yang mau mengikat aku, sudah jelas aku tidak akan melarang. Jangankan tangan, hatiku pun boleh kamu ikat-ikat sesuka hati," jawab Samsul.

Karel langsung memijat keningnya yang mendadak berdenyut-denyut, akibat mendengar omongan Samsul. Nadin segera menarik lengan Karel, agar tak perlu ikut campur urusan absurd antara Samsul dan Ruby.

* * *

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang