PROLOG

1.6K 85 39
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Samsul kali ini tidak menjemput Nadin. Ia memilih bertengger di atas motornya, sambil menunggu kedatangan Nadin dan Ruby. Nadin menghubungi dirinya semalam dan mengatakan bahwa ia akan berangkat bersama Ruby. Gadis itu mengatakan, bahwa dia tidak mau membiarkan Ruby berangkat sendirian lagi menggunakan taksi online. Alwan akan mengantar mereka berdua, karena kemarin sore Alwan baru saja pulang ke rumah setelah bekerja.

Senyum di wajah Samsul langsung mengembang, ketika akhirnya melihat kedatangan Ruby bersama Nadin. Nadin kini mulai menggoda sahabatnya dengan terang-terangan, saat tahu kalau Samsul akan memulai lagi aksinya.

"Dek Ruby ...!" Samsul bersiap untuk bernyanyi. "Oh burung ... nyanyikanlah.
Katakan padanya ... aku rindu*."

"Ha-ha-ha-ha-ha!!! Ya Allah, sambutan macam apa itu? Bisa-bisanya masih pagi menyambut doi pakai lagu dangdut," ungkap Nadin.

Ruby berusaha menahan tawanya. Samsul sendiri langsung berkacak pinggang, usai mendengar yang Nadin ungkapkan.

"Memangnya kenapa kalau pakai lagu dangdut? Intinya bukan genre lagu yang harus Ruby perhatikan, tapi isi lagunya yang aku ungkapkan ke dia," balas Samsul.

"Mm, iya ... iya ...! Yang lagi kasmaran sudah pasti selalu benar. Ayo, kita langsung ke lapangan saja. Semua orang tampaknya sudah mulai berkumpul," ajak Nadin.

Semua siswa dan siswi mendadak diminta untuk berbaris di lapangan upacara pagi itu. Padahal hari itu bukanlah hari senin. Semua orang mulai berbisik-bisik membicarakan perintah mendadak tersebut. Mereka sangat ingin tahu, apa yang menjadi penyebab dikumpulkannya semua siswa maupun siswi.

Samsul berjalan bersama Nadin dan Ruby seperti biasanya. Sammy dan Sandy hanya bisa mengawasi adik kembar mereka dari jauh. Sejak Samsul mengatakan pada Santi bahwa dirinya tidak lagi mau mengantar jemput Olivia ke kampus dan Sandy menegurnya, Samsul mulai membuat jarak dan memilih pergi ke mana pun bersama Nadin dan Ruby. Samsul benar-benar tidak mau lagi memiliki urusan dengan Olivia, sekaligus tidak mau mendengar ceramah dari siapa pun mengenai perjodohan yang sejak lama ditolaknya mati-matian.

"Apa Samsul suka sama Nadin, ya?" pikir Sammy.

"Enggak tahu. Intinya, kalau Samsul benar-benar menolak dijodohkan sama Oliv, maka aku akan menggantikan posisinya," jawab Sandy.

Sammy memutar kedua bola matanya, akibat merasa sebal dengan kelakuan Sandy yang selalu dingin.

"Itu sih enggak usah dibahas. Kamu jelas sudah lama ingin dipilih oleh Papi untuk dijodohkan dengan Oliv. Hanya saja, kamu tidak bisa menjadi orang yang jujur seperti Samsul. Makanya Oliv pun lebih memilih Samsul daripada kamu, karena dia tahu bahwa kejujuran Samsul tidak perlu diragukan," tanggap Sammy, blak-blakan.

Sandy menghela nafasnya, lalu menatap ke arah kembaran sulungnya tersebut.

"Jadi, kamu memihak pada siapa? Aku atau Samsul?" tanya Sandy.

"Karel dan Revan tidak pernah mengajarkan aku untuk memihak siapa pun. Mereka selalu bilang, bahwa aku harus menetap pada posisi netral terhadap siapa pun. Jadi, baik itu kamu ataupun Samsul, aku tidak akan pernah berpihak pada salah satu," jawab Sammy, sambil tersenyum menyebalkan.

Samsul memberikan dua bungkus roti kepada Nadin dan Ruby. Kedua gadis itu menerimanya, sebelum mereka berpisah dan masuk ke barisan kelas masing-masing.

"Terima kasih, Sul," ucap Nadin.

"Terima kasih, Ka--"

"Eits!" potong Samsul. "Kemarin 'kan sudah aku bilang, panggil aku Samsul atau sayang. Hanya dua pilihan itu yang kamu punya."

JERANGKONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang