Halaman 57 Diary

4 1 0
                                    

Dear Diary,

Aku bingung. Kadang aku berpikir, apa aku ini terlalu malas untuk mimpiku sendiri? Orang-orang di luar sana bilang kalau mau sukses, harus hustle, harus kerja keras tanpa henti, tapi kenyataannya... aku seringkali stuck. I find myself scrolling through my phone, watching videos, binge-watching series, sementara impian-impian besar itu cuma terparkir di dalam kepala, seakan nunggu untuk diproses, tapi nggak pernah benar-benar aku gerakin.

Apa ini yang disebut comfort zone? A zone where I feel too safe to take risks, terlalu nyaman untuk menghadapi kenyataan bahwa mimpi itu butuh pengorbanan. Orang bilang, "Dream big, work hard," tapi aku malah bertanya, "Apa aku benar-benar pengen mimpi itu jadi kenyataan?" Karena kalau iya, kenapa aku masih malas? Kenapa aku masih lebih memilih tidur lima menit lebih lama, atau pura-pura nggak dengar alarm pagi?

Kadang aku merasa iri melihat teman-temanku yang hustle setiap hari, yang sepertinya punya energi tak terbatas untuk mengejar mimpi mereka. Mereka bikin aku sadar, aku mungkin cuma pengen sukses tanpa mau ngelewatin perjuangannya. I want the glory, but not the grind. Tapi aku tahu nggak bisa kayak gini terus, kan? I know I can't keep avoiding the hard work.

Diaryku, apa artinya kalau aku punya mimpi besar tapi terlalu malas untuk mulai? Apa artinya semua rencana, semua goals yang sudah aku tulis di atas kertas kalau ternyata aku nggak pernah benar-benar mencoba? Apa aku cuma takut gagal, atau aku terlalu nyaman jadi "biasa-biasa saja?"

Mungkin jawabannya ada di sini, di setiap kalimat yang aku tulis untuk menyadarkan diri sendiri. Mungkin aku perlu berhenti mencari-cari alasan dan mulai menggerakkan kaki ini, start taking small steps. Karena mimpiku nggak akan terwujud cuma karena aku berpikir keras tentangnya setiap malam.

Dreams don't work unless I do. Jadi, mungkin ini waktunya untuk bangun dari mimpi dan mulai bekerja keras, mulai dari hal kecil. Mungkin aku nggak bisa langsung sukses besar, tapi at least, I'll be one step closer. Dan itu lebih baik daripada diam di tempat dan menyesali semua waktu yang aku buang cuma buat mikirin mimpiku yang nggak pernah aku kejar.

Diaryku, mungkin ini bukan soal malas atau rajin. Mungkin ini soal pilihan: apakah aku mau bergerak maju, atau tetap nyaman dengan bayangan mimpiku yang perlahan pudar?

I think it's time. Time to stop asking, and start doing.

Sampai di sini dulu,

Aku, yang masih berusaha keluar dari zona nyaman.

Simfoni SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang