Dear Diary,
Hari ini, rasanya aku udah sampai di titik terendah. Capek, lelah, penat... Gak ada waktu buat diri sendiri. Kerja, belajar, tugas, semuanya kayak numpuk jadi satu. Kadang, aku cuma mau teriak, "Enough! Gue butuh break!" Tapi ya, hidup gak se-simple itu. Hidup gak akan nungguin gue selesai istirahat, ya kan?
Semua orang bilang, "Keep going, don't give up!" Tapi gimana caranya? Gimana gue bisa keep going kalau setiap langkah rasanya berat banget? Kepala udah pusing mikirin deadline, tubuh udah remuk, mata panda makin tebal. Rasanya pengen banget nyerah.
But then, di tengah-tengah kelelahan ini, ada satu suara kecil yang bisik-bisik di kepala gue, "Really? Mau nyerah cuma gara-gara capek? Is that all you got?"
Kadang gue marah sama suara itu. "Lo gak tau apa-apa tentang hidup gue!" Gue protes. Tapi gue juga tahu, kalau suara itu benar. Capek itu manusiawi. Lelah itu wajar. Tapi apakah itu alasan untuk berhenti? No, it's not.
Gue tahu, gue gak sendiri. Banyak orang di luar sana yang juga capek, lelah, merasa gak punya waktu buat diri sendiri. Banyak yang merasa kewalahan sama tuntutan hidup, sama ekspektasi orang lain. Tapi bedanya, ada yang milih buat berhenti, ada yang milih buat terus jalan, meski pelan-pelan. Dan gue mau jadi yang kedua.
Yes, I'm tired. Gue capek, gue lelah, sometimes I feel like I don't have any time left. Tapi gue juga tahu kalau gue capek karena gue berusaha. Gue lelah karena gue bergerak. Gue gak punya waktu karena gue ngejar mimpi-mimpi gue. And you know what? That's okay. Lebih baik capek karena mengejar sesuatu daripada duduk diam dan gak ngapa-ngapain.
Dunia gak peduli sama rasa capek gue. Dunia gak akan kasih gue istirahat cuma karena gue ngeluh. Kalau gue berhenti sekarang, semua yang udah gue jalanin bakal sia-sia. Capek gue gak akan berarti apa-apa. So, instead of stopping, gue milih buat terus jalan. Meski tertatih, meski pelan-pelan, gue tetap maju. Karena gue tahu, this is the price I have to pay for my dreams.
Kita sering lupa kalau sukses itu bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling konsisten. Bukan soal siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling tahan banting. Bukan soal siapa yang gak pernah capek, tapi siapa yang tahu kapan harus istirahat, dan kapan harus bangkit lagi.
Jadi, gue bakal istirahat sebentar, maybe a minute, mungkin sejam, atau bahkan sehari. Tapi gue gak akan berhenti. Gue gak akan kasih ruang buat rasa capek ini ngalahin gue. Karena di ujung hari, capek ini cuma sementara. And when I look back, I want to say, "I was tired, but I never gave up."
Gue tahu, perjalanan ini gak gampang. Gue tahu, ada banyak malam panjang yang bikin gue ragu, ada banyak pagi yang bikin gue males bangun. But that's okay. Every day is a new chance. Setiap hari adalah kesempatan buat buktiin kalau gue lebih kuat dari rasa capek gue.
So, dear Diary, I'm tired today, but tomorrow is another day. Gue mungkin akan capek lagi, tapi gue tahu gue bakal bangkit lagi. Karena gue tahu, di balik rasa capek ini, ada sesuatu yang jauh lebih besar yang gue kejar. Dan itu worth it.
Malam ini, gue kasih kesempatan buat diri gue buat ngerasa capek. Gue kasih ruang buat ngerasa lelah. Tapi besok? Besok gue bakal bangkit lagi. Because at the end of the day, the only thing that matters is that I keep moving. Karena dunia gak akan nungguin gue. Dan gue gak akan nungguin dunia buat ngasih gue kesempatan.
Let's go again tomorrow. No matter how tired I feel today. Because dreams don't work unless I do.
Goodnight
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Senja
PoesíaSimfoni Senja - Lo pernah ngerasa hidup kayak soundtrack film yang terus berputar tanpa henti? Buku ini bakal ngajak lo menyelami simfoni kegalauan dan harapan yang bikin lo mikir, "Apa sih sebenernya arti semua ini?" Gak cuma sekadar buku motivasi...