☆
Anita mendengus risih, saat dirinya berkonsentrasi untuk tidur, fokus nya malah buyar.
Sedang jaga toko, sedang makan, sedang mandi, sedang baca buku, teringat lagi bayangan senyuman cantik milik Marie. Dan barusan, fokus nya buyar juga gara-gara teringat itu lagi.
Dirinya tidak nyaman terusik sendiri seperti ini.
"Aya-aya wae maneh teh, ah!" gerutu nya pada diri sendiri.
(Ada-ada saja kamu tuh,ah!)Dia tutup kepalanya sendiri dengan bantal. Berusaha bisa segera tidur.
November.
Hari berganti. Seperti biasa, toko sembako bu Lina sudah buka sejak pukul setengah enam pagi. Bu Lina sibuk di toko dengan dibantu anak sulung nya, Anita, yang beberapa hari sebelumnya telah pulang dari merantau kerja di Jakarta. Diam-diam, bu Lina cukup pusing terpikirkan kekhawatiran akan nasib toko sembako dan keluarga kecil nya oleh keadaan krisis moneter Indonesia. Apalagi sekarang dia sudah menjadi janda, orangtua tunggal. Dalam hati dia berdoa, semoga Tuhan selalu melimpahkan kebaikan dalam hidupnya. Dia tak lupa sangat bersyukur, karena hingga sekarang keadaan keuangan toko sembako dan keuangan keluarganya masih terbilang dapat mencukupi.
Selesai merapihkan toko dan barang dagangan, Anita duduk di bangku, menunggu adiknya pulang dari membeli sarapan. Sambil mengecek keadaan tomat di kotak kayu, pikirannya sibuk menantikan kemunculan seseorang berbelanja ke toko nya, atau menerima telpon pesanan belanja nya. Ya.. entah sadar atau tidak, Anita merasa ingin bertemu sosok Marie lagi. Namun sayang sekali, hingga matahari telah bersinar terang, waktu telah menunjukan pukul sepuluh lebih pun, Marie dan telpon nya tak kunjung muncul.
SD St. Yusup II, merupakan sekolah dasar berbasis kristen katolik yang merupakan bagian dari gereja Katedral St. Petrus, tempat dimana Marie mengabdikan diri. Di sekolah ini Marie menjadi asisten suster Friska yang mengajar kerohanian. Kedua sudut bibirnya terulas senyum, asik memperhatikan ketenangan para murid kelas empat yang sedang belajar di halaman samping sekolah, di bawah rindang nya pepohonan, memperhatikan penyampaian materi dari suster Friska dengan seksama.
Didasari keingintahuan yang besar, Anita bertanya pada sang ibu.
"Mah, nu ti gereja biasa na iraha balanya ka dieu?"
(Mah, yang dari gereja biasanya kapan belanja ke sini?)Masih sembari membaca buku catatan toko nya, bu Lina menjawab, "Dua kali samingu rutin ka dieu atau pesen lewat telpon. Engke dianteurkeun ku mamah atau Ilham. Ah, si Ilham mah kadang sok hese dititah. Engke mah pesenan dianteur ku kamu ya, teh!"
(Dua kali seminggu rutin ke sini atau pesan lewat telpon. Nanti diantar sama mamah atau Ilham. Ah, si Ilham mah kadang suka susah disuruh. Nanti pesanan diantar sama kamu ya, teh!)*Ilham : Anak kedua/ anak bungsu bu Lina, berusia delapan belas tahun.
'Oh...' spontan Anita dalam hati.
"Iya, mah. Siap!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...