☆
Suatu hari, Marie berjalan kaki sendirian membeli buku. Di perjalanan pulang, ketika akan melewati toko sembako bu Lina, dia melihat Anita sedang diatas motornya sambil memegang wajah dengan ekspresi tampak menahan kesakitan. Lalu Ilham muncul keluar dari toko, memberikan sebotol minuman pada sang kakak. Marie menghampiri, dan langsung terkejut saat mendapati luka lebam di beberapa titik wajah gadis muda itu.
"Eh, suster Marie," spontan Anita yang baru menyadari kemunculannya.
"Kamu kenapa?" tanya Marie bernada khawatir.
Anita belum dapat berkata-kata, karena bingung untuk menceritakannya.
"Eeeeh..."Marie memandang sarat pertanyaan pada Ilham, dan Ilham menggelengkan kepala, tanda anak remaja itu juga belum tau apa yang telah terjadi pada kakak nya.
"Ayo, saya bantu obati!" usul Marie.
"Tidak apa-apa, suster.. Saya nanti bisa obati sendiri." sahut Anita halus.
Tangan Marie tergerak memegang bahu kiri Anita. Seolah mampu memberikan hipnotis pada gadis itu untuk menurut.
Dengan lembut, Marie bilang, "Harus segera diobati, Anita.. Biar saya bantu,"
Maklum, jiwa kepeduliannya semakin tumbuh sejak belajar menjadi biarawati.
Lantas Anita anggukan kepala. Mengajak Anita masuk ke rumah, karena persediaan P3K nya tidak ada di toko. Sedangkan Ilham lanjut menjaga toko, pasalnya bu Lina sedang ada rapat ke RT-an.
Di ruang keluarga rumah bu Lina.
Sekarang Marie sudah membersihkan dahulu lebam-lebam dan satu luka kecil di wajah Anita, kemudian dia mengompres nya pelan-pelan sambil menanyakan penyebab Anita mengalami hal ini.Kini Anita bercerita, tadi ketika dia hendak bertemu dengan Rusli setelah janjian di telpon akan bertemu di depan taman, Anita menemukan sang teman sedang dikeroyok dua orang tak dikenal. Awalnya hanya ingin menolong dan akan segera membawa Rusli kabur, tapi Anita ikut terkena pukulan, maka mau tak mau dia ikut saling serang untuk perlindungan diri. Akhirnya tak lama, muncul beberapa orang laki-laki yang berani menghentikan mereka. Kondisi fisik Rusli dan Anita memang tidak parah, namun Rusli kehilangan kamera nya. Mereka berdua masih belum dapat benar-benar menyimpulkan, apakah serangan itu terjadi atas niat pencurian? Atau ada niat terselubung lain?
Mendengarnya, mengundang helaan nafas panjang Marie yang turut bersimpati.
"Bagaimana Rusli sekarang?" tanya nya kemudian.Sambil menahan linu, Anita menjawab, "Dia balik ke kantor lagi, sekalian izin ke bos nya.
Mmm, suster gak nanya juga gimana saya?""Hh?" respon Marie yang kini memandang penuh Anita sejenak. Lalu tergelak tawa kecil.
"Tadi kan saya sudah bertanya.." ungkap nya halus.. sekali. Ada sedikit rasa gemas dalam benak Marie terhadap Anita.Selanjutnya, Marie dibuat heran kala mendapati Anita yang masih memandang penuh dirinya, dalam jarak yang tak lebih dari 20 senti meter. Dan Anita diam tak bersuara.
Sempat beradu pandang beberapa detik, Marie segera mengakhiri setelah merasa tak nyaman oleh debaran jantung nya yang tiba-tiba bertambah kencang tak jelas. Sementara Anita sudah merasakan kencang nya debaran jantung hati sejak tadi.Tidak ingin suasana menjadi sunyi dan canggung begini, Anita segera bicara, "Luka di pelipis kiri saya besar gak sobek nya, sus?"
Marie mengecek pelipis nya lagi.
"Enggak, ini kecil. Semoga bisa segera sembuh luka nya."
Marie lanjut memberikan obat betadine di luka itu."A-Aww!" spontan Anita cukup kencang.
Menyebabkan Marie terkejut.
"Sakit ya? Saya kurang pelan-pelan kah?" Khawatirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376289634-288-k291212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...