11.♡

133 42 21
                                    

Tidurnya tidak lelap. Di kasurnya Marie masih saja sering berganti posisi ke kanan, ke kiri. Gelisah. Perasaan tidak enak itu masih ada. Dia tidak tenang. Maka dia putuskan bangun. Merapihkan rambut dan gaun tidurnya, lalu mengambil kalung salib, kemudian berlutut di altar kecil tempat berdoa di sudut kamar. Dalam doa nya, nama Anita turut tersebut begitu tulus.

Amarah, dan ketakutan bergejolak hebat dalam dadanya. Anita menangis. Tubuhnya bergetar jijik saat merasakan sentuhan-sentuhan laknat di tubuhnya dari ketiga pria itu dari balik pakaian yang masih dia kenakan. Bahkan bibirnya terasa sudah berdarah oleh menggigit bibirnya sendiri ketika lehernya digerayangi mesum, dan tangan-tangan bejat mereka mencoba menyusup masuk ke dalam pakaian.
Sekarang jaket nya telah disingkirkan. Anita semakin panik saat salahsatu pria hendak menarik celana nya. Kedua kaki Anita kembali berulah. Berusaha kembali mengeluarkan sisa tenaga untuk menendang.
Hatinya berteriak hingga dada terasa sangat sakit.

Cahaya putih terang menyala dari senter milik sekelompok bapak-bapak dan pemuda berjumlah lima orang yang sedang berkeliling wilayah RT kampung mereka. Malam ini jadwal jaga. Mereka keluar dari gang, menyusuri jalan raya.
Salahsatu dari mereka memfokuskan penglihatan pada sebuah objek cukup jauh di depan.
"Loh? Aya motor saha ituh di jalan! Motor saha nya?" (Ada motor siapa itu di jalan! Motor siapa ya?)

Teman-teman ronda nya ikut menengok. Kening mereka mengerut menaruh curiga.

"Kudu urang cek! Bisi motor maling!" (Harus kita cek! Barangkali motor maling!)

Semua mengangguk, lalu lari menghampiri motor itu. Dimana motor tersebut adalah motor milik Anita.

"Motor na teu ngacurigakeun, sih," (Motornya gak mencurigakan, sih)
Heran ketua mereka.

"Eh! Aya mobil! Tempo mobil sedan itu!" seru seorang pemuda.

Berjarak sekitar dua puluh meter di depan, mereka melihat sebuah mobil sedan terlihat sedang bergoyang-goyang, tanda ada sesuatu yang terjadi cukup hebat di dalam sana.

"Wah, mencurigakan, yeuh!"
"Jangan-jangan ada yang lagi berbuat mesum!"
"Ayo, kita gerebek mereka!"

Kepala Anita terus menggeleng, kaki terus melawan. Tapi kakinya kembali berhasil di tahan. Mentalnya terguncang hebat. Air mata mengalir deras. Tidak sudi.
Celana Anita berhasil diturunkan, dan pria berkepala botak menempelkan wajahnya pada paha dan area kewanitaan Anita.

'TOLONGGGG!' jerit Anita dalam hati.

DUGH DUGH DUGH DUGH.
Semua orang di dalam mobil terkejut ketika jendela mobil digedor beberapa orang dari luar. Tiga pria itu panik.

"BUKA! KALAU TIDAK KAMI PECAHKAN KACA JENDELA NYA!" teriak bapak-bapak dan para pemuda.

Pria berkalung rantai mencengkeram kedua pipi Anita, dan berbicara penuh tekanan, "Ingat baik-baik! Kamu harus segera menghapus tulisan mu di blog! Atau nyawa mu yang akan jadi target selanjutnya! Dan jangan berani melaporkan pada siapapun jika tidak ingin keluargamu terancam! Paham?!"
Setelah puas mengintimidasi, dia buka pintu mobil, lalu dengan cepat mendorong Anita keluar begitu saja. Satu temannya kembali ke depan kemudi, membuka laci, mengambil sebuah pistol kecil.

"Mbak!" kaget para warga kampung mendapati Anita jatuh didorong dari mobil. Dua orang segera menolong Anita, membantu merapihkan celananya.
Tiga orang lainnya sedang menggertak tiga pria itu untuk keluar dari mobil.

"Minggir kalian!" bentak salahsatu pria dari jendela mobil sambil menunjukkan pistol nya.

Melihat ada senjata api, keberanian para warga mulai menciut. Berniat ingin menangkap pun jadi ragu.
Pria dari mobil itu terus mengacungkan pistol nya mengancam mereka. Dan berhasil pergi dari sana.

[NEW] Rahasia MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang