14.♡

145 38 63
                                    

Dia kembali mengintip, dan mendapati Marie sekarang telah sendirian dengan kotak hadiah di tangannya.

"Anita?"
Ternyata, Marie telah melihat dirinya disana.

Terlanjur. Alhasil, Anita secepat mungkin berusaha terlihat baik-baik saja, menampilkan senyuman. Kaki melangkah menghampiri Marie.
"Suster,"

"Kamu lagi apa disana?" tanya Marie.

"Saya baru sampai, lagi cari suster Marie," jawab Anita berbohong.
Sakit.

Marie bilang, "Oh.. Tadi Edi juga cari saya kesini. Dia kasih ini ke saya." Menunjukan kotak hadiah di tangannya.

"Wah.. dapat hadiah, nih," seru Anita berpura-pura.

Sebuah senyuman sempat terulas di bibir Marie. Kemudian sebuah pertanyaan terlontar, "Apa kamu juga mau kasih hadiah ke saya?"

Sempat terdiam kaget, Anita ikut tertawa menyembunyikan keterkejutannnya.

"Saya becanda.." kata Marie diakhiri kekehan tawa.

"Mm.. Tapi saya juga sebenarnya ada hadiah buat suster," ungkap Anita lirih.

Mata Marie berkedip, tidak menyangka.
"O ya?"

Anita keluarkan kotak hadiah terbungkus kertas polos warna merah muda dari tas nya. Lalu menyerahkannya pada Marie.
"Semoga suster suka hadiah Natal dari saya. Merry Christmas, suster Marie," ucapnya, diam-diam bersama rasa malu.

Marie menerima. Menatap ceria hadiah itu. Dia juga senang melihat aksen pita putih nya.
"Terima kasih, ya, Anita. Tapi.., saya malah tidak punya hadiah untuk kamu. Saya tidak tau akan dapat hadiah dari kamu." sesal nya.
Iya, karena biasanya umat Kristiani bertukar hadiah untuk perayaan Natal.

"Tidak apa-apa, kok. Lagipula saya mah tidak merayakan. Saya turut bersuka cita saja untuk suster Marie," tutur Anita jujur. Dirinya memang tidak mengharap pemberian atau timbal balik dari Marie.
Membatin, 'Huh.. Apa sekarang aku harus tanya soal kedekatan mereka berdua?'

Marie, "Hm.. iya. Akan saya buka nanti.
Ayo, kita ke dalam lagi menemui yang lain!"

"Baik, suster." Anita mengikuti langkah Marie dari belakang. Memandangi punggung sempit itu. Benaknya penuh berbagai pikiran, pertanyaan.
Bagaimana jadinya jika Edi benar-benar menyukai suster Marie?
Bagaimana pendapat suster Marie tentang Edi?
Apakah mereka berdua dekat?
Sejak kapan Edi menyukai suster Marie?
Dan bagaimana dengan hati ini?





Tanggal 25 Desember 1997.
Umat muslim masih menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, sementara umat Kristiani di seluruh dunia telah melaksanakan ibadah Misa memperingati hari kelahiran Yesus Kristus sejak tadi malam. Dan hari ini kegiatan Misa pagi juga telah dilaksanakan begitu khidmat. Natal merupakan hari yang penuh suka cita bagi umat Kristiani. Kehangatan, kegembiraan, memenuhi suasana gereja katedral Santo Petrus yang ramai dikunjungi para jemaat. Selesai misa, orang-orang gereja berkumpul menyantap hidangan sambil bertukar cerita. Ini merupakan pengalaman kedua kali Marie merayakan Natal di gereja. Di tempat lain, jauh dari keluarga. Namun disini pun sudah terasa keluarga juga baginya. Ada biarawati junior lain yang sedang menceritakan pengalaman hari raya Natal di masa kecil, Marie menjadi sangat rindu pada kedua orangtua nya di kampung. Tetapi, dia belum bisa pulang.
Merasakan belaian lembut suster Friska di punggung nya, dia mengulas senyum melihat pandangan teduh sang senior yang sangat dia kagumi itu. Suster Friska selalu jadi yang paling peka pada dirinya.

Sementara di toko sembako sang ibu, Anita tampak lemas duduk di kursi plastik tanpa penyangga punggung. Bu Lina yang sedang melayani pembeli, diam-diam memperhatikan. Dia sih mengiranya Anita sedang lemas menahan lapar berpuasa. Fakta nya, Anita lemas terpikirkan dilema kisah asmara nya diantara Marie dan Edi. Jika saja Edi bukan temannya, dia tidak akan dilema begini. Bagaimana pun, perasaannya pada Marie juga tidak main-main. Sungguh, dia ingin mengajak Edi bicara. Tapi bagaimana mengatakannya.. Anita masih bingung.
'Aarghh! Pusing!' gusar nya dalam hati sambil mengacak-acak rambut.

[NEW] Rahasia MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang