♡
Semburat kemilau cahaya kuning kemerahan menyala anggun dari langit petang. Marie berdiri di dekat jendela, menikmati keindahan lembayung senja.
Anita keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambutnya dengan handuk. Mendapati Marie tengah melamun. Dia mendekat, berdiri di samping nya.
"Suster suka senja?"Masih terfokus pada langit, Marie menjawab, "Suka sekali. Kamu juga?"
"Iya sangat indah. Tapi ada yang lebih indah dari senja,"
Marie menoleh, "Apa?"
'Kamu,' jawab Anita dalam hati.
Bibirnya mengembang tersenyum. Menatap penuh kasih pada perempuan di depannya.
"Suster Marie..,""Iya?"
"Terima kasih telah selalu berusaha bangkit, dan kembali berbahagia dalam hidup." Suara Anita mengalir tenang.
Menghantarkan sejuta ketulusan pada sanubari Marie yang sekarang begitu terharu menatap Anita.
Seketika Anita terkejut saat kedua tangan Marie merangkul, memeluknya begitu hangat. Dia peluk Marie. Membelai surai hitam panjang nya yang indah.
Tak ada kata-kata terucap. Sunyi. Tenang. Seiring matahari tenggelam di ufuk barat.
Malam ini malam terakhir di Sumedang sebelum esok pagi Marie dan Anita berangkat pulang ke kota Bandung. Jadi mereka semua makan malam lebih awal. Ibu Marie pun menghidangkan banyak menu yang memanjakan lidah. Anita sampai kekenyangan. Sembari membantu membereskan alat makan bersama Marie, Anita berbicara pada ibu nya yang membersihkan meja makan.
"Ibu kok masak nya jago banget? Saya makan sampai kekenyangan."Ibu Marie terkekeh tawa.
"Ah, ibu mah biasa saja. Nenek nya Marie malah lebih jago dari saya. Senang kamu suka masakan ibu. Kapan-kapan main lagi kesini bersama Marie!"Senang kepalang bukan main Anita mendengarnya. Serasa sudah mendapat restu.
"Siap, bu.. Saya juga kalau tidak sibuk di Bandung mah, mau lebih lama disini,"Di dekat pencucian piring, Marie tersenyum sendiri mendengarkan Anita.
"Anak muda sekarang mah banyak yang ingin tinggal di kota," tutur ibu Marie.
"Kalau saya akan senang sekali jika tinggal disini. Suasana nya begitu tentram, asri. Apalagi ada ibu yang jago masak."
"Ahhahaha. Anita.. Kamu teh udah cantik, pintar lagi," puji ibu Marie merasa gemas.
'Ya Alloh.. dipuji ibunya doi!!! Di depannya doi lagi. Makasih banyak, loh, bu. Saya salting nih,' batin Anita kegirangan.
Bibirnya tersenyum malu-malu.Waktunya tidur. Kamar tidur Marie telah menggelap. Hanya diterangi lampu tidur bias kuning ber watt rendah. Suara hewan-hewan malam mengisi keheningan.
Mereka berdua berbaring di kasur, telah siap tidur.
Dari samping, dapat Anita dengar deru nafas tenang Marie."Suster," panggil Anita.
Marie menoleh, "Iya.."Anita menyampaikan, "Terima kasih banyak atas setiap pengalaman berada disini. Bagi saya, semuanya menyenangkan, mengesankan."
Senyuman manis terbit di bibir Marie.
"Saya juga sangat menikmatinya, Anita."Suasana kembali hening. Oleh dua pasang mata yang kini saling bertatapan. Setiap mereka dapat mendengar deru nafas masing-masing yang seakan merdu di telinga. Dan semakin tenggelam dalam kesunyian. Seolah belum puas saling memandangi rupa.
Wajah Anita mendekat. Disini Marie sudah mulai merasa gugup. Tapi dirinya sendiri diam, dan menikmati suasana.
Sekarang jarak seakan terhapus diantara mereka berdua. Tangan Anita bergerak membelai perlahan surai lembut milik Marie.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...