♡
Kelabu, begitulah keadaan langit sore hari ini. Hanya ada suara deru mesin mobil yang terus melaju meninggalkan Bandung Selatan. Dua orang dewasa di dalamnya diam dalam keheningan. Sebenarnya, Anita sudah beberapa kali membawa percakapan, tapi karena Marie tidak banyak bicara, dia putuskan membiarkannya seperti itu. Marie lebih banyak diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Anita tidak mau mengganggu Marie yang menurutnya pasti kelelahan setelah bercinta dengannya.
Ya Tuhan.. Anita masih dipenuhi rasa tak menyangka. Seakan yang dialaminya sebuah mimpi.Sore ini cahaya senja tak muncul menyambut petang dan malam, oleh gumpalan awan kelabu yang mungkin masih mempersiapkan hujan untuk turun lagi. Mobil sampai di area parkir gereja. Marie ambil tas nya dari jok belakang. Baru hendak membuka pintu mobil, Anita sudah mengenggam tangannya. Tersenyum manis sekali untuk nya. Dan berucap, "Terima kasih ya, atas hari ini,"
Marie balas tersenyum. Mata berkaca-kaca seraya mengatakan, "Iya,"
Semua kata tersendat di tenggorokan. Hanya itu yang dapat dia lontarkan."Suster Marie,"
Tatapan Anita begitu dalam hingga terasa sangat menusuk relung hati Marie yang menahan kecamuk perasaan yang luar biasa campur aduk."Saya mencintai kamu," ungkap Anita tulus.
Menggetarkan hati Marie yang sudah ingin berurai air mata oleh pergolakan batin.Tangannya membawa wajah Marie lebih dekat untuk menyatukan bibir mereka berdua.
Namun sebelum itu terjadi, Marie hindarkan wajahnya, perlahan melepaskan tangan Anita.
Dengan suara gemetar, dia bilang, "Saya harus segera turun. Kamu hati-hati dijalan, ya!"Sempat keheranan. Kepala Anita mengangguk, dia mengulas senyum. Ingin bicara, tapi sekarang Marie sudah buru-buru keluar dari mobil, berjalan tergesa-gesa menuju asrama.
Tiba di kamarnya, pikiran Anita bertanya-tanya atas sikap penolakan Marie tadi. Tapi teringat kado ulang tahun, segera dia bongkar kotak kado ulang tahunnya itu.
Binar semangat begitu menyala di matanya. Apalagi mendapati kartu ucapan bertuliskan;
Saya berdoa untukmu setiap hari, dan saya pikir itu tidak akan pernah berhenti. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan diberkati dengan seseorang sepertimu. Terima kasih telah membuat hari-hari yang indah untuk saya. Thank you for staying by my side. Saya berharap kamu selalu tetap tersenyum seperti yang kamu lakukan ketika melihat saya. Selamat ulang tahun, Anita..Linangan air mata di sepasang netra nya Anita hapus. Merasakan bahagia yang membuncah hebat.
Selanjutnya, nampaklah sebuah jaket berwarna hitam sebagai hadiah dari Marie. Dia peluk erat. Lalu bangkit, mencoba mengenakan jaket itu di badannya. Berkaca begitu gembira, menatap diri di cermin. Senyuman di bibirnya merekah indah sempurna.Guyuran air dari gayung membasahi sekujur badan Marie. Calon biarawati itu memeluk dirinya sendiri, berderai air mata, tersedu-sedu menangis. Pikiran kacau, dipenuhi dilema dan rasa bersalah. Antara cinta dan penyesalan. Mengutuk dirinya sendiri yang telah berpaling dari tugas kewajibannya sebagai seorang calon biarawati.
Apa jadinya jika seseorang yang telah mengesahkan niat mengabdi pada Tuhan, namun memberikan cinta dan hasrat yang lebih besar pada manusia lain?
Hati Marie mengerang sakit. Baru menyadari sebuah penyesalan besar. Penyesalan yang dia buat sendiri sampai bisa sejauh ini. Mengkhianati Tuhan-nya.Makan malam bersama di meja. Bu Lina dan Adi tidak sabar ingin segera memberikan kejutan setelah makan. Sementara Anita menikmati makanan dengan lahap. Lapar sekali.
Melihat Anita telah selesai makan, bu Lina memanggil si bungsu,
"Ilham," diikuti isyarat gerakan mata.Di seberangnya, Ilham paham. Dia pergi ke ruang tengah, lalu kembali dengan sebuah kue ulang tahun, lengkap dengan lilin angka dua dan angka tujuh menyala indah. Ditaruh lah di hadapan sang kakak yang nampak terkejut dengan mata melebar kaget, kemudian memandang haru pada adik dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...