♡
Rasa putus asa mulai menyerang perasaan Marie.
Huft.
"Suster Marie,"
Pelan namun cukup jelas. Sebuah suara terdengar seperti hampir berbisik dari arah depan. Cukup mengejutkan Marie. Dia menengok, tampak lah sosok Anita berdiri di depannya.
'Anita..'Segera dia beranjak menghampiri.
"Ini betul Anita, kan?!" tanya nya kemudian dengan suara amat pelan.
Gadis muda itu spontan menahan tawa. Seolah tidak pernah ada masalah diantara mereka berdua. Ya, gara-gara pertanyaan Marie itu.
"Iya, atuh. Saya beneran manusia bernama Anita."Ah, Marie jadi malu.
"Iya..""Apa suster takut hantu?"
"Tidak," jawab Marie menggelengkan kepala.
Sekarang kedua nya seperti tiba-tiba blank. Suasana pun kembali terasa canggung.
Marie merasakan kegugupan luar biasa.
'Ayo, Marie.. Kamu pasti bisa!'Dia berusaha berbicara, "Hhh.. Bagaimana kalau kita mengobrol disana?"
Jarinya menunjuk pada bangku di halaman dekat dapur."Ayo!" sahut Anita.
Mereka berjalan berdampingan. Seperti sedia kala. Sebelum kedekatan mereka renggang.
Rindu dan haru pun melanda hati keduanya. Setelah sekian lama tidak berjalan berdua lagi. Seperti sudah begitu lama, padahal hanya sekitar satu bulan.Duduk di bangku. Memandang langit malam berhias rembulan yang memancarkan keindahan cahaya terang benderang.
Sekilas Marie melirik, sebelum bersuara, "Bagaimana kabar kamu?"
Lalu kembali beralih pada rembulan."Baik. Kabar suster bagaimana?" balas Anita bersama tatapan yang tak ingin beralih dari Marie.
Tersadar jika gadis di sampingnya terus menatap. Marie hampir tak dapat menyembunyikan kegugupan nya.
'Apa arti tatapan mu, Anita..?'"Puji Tuhan.. Saya juga baik."
Anita berkata, "Sudah lama sekali ya kita tidak mengobrol seperti ini,"
Mendengarnya, semua emosional bergemuruh dalam hati Marie. Matanya perih dan mulai keluar bulir air mata.
Melihat mata berkaca-kaca Marie, Anita segera bertanya, "Suster kenapa?"
Marie menunduk.
"Ada apa, hm?" Anita bertambah khawatir.
"Apa saya ada salah pada kamu?" Terdengar bergetar suara Marie.
Anita mengerjap heran dan bingung.
Menyaksikan Anita diam, kekhawatiran semakin menjadi-jadi. Tangis pun keluar, mulai terisak-isak.
"Hiks. Benar begitu?"Anita genggam satu tangan Marie.
"Tidak, suster."
Pikir Anita, dirinya sendiri lah yang paling berperan dalam masalah hatinya sendiri."Saya minta maaf, Anita," Marie peluk Anita.
"Saya tidak pernah berniat menyakiti kamu, menjauhi kamu. Saya tidak suka kita berjauhan seperti asing. Saya tidak suka harus menahan kesedihan ini."Bergetar jiwa Anita merasakan isakan tangis Marie di dadanya, mendengar semua penuturan itu.
Ada rasa bersalah muncul dalam hati.
"Saya sempat menduga, mungkin suster sudah tidak ingin dekat lagi dengan saya. Mungkin ada teman baru yang-""Tidak, Anita.. Maafkan saya..! Sebelumnya mungkin saya hanya sedang perlu sendiri."
Seketika Marie pejamkan mata kala kepalanya merasakan belaian lembut tangan Anita.
Kembali air mata berderai.
"Hiks. Saya sangat merindukan mu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...