☆
Bermodal informasi ada lowongan kerja dari Sopyan, Anita pergi merantau sendirian ke kota Jakarta. Setelah berjuang, akhirnya disana dia bekerja sebagai staf admin di perusahaan produksi koran dan majalah.
Dua tahun kemudian, Anita baru memutuskan pulang kampung setelah mendapat kabar jika sang ayah diketahui telah pergi bersama perempuan lain, meninggalkan ibu dan adiknya begitu saja. Entah kemana. Yang jelas sampai sekarang, Anita, bu Lina, dan Ilham sudah tidak peduli mereka dimana.Kembali ke masa sekarang. Di bangunan kecil belakang toko, bu Lina sedang menyiapkan bahan masakan untuk makan malam pesanan Ilham. Yang katanya ingin dibuatkan sup ayam. Disana dapat dia dengar suara deru mesin motor yang sudah dapat ditebak itu pasti Anita. Bu Lina menyahut ketika si sulung mencari nya karena tidak ada di depan toko.
"Naon?" sahut nya. (Apa?)Melihat sang ibu sedang berkelakar di dapur dadakan, Anita paham.
"Ilham kemana? Gak ada yang jaga di depan atuh,""Ilham mah belum pulang. Kan tadi teh dia berangkat mau tanding maen bola."
"Oh.."
Terdengar lah suara adzan maghrib menggema.
"Mamah mah sholat aja we, jaga toko sama masak sop mah ku teteh," ungkap Anita yang diam-diam perhatian. Kebetulan hari ini dia sedang masa periode nya.
Setelah selesai memotong bawang putih, Bu Lina menjawab, "Ya udah, mamah sholat dulu,"
Maka selanjutnya, sekarang Anita sibuk memanaskan air dan menyiapkan bahan sup.
Menunggu air di panci mendidih, Anita berdiri di pintu, menatap langit senja bersama kedua mata yang jadi tak tahan berkaca-kaca.
Dalam hati, 'Maaf ya mah, kalau Anita belum bisa membanggakan keluarga.'Jam terus berputar. Selesai berdoa bersama di gereja pada waktu sekitar pukul delapan, para biarawati dan pastor kembali ke gedung asrama. Malam ini tidak ada agenda kegiatan lagi selain aktivitas masing-masing. Sebagian banyak ada yang langsung membersihkan diri, ada juga yang berbincang-bincang santai, yang membaca buku di ruang keluarga, atau di kamar. Jika Marie, dia sekarang berada di kamar, sendirian. Mengambil kotak kado dari Anita di atas meja nya. Dia duduk di kursi, tangan bergerak hati-hati membuka kertas kado itu. Sementara perasaannya sudah tidak sabar ingin segera tau apa isinya. Sambil terpikir, 'Kenapa Anita memberikan hadiah, ya?'
Kotak telah dibuka, Marie tarik isinya, dan dia melihat ada satu lembar foto dan satu figura bagus telah berisi foto dirinya. Matanya melebar. Pikirnya, padahal dia tidak meminta Anita mencetak foto-foto itu. Tapi, dia merasa senang menerima pemberian Anita. Dia juga suka melihat kedua foto dirinya. Foto di figura pose Marie sedang menyiram sambil tersenyum manis tanpa melihat ke kamera, satu lagi berukuran lebih kecil, foto Marie sedang menghadap kamera dan menatap penuh Anita.
"Bagus sekali!" lirih nya gembira.
"Anita jago fotografer juga ya!"Dia balik lembaran foto itu, dan mendapati ada tulisan; Marie. St. Petrus - Bandung, 1997. Foto diambil oleh Anita.
"Tulisannya rapih, bagus. Apa ini tulisan tangan Anita?"
Selanjutnya Marie menaruh figura tadi di meja nya, dan menyimpan satu foto nya di antara lipatan buku harian. Lalu kembali memandang ceria foto dirinya sendiri di figura.Suasana di kamar Anita pun hampir sama persis. Anita duduk di kursi, memandangi lembaran foto Anita sedang menatap nya, yang kini telah dia tempelkan di buku harian nya. Tak lupa telah disertai tulisan;
'Bunga Senja
Bunga senja yang telah menawan hati seekor kupu-kupu pengelana'Masih senyum-senyum sendiri, tiba-tiba Anita mendengar suara sang adik dari depan pintu. Untung pintunya tertutup.
Segera dia tutup buku rahasia itu.
"Masuk!" sahutnya nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...